UMMUN, IMAAM, AMAAM DAN UMMAT (Pendekatan Rabbani Kaderisasi Pemimpin)
Oleh:
H.T. Romly Qomaruddien, MA.
Masih berkisar do’a ma’tsur dan masyhur yang termaktub dalam Al-Qur’an, terkait pendidikan kader pemimpin. Dari mana harus mulai, dengan siapa harus berjuang dan untuk siapa perjuangan itu?. Untuk jawabannya, kita dapat sama-sama merenungkan kembali QS. Al-Furqaan/25: 74 di mana Alloh ‘azza wa jalla berfirman: “Walladziena yaquuluuna Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrata a’yunin waj’alnaa lil muttaqiena imaaman”.
Artinya: “Dan orang-orang yang yang berkata, yaa Tuhan kami anugerahkan untuk kami dari pasangan-pasangan kami dan keturunan-keturunan kami sebagai penyejuk jiwa, dan jadikanlah di tengah-tengah kami pemimpin bagi ummat yang bertakwa”.
Dilihat dari gugusan ayat-ayatnya, ayat do’a ini merupakan bagian dari bentangan karakteristik ‘ibaadur Rahmaan, yakni hamba-hamba kekasih Alloh yang menjadi ayat kunci surat ini (yaitu surat Al-Furqaan). Alloh meletakkannya pada bagian terakhir dari point-point sebelumnya sebagaimana tertuang dalam QS. Al-Furqan/25: 63 – 73, yaitu; selalu bersikap tawadhu’, selalu membalas kebaikan sekalipun kepada orang jahil, senantiasa bersujud di kala malam, senantiasa memohon keselamatan dari nerakaNya, tidak berlaku boros, tidak bersifat kikir, tidak memohon kepada selain Alloh, tidak mengalirkan darah kecuali yang hak, tidak berbuat zina, tidak memberikan kesaksian palsu, tidak tergoda dengan kebatilan di sekitarnya, apabila diingatkan tidak berlaku tuli dan bisu. Berikutnya, Alloh sebutkan karakteristik yang terakhir sebagaimana terdapat dalam lanjutannya, yakni selalu memohon anugerah kepada Alloh agar diberikan generasi pemimpin.
Dimulai dari keterlibatan pasangan (azwaaj), yaitu para suami dari isteri-isteri mereka atau para isteri dari suami-suami mereka, terutama sosok ibu (ummun) sebagai sekolah pertama bagi anak-anak mereka (al-ummu madrasatun li abnaaihim). Juga keterlibatan anak keturunan (dzurriyyah) sebagai generasi calon pemimpin (imaam) yang akan senantiasa berada di garda terdepan (amaam) dalam rangka memimpin komunitas masyarakat (ummat)dalam berbagai persoalannya. Adanya kaitan dan hubungan antara makna-makna kalimat tersebut, bukanlah sesuatu yang kebetulan, melainkan keelokkan bahasa al-Qur’an dari segi bahasa yang menakjubkan (al-i’jaazul-lughawy minal Qur’aan) dan semakin menunjukkan kebenarannya.
Di antara pelajaran berharga dari kandungan rabbani ayat do’a ini adalah:
1) Kepemimpinan yang baik, terlahir dari karakteristik dasar hamba yang baik pula sebagaimana ditunjukkan dalam sifat-sifat ibadurrahman.
2) Keluarga merupakan tempat persemaian pertama dan utama dalam melahirkan kader-kader pemimpin.
3) Karakteristik pemimpin yang utama, adalah mereka yang mampu menjadi pelayan ummat (khaadimul ummah) dengan baik sebagaimana pepatah ‘ibarat yang menyebutkan “sayyidul qaum khaadimuhum; pemimpin suatu kaum adalah pelayannya” atau “khaadimul qaum sayyiduhum; pelayan suatu kaum adalah pemimpinnya”.
4) Cerminan masyarakat yang baik, adalah gambaran ummat terbaik yang dirasakan kemanfaatannya bagi orang lain; keluarga atau masyarakatnya (khairukum anfa’uhum li ‘iyaalihi, khairukum anfa’uhum lin naasi).
5) Kepemimpinan yang berkah itu, terlahir dari kader-kader pemimpin yang bertakwa dan melahirkan masyarakat yang bertakwa pula.
6) Lahirnya pemimpin yang baik, bukanlah sesuatu yang diikhtiarkan semata dalam bentuk proses kaderisasi, melainkan wajib melibatkan Rabbul ‘Aalamien dengan memohon kepadaNya (al-isti’aanah billaah)
Kepada Alloh jualah kita memohon, semoga imaamul muttaqien lahir di tengah-tengah kehidupan kita. Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamien …
___________________
Penulis adalah: Anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam (Komisi ‘Aqidah), Anggota Fatwa MIUMI Pusat (Perwakilan Jawa Barat), Wakil Sekretaris KDK MUI Pusat, Ketua Bidang Ghazwul Fikri & Harakah Haddaamah Pusat Kajian Dewan Da’wah dan Ketua Prodi KPI STAIPI-UBA Jakarta