Minggu, November 10MAU INSTITUTE
Shadow

DZUL WAJHAIN; PETUALANG SANG PENGADU DOMBA

DZUL WAJHAIN; PETUALANG SANG PENGADU DOMBA
Oleh:
H.T. Romly Qomaruddien, MA.

Hammad bin Salamah radhiyallaahu ‘anh pernah bercerita: “Ada seorang laki-laki yang menjual seorang budak, dia berkata kepada pembelinya; tak ada cacat pada diri budak ini, melainkan suka memfitnah. Sang pembeli mengabaikan pemberitahuan tersebut, ia pun tetap membelinya. Beberapa hari bersama majikannya, budak ini pun mulai menebar kebiasaannya. Si budak mendatangi isteri majikannya seraya berkata; Sesungguhnya suamimu tidak menyukaimu, bahkan akan menjadikanmu seorang budak. Apakah engkau ingin agar ia mencintaimu? Wanita itu menjawab; ya. Sang budak pun berkata padanya; ambillah sebilah pisau kecil dan potonglah rambut bagian dalam janggut suamimu saat tertidur. Dalam waktu yang sama, si budak mendatangi majikan laki-lakinya seraya berkata; sesungguhnya isterimu telah mempunyai teman lain dan ingin membunuhmu. Apakah engkau ingin memastikannya? Laki-laki itu menjawab: ya. Hendaklah engkau pura-pura tertidur bersama isterimu, lanjutnya. Ketika dirinya pura-pura tertidur, datanglah isterinya dengan sebilah pisau hingga suaminya mengira ia hendak membunuhnya. Direbutlah pisau itu dan wanita itu terbunuh dengan pisaunya. Berikutnya, datanglah keluarga wanita tersebut dan membunuh suaminya. Lalu, datang pula keluarga suaminya hingga terjadilah peperangan antara kedua keluarga tersebut.”

Sedemikian dahsyatnya pengaruh yang timbul akibat perbuatan “adu domba” orang-orang yang senang menebar fitnah. Kisah tersebut dinukilkan kembali oleh Abdul Malik al-Qasim dalam risalahnya An-Namiemah sebagai nasihat untuk kaum Muslimin agar menghindari perilaku “suka mengadu domba” dan “senang diadu domba”. Sungguh luar biasa petaka yang akan terjadi, apabila sifat tercela ini dimiliki seorang Muslim. Bukan sekedar dirinya yang rusak, orang lain pun menjadi binasa karenanya.

Tidaklah berlebihan, jika sebagian ulama menuturkan: “Seorang tukang mengadu domba lebih jahat dari pada tukang sihir, karena seorang pengadu domba dapat melakukan perbuatannya itu hanya dalam beberapa saat saja yang tidak dapat dilakukan seorang penyihir dalam setahun”. Bahkan dikatakan pula: “Perbuatan seorang pengadu domba lebih besar bahayanya ketimbang perbuatan syaitan; karena perbuatan syaitan hanya dengan khayalan dan bisikan, sedangkan perbuatan pengadu domba sangatlah nyata.”

Allah ‘azza wa jalla menegaskan betapa tercelanya perbuatan ini dengan sebutan “pencela” dan “pengejek” (Lihat: QS. Al-Humazah/ 104: 1). Demikian pula dengan perbuatannya yang menyibukkan diri mencari-cari kesalahan orang lain, meretakkan ikatan shilaturrahim yang sudah terjalin, menebar permusuhan dan kebencian serta memporak porandakan persatuan dan kesatuan, hingga api fitnah itu “menyala-nyala” berkobar, maka api permusuhan pun sulit untuk dipadamkan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa namiemah itu suatu perbuatan menyebarkan rahasia dan membuka tabir sesuatu yang tidak disukai bila diketahui. Cara pengungkapannya, bisa dengan kata-kata, tulisan, symbol maupun isyarat melalui perkataan atau pun perbuatan yang menyangkut ‘aib atau kekurangan pada sumber berita. Pelakunya disebut nammaamun, (artinya: biang fitnah, ratu gosip dan raja hoax). (Abdul Malik al-Qasim, hlm. 5).

Senada dengan itu, Ibnu Katsier rahimahullaah ketika memberikan penafsiran namiemah menyebut pula hummaaz (ahli mengumpat) dan lummaaz (ahli mencela) dalam satu penafsiran, di mana keduanya merupakan perbuatan mencari-cari kekurangan, cacat dan meremehkan orang lain sebagaimana dijelaskan Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anh. Sementara Rabi’ bin Anas radhiyallaahu ‘anh menuturkan; bahwa humazah dilakukan di hadapan orangnya langsung, sedagkan lumazah dilakukan di belakangnya. (Lihat: Ibnu Katsier, Tafsier Al-Qur’aanil ‘Azhiem, 4: 3089).

Inilah peranan buruk yang pernah dimainkan istrinya Abu Lahab sebagai aktor sukses “hammaalatal hathab”, yaitu wanita sang pembawa kayu bakar penyulut kejahatan (Lihat: QS. Al-Lahab/ 111: 4). Karenanya, dalam ayat lain Allah ‘azza wa jalla mewanti-wantikan untuk tidak mengikuti sifat-sifat pengadu domba: “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela ke sana ke mari menghambur fitnah, menolak berbuat baik, melampaui batas lagi banyak dosa, bersikap kasar, selain itu terkenal kejahatannya” (QS. Al-Qalam/ 68: 10 – 13).

Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan para shahabatnya agar menjaga diri dari sifat tercela itu: “Ketahuilah, inginkah aku tunjukkan pada kalian tentang orang-orang baik di antara kalian? Mereka menjawab: Tentu, ya Rasulullaah. Lalu beliau bertutur: Mereka adalah orang-orang yang apabila melihat sesuatu, mereka ingat (dzikir) kepada Allah ‘azza wa jalla. Lalu beliau bertanya lagi, inginkah aku tunjukkin pada kalian tentang seburuk-buruknya manusia di antara kalian? (Beliau pun menjawabnya sendiri), mereka adalah orang-orang yang sibuk ke sana ke mari mengadu domba. Mereka pula yang merusak tali kasih di antara orang-orang yang saling menyayangi, juga mereka itulah yang senang mencari-cari cacat dan kesalahan bagi orang-orang baik di antara kalian.” (HR. Ahmad dari Asma’ binti Yazied bin Sakan dalam Ibnu Katsier, 4: 2897).

Lebih tegas lagi, Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan peringatannya sekaligus kabar ancaman: “Kalian akan menemukan manusia yang paling jahat yang bermuka dua (dzul wajhain); yaitu orang yang datang kepada mereka dengan muka begini dan datang kepada yang lainnya dengan muka yang berbeda” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anh).

Adapun ancamannya, beliau pun menandaskan kembali: “Tidak akan masuk syurga para pengadu domba” (HR. Muslim, Kitaabul Iman, Bab Ghilzhu Tahriemin Namiemah, no. 168, hlm. 59).

Semoga Rabbul ‘Aalamien senantiasa menjadikan hamba-hambaNya terhindar dan terjaga dari sifat-sifat tercela ini, seraya diiringi dengan do’a dan pengampunan kepadaNya. Allaahumma Aamiin
_______________

✍ Disampaikan penulis dalam Kajian Zhuhur Management dan Karyawan di Masjid Nuurus Syifa’ (Rabu awwal 2019) PT. Kimia Farma Indonesia Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur.

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!