SERPIHAN CATATAN NARA SUMBER AL-MULTAQA AD-DUWALI AL-ILMI AL-KHAAMIS
Memasuki paparan materi, di antara petikan hikmah yang bisa kami suguhkan adalah sebagai berikut:
1. Habib Luthfi bin Yahya
Dalam uraian singkatnya, dirinya mengingatkan bahwa ada urusan besar yang dihadapi ummat, yaitu sejauh mana ummat Islam melahirkan berbagai karya yang mashlahat dan bermanpaat. Menurutnya, perbedaan pendapat jangan sampai menghilangkan pokok Islam itu sendiri. “Al-Islaamu a’zhamu min kullil madzaahib, al-Islaamu a’laa min kulli syai’in”, Islam itu lebih agung dari madzhab-madzhab dan lebih tinggi dari segala sesuatu. Imbuhnya.
2. Prof. Dr. KH. Didin Hafifuddin
Ada empat hal yang dicatat dari Kyai Didin sebagai unsur yang dapat menjaga persaruan. Menurutnya; Islam melarang fanatisme (‘ashabiyyah) dan kesukuan (qabieliyyah), dalam menilai pihak lain sebaiknya mengedepankan yang bersipat terlihat dan nampak (zhawaahir), belajar tidak apriori dengan cara pandang orang lain (tawassuth) dan selalu berupaya melakukan sinergi (ta’aawun).
Karenanya, menghidupkan masjid menjadi sarana solusi dalam mengawal persatuan Islam itu, di samping masjid sebagai sarana ibadah, juga masjid harus mampu menjadi sarana pemersatu dan sarana yang memberdayakan.
Dengan memetik ungkapan Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anh berikut: “Siapa saja yang mendatangkan kebenaran, maka terimalah sekalipun datang dari orang jauh dan dibenci. Siapa pun yang datang dengan kebatilan, maka tolaklah sekalipun orang dekat dan dicintai”. Maka dirinya mengingatkan, bahwa persatuan itu adalah urusan hati. Hati yang baik akan melahirkan fikiran baik, dan fikiran baik akan melahirkan pekerkaan yang baik pula. Demikian anggota Dewan Pembina Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia ini memaparkan.
3. As-Syaikh Prof. Dr. Thaha ‘Abidin
Dalam kapasitasnya sebagai ahli riset bidang Tafsir di Ummul Qura Mekkah, dalam kesempatan ini Syaikh menguraikan secara panjang lebar dalam hal makna dan pemahaman serta kedudukkan pentingnya berpegang kepada tali Allah ‘azza wajalla dalam bentangan makalahnya yang berjudul: “Al-I’tishaam; Mafhuumuhu wa Manzilatuhu wa Muqawwimaatuhu”.
4. Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas
Dengan gaya seloroh penuh guyon, salahsatu pimpinan Muhammadiyah dan MUI Pusat ini mengingatkan: “Kalau ingin bersatu dalam perjuangan, maka harus menyepakati siapa musuh bersamanya? Bukan musuh sebahagian”. Perjuangan untuk mewujudkan persatuan, menurutnya perlu kesabaran dan kekompakkan. “Kita kalah sabar dan kalah kompak sama syaitan”, ungkapnya sambil tersenyum.
Ungkapan Kyai Didin dan Prof. Yunahar ini, mengingatkan kita pada nasehat Allaahu yarhamh Dr. Mohammad Natsir sebagaimana tertuang dalam kutaibatnya Mempersatukan Ummat. (Lihat: Ngaji Fiqih Persatuan Ummat bersama Pak Natsir di www.madrasahabi-umi.com)
5. Syaikh Ahmad Muraabith
Mengawali bahasannya, Mufti negara Mauritania ini memunculkan kaidah ushul fiqih: Dar’ul mafaasid muqaddamun ‘alaa jalbil mashaalih. Mengantisipasi kerusakkan harus lebih didahulukan ketimbang kemashlahatan itu sendiri. Menurutnya, i’tishaam bihablillaah, yakni berpegang pada tali Allah ‘azza wa jalla di dalamnya banyak kemashlahatan. Namun dalam mempraktikkannya ada perkara yang prioritas, yaitu bagaimana menerapkan akhlaq, di mana akhlaq merupakan amal utama dari segala hal. Ketika pembahasan memasuki pada persoalan madzhab, sang Mufti sangat hati-hati menjelaskan, dan mengingatkan para peserta multaqa agar tidak “bermudah-mudah” memberikan penilaian sesama saudaranya yang ahlul qiblat (yaitu: kaum Muslimin yang masih meyakini qiblat yang sama dan tidak keluar dari dua kalimah syahadat).
Demikian, semoga bermanpaat dan in syaa Allah masih berlanjut … Allaahummaj’alnaa jamaa’atan jam’an marhuuman wa laa taj’alnaa firqatan firaqan madzmuuman. Aamiin … (TenRomlyQ, Grand Cempaka, Rabu, 04/ 07/ 2918)
Subhaanallah walhamdulillah wallaahu akbar.Syukron jazakumullah khairan wa katsiiran atas segala taushiyyahnya.Semoga bermanfaat bagi kaum muslimin.Saya juga sudah membagi ilmu saya,Fauzan Suhada, dengan ummat lewat artikel saya di media massa,salah satunya Harian Republika, yang jumlahnya ratusan. Tinggal kita mendorong keberanian para umara untuk diimplementasikan dalam kebijakan serta mendampingi ummat dalam pelaksanaan.
aamiiin… Semoga bisa sama-sama menebar manfaat untuk sesama.