Jumat, Maret 29MAU INSTITUTE
Shadow

SANG MU’ALLAF AFRIKA HADIR DALAM MULTAQA ULAMA DAN DU’AT

Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Wahai segenap manusia, ingatlah … Sesungguhnya tuhanmu Tuhan yang satu, dan nenek moyangmu nenek moyang yang satu. Ingatlah … Orang ‘Arab tidak lebih mulia ketimbag selain ‘Arab (‘ajam), demikian pula orang selain ‘Arab tidak lebih mulia ketimbang orang ‘Arab. Tidak pula orang berkulit merah lebih utama ketimbang orang berkulit hitam, dan orang berkulit hitam tidak lebih mulia ketimbang orang berkulit merah. (Yang membuat seseorang menjadi mulia), hanyalah mereka yang menghiasi hidupnya dengan taqwa”

(HR. Ahmad no. 22391, dalam Silsilah Hadits Shahih no. 2700).

 

SANG MU’ALLAF AFRIKA HADIR DALAM MULTAQA ULAMA DAN DU’AT

Sejak awal dimulainya Pertemuan Ulama dan Dai se-Asia Tenggara, Afrika, dan Eropa ke-5 di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, ada sosok pria berkulit gelap dan berpakaian unik mencuri perhatian banyak orang.

Pria itu tampil dengan pakaian terang berbalut kain bermotif yang diikat di pinggangnya, menutupi kaki serta selalu membawa tongkat panjang bercabang dengan menyandang kayu yang diujungnya menempel patung kecil berbentuk macan. Bahkan nama yang ia gunakan adalah gelar kebesaran yaitu Thoyigbe Zola.

Usut punya usut, Thoyigbe berpakaian seperti itu bukan tanpa alasan. Melainkan karena dirinya merupakan seorang kepala suku di Negara Benin, Afrika. “Tongkat yang disandang di pundak adalah bukti bahwa saya adalah raja. Sedangkan tongkat panjang bercabang digunakan untuk memerintah dan penutup kepala dengan tiga pucuk adalah tanda kebesaran. Tidak ada satupun orang yang boleh memakai pakaian seperti ini kecuali saya,” ungkapnya.

Selain itu, Thoyigbe rupanya adalah seorang mu’allaf dan baru saja memeluk Islam menjelang bulan Ramadhan lalu.

Melalui seorang penerjemah Thoyigbe mengungkapkan kebahagiaannya dapat bertemu ulama dan da’i dari mancanegara. Ia merasa hangat, seakan-akan telah saling kenal satu sama lain.
“Saya sangat senang sekali karena tidak pernah membayangkan keadaan seperti ini,” ungkap Thoyigbe.

Syaikh Khalid Al Hamudi juga turut bercerita bahwa Thoyigbe adalah kepala suku dengan wilayah yang luas. Kampungnya dikelilingi oleh aliran air. Namun proses keislaman Thoyigbe tidaklah mudah. Lebih dari 10 tahun, Thoyigbe didakwahi oleh seorang ulama setempat bernama Syaikh Abu Bakar.

Sulitnya menerima Islam karena cerita-cerita miring yang diterima Thoyigbe. Cerita-cerita itu lantas membuatnya sangat lantang menolak Islam. Namun setelah memeluk Islam, Thoyigbe tidak menemukan cerita miring itu. Ia menyakini bahwa itu semua adalah fitnah terhadap agama Islam. “Banyak orang-orang yang memfitnah Islam. Padahal fitnah itu tidak terbukti sedikitpun”, sambungnya.

Di kesempatan itu pula, Thoyigbe mengumumkan nama barunya menjadi Harun Muhammad. Kini ia berjanji akan menyebarkan Islam kepada kaumnya.
__

@muslimindonesiacerdas

Print Friendly, PDF & Email

2 Comments

Tinggalkan Balasan ke Amir H. Kartawijaya Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!