BISIKAN HATI SERPIHAN KASIH SANG MENTARI (Catatan ke-4)
Ketukan itu membuat ritme indah mendawai sukma … aku ingin rinai kembali damaikan hati
Merintis lagi sepenuh kebeningan jiwa … riuhnya indah mainkan nada
Aku ingin pulang ke ranah lama … saat kasih sayang penuh merengkuh jiwa
Aku ingin panggilan itu … membersamai sahabat dalam pengabdian yang sangat
Aku hanya rindu itu … ketulusan mengabdi yang hakiki
Ranahku …. kini aku datang kembali … Allaahumma ikhtimnaa bil husni …. wakhtimnaa bis shaalihaati
Ngarai mengapit alur sungai menuju muara
Sauh mengayuh sampan menuju tepian nan tak berujung
Jauh di ufuk … kentara jelajah batas pandang dalam bias mulai menjingga
Menderai kabut … menyaput mega … menghalau galau di batas senja
Gelisah yang menggeligah … menguap dalam batas harap
Tertegun lunglai di bawah kuasa Penguasa hari
Dalam sendiri kugumamkan seluruh asa berpendar wahai Pengatur tutur … tenggelamkan raga di haribaan ampunanMu … semua yang direnda … jangan terberai …
Menguliti langit senja Sekuat do’a … di kerut dahi zaman yang kian mengufuk
Tak butuh sembab … sebab keluhan hanya mengurat di nadi para penggurutu hidup
Tau apalah itu … taqdir tertimang dalam raup ramah sapamu … abdi diri pada penguasa semesta
Istafti qalbak … dengar dalam kata hatimu tuk hadapi hidup … kau ada dengan semat tuah mampumu jalani taqdir cantikNya
Apakah mungkin kita sejalan … sejinjing menali batin
Bersama sahabat … yang tidak satu karakter
Saat pilah memilih rasa … peluk wibawa jangan diurai …
(Diadaptasi Oleh: TenRomlyQ dari “Jentikan Jemari Rusmiati Sundari Syam”, 2016)