BULAN FENOMENAL; SERUNYA PERHELATAN AGUSTUS, MUSHIBAH, HINGGA KEBERKAHAN DAN KHILAFIYAH DZULHIJJAH
Oleh:
H.T. Romly Qomaruddien, MA.
Qaddarallaahu haqqa qadrihi … Demikianlah Allah ‘azza wa jalla menjadikan kehendakNya di bulan ini seiring ketentuanNya. Di satu sisi, bulan Agustus di mana masyarakat negeri ini tengah menghadapi berbagai keseruan perhelatan, agenda pembangunan, persoalan kebangsaan, bahkan permasalahan mushibah yang mendera. Di sisi lain, seluruh Muslimin di jagat raya ini, termasuk penduduk Muslim bangsa ini kini tengah menghadapi bulan mulia, yakni bulan Dzulhijjah yang di dalamnya ada keberkahan dan keutamaan. Sekaligus, di dalamnya diramaikan dengan khilafiyah penentuan penanggalan kapan jatuhnya hari ‘Arafah.
Agar semua kita dapat mendulang hikmah dan ngalap berkah dari kedua bulan ini, elok rasanya apabila kita merinci berbagai fenomena menarik di dalamnya. Harapannya adalah munculnya jati diri (‘izzah), mampu berintrospeksi (muhaasabah) dan pintar mencari jalan keluar (makhrajan) dari berbagai persoalan.
Pertama; Bulan Agustus adalah bulan diproklamirkannya negeri sebagai bangsa yang merdeka dan bermartabat. Yang dengan segala ikhtiar dan perjuangan rakyat serta para founding father bangsa ini -atas idzin Allah- berhasil melepaskan belenggu penjajahan. Benar kata Buya Hamka, hanya pekikkan takbir Allaahu Akbar dan teriakkan Merdeka yang membebaskan kita dari cengkraman para penjajah durjana. Menurutnya:
“Yang ada dalam Proklamasi hanya merdeka dan merdeka itu disambut oleh golongan umat Indonesia yang terbesar, yang 90% dengan dorongan Allahu Akbar. Baik dia Masyumi atau PNI. Bahkan mahasiswa pelajar Sekolah Tinggi yang terdidik berpikir secara Barat, datang kepada seorang Kyai meminta tuah kebesaran Allahu Akbar ketika akan pergi ke medan perang”. (Lihat: Debat Dasar Negara; Islam dan Pancasila, Konstituante 1957, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001, hlm.101).
Maka sudah sepatutnya, apabila 17 Agustus 2018 ini, dijadikan sebuah renungan sejarah bagi anak bangsa. Rasa syukur kita akan lebih bermakna apabila dijiwai dengan semangat yang tidak mengabaikan kalimat mulia Allaahu Akbar. Selain itu, sejarah tidak akan pernah melupakannya, bahwa “Menyambut proklamasi tanggal 17 Agustus kita bertahmid (Alhamdulillaah), menyambut hari besoknya tanggal 18 Agustus kita istighfar (Astaghfirullaah). Karena hilangnya tujuh kata, in syaa Allah ummat Islam tidak akan lupa”. Demikian tutur Allaahu yarhamh Mohammad Natsir mengingatkan.
Kedua; Di bulan Agustus ini, kini kita menyaksikan berbagai peristiwa serta euphoria yang bisa jadi mengagumkan, bisa juga mengagetkan, mengherankan, bahkan berbagai keunikkan tingkah manusia yang mengaku sebagai manusia “merdeka”; mulai dari upaya menjauhkan peran agama, memperalat agama dan bermain-main dengan agama atas nama kemerdekaan. Padahal, sungguhlah nyata dalam catatan sejarah, bahwa kemerdekaan ini diproklamirkan Soekarno – Hatta yang disaksikan tokoh lainnya dengan tidak melepaskan berkat “Rahmat Allah Yang Maha Kuasa” sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”.
Ketiga; Di bulan Agustus ini, kita menyaksikan betapa negeri ini tengah bersiap diri menghadapi masa depannya, maka 2019 pun menjadi pertaruhan maju dan mundurnya negeri zamrud khatulistiwa.
Para ulama pun, kembali menunjukkan kepeduliannya. Ada banyak perhelatan akbar di dalamnya; mulai dari multaqa, ijtima’ dan mudzakarah digelar dengan beragam rekomendasi yang telah dihasilkannya. Lagi-lagi semua itu menunjukkan betapa ulama itu mercusuarnya sebuah negara (manaaratul hukkaam).
Keempat; Di bulan Agustus ini, negeri ini pun tengah berduka didera nestapa, merintih dan menangis menghiba belas kasih yang bersih dari sanubari. Bukan keterpaksaan menolong sesamanya, melainkan panggilan.jiwa untuk turut merasakan sebagai sesama anak bangsa.
Kini, pulau seribu masjid Lombok sedang diuji dengan mushibah gempa berkali-kali kejadiannya dengan berkekuatan yang tidak kecil skalanya. Semoga Allah ‘azza wa jalla menggantikannya dengan rahmat dan keberkahan setelah Ia mengujinya. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun ... Allaahummaj’alhaa rahmatan wa laa taj’alhaa adzaaban. “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada Allah jualah kami kembali” … “Yaa Allah, jadikanlah peristiwa demi peristiwa itu untuk kami sebagai rahmat dan janganlah Engkau jadikan peristiwa demi peristiwa itu untuk kami sebagai adzab”.
Kelima; Di bulan Agustus ini pula, Allah taqdirkan bulan mulia Dzulhijjah menyapa, yang di dalamnya ada banyak keutamaan dan kemuliaan; mulai dari shaum ‘Arafah, shalat ‘iedul adhha, penyembelihan hewan qurban, hingga pelaksanaan ibadah haji. Tentu saja, dengan segala hiruk pikuk khilafiyah penetapan penanggalannya yang mudah-mudahan ada banyak hikmah dibalik semuanya.
Bagi mereka yang menunaikan ibadah haji, Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kabar gembira dalam sabdanya: Al-Hajjul mabruuru laisa lahuu jazaaun illal jannah; “Haji yang mabrur tidak ada balasan (dari Allah) yang lebih baik melainkan sorgaNya” (HR. Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anh).
Bahkan disebutkan: “Siapa yang menunaikan ibadah haji diiringi dengan penjagaan tidak berbuat rafats dan kefasiqkan, maka ia kembali seperti halnya seorang anak yang baru dilahirkan ibunya” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Sedangkan bagi mereka yang tidak menunaikan ibadah haji, Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam memberikan kabar gembira dalam tutur sabdanya bahwa fadhilah shaum ‘Arafah itu yukaffirus sanatain maadhiyatan wa mustaqbalatan; “[Shaum ‘arafah itu] dapat menghapus dosa dua tahun berturut-turut, satu tahun yang telah berlalu dan satu tahun yang akan datang”. (HR. Al-Jama’ah dari shahabat Abu Sa’ied al-Khudriy radhiyallaahu ‘anh).
Semoga Rabbul ‘Aalamiin memberikan anugerah keberkahan bagi negeri ini dan kemampuan bagi penghuninya untuk senantiasa patuh dan taat menjalankan titah perintahNya serta diberikan kekuatan untuk menghindari laranganNya. Aamiin yaa Mujiebas saailiin …
_______
✍ Penulis adalah: Pengasuh kajian Tsaqaafah Islaamiyyah di madrasahabi-umi.com
Subhaanallah atas taushiyyah ustadz…Bibi saya sekarang ada di tanah suci menunaikan ibadah haji..tolong doakan beliau jadi hajjah mabruurah