BISIKAN HATI SERPIHAN KASIH SANG MENTARI (Catatan ke-6)
Seperti menyelam di telaga … segenap hurup basah dalam utas do’a
Lindap di celah lidah … dalam nafas menghela harap
Senyap di sayup riak … dengarkan kalimat qalbu yang tak pernah dapat ditampung halaman buku
Hidup adalah nafas … mengubah udara yang kita hirup … menjadi rasa syukur seumur hidup
Alhamdulillaah ‘alaa kulli haal …
Sepanjang rinai …
Ceruk matamu memilin kenang
Sembari sesekali mengetuk pintu yang berkarat di garis ufuq ini … cerita berakhir sudah
Pohon rindang berbisik geligahi telinga
Meraba rasa
Memilih aksara di genang rindu
Kusukai suara hujan menderai renyah dawaimu
Merdu merayu …
Violin selalu temani temaram jiwa
Tak usahlah beranjak di beranda ini kawan
Tak usahlah tanganmu genggam tali batin lagi
Sebab hujan tak butuhkan itu lagi
Leave the past … go move … my best …
Biarkan saja ruang kosong itu menyangga semua bara
Peluk wibawa dalam sahajanya jiwa
Adalah rasa jangan diucap dalam aksara
Ia menguap dalam tafakkur di penghujung do’a
Tak kan pernah derai mega
Bahwa kasih tak kan pernah mati
Tetap bersemayam di jiwa mengembara
Kabung saja tak cukup usik rindu dalam pejam temuimu
Tetaplah cantik batinmu … senyum pelangi tandankan cinta
Selalu putih … selalu bening … biarkan mengalir
Bisik saja … cukup simbolikkan kata hatimu … (Diadaptasi Oleh: TenRomlyQ dari: “Jentikan Jemari Rusmiati Sundari Syam, 2016)