Senin, Desember 9MAU INSTITUTE
Shadow

ADA APA DENGAN USIA 40 TAHUN?

ADA APA DENGAN USIA 40 TAHUN?
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien

“Umur geus aya nu ngatur, napas geus aya nu ngalas …”

Demikianlah petuah orang toea doeloe warga priangan ketika mereka menasehati siapa pun yang dicintainya dalam mengingatkan usia.

Nasihat ini mengingatkan kita pada bentangan sabda baginda Rasûlullâh shalallâhu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits peringatannya, baik peringatan baik atau peringatan buruk (al-wa’d wal wa’îd).

Di antara sekian peringatan, adalah terkait kisaran usia ummat manusia, yakni ummat Rasûlullâh itu sendiri. Beliau bertutur:

أعمار امتي ما بين ستين و سبعين و أقلهم لا يجوز ذلك

“Usia ummatku dalam kisaran 60 hingga 70 tahun tidak melebihi dari usia itu.” (HR. Al-Bukhâry dan Ibnu Mâjah dari shahabat Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anh)

Lalu ada apa dengan usia tersebut dan sejauhmana pengaruhnya dalam mengarungi kehidupan? Dalam hal ini, kita bisa bertadabbur, merenungi kembali perjalanan ummat masa lampau hingga masa Rasul akhir zaman, sebelum kita mempelajari perjalanan manusia kini.

Jauh sebelum Hurlock dalam Developmental Psychology-nya melukiskan bahwa usia 40 tahun adalah usia yang benar-benar dewasa, usia yang benar-benar meninggalkan masa mudanya, ternyata Al-Qur’an telah lebih dahulu mengisyaratkan perubahan perilaku ini sesuai kehendak Pencipta.

Benar apa yang dituturkan wahyu dalam firmanNya:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqâf/ 46: 15)

Ayat tersebut sangat jelas menyebutkan dengan perkataan idzâ balagha asyuddahu wa balagha arba’îna sanatan, (artinya: “apabila ia mencapai usia dewasa dan mencapai usia 40 tahun“) menunjukkan bahwa kisaran usia tersebut benar-benar definisi yang disebutkan Allah ‘azza wa jalla.

Di samping itu, para mufassir terdahulu memberikan paparan terkait ayat “usia matang” ini, di antaranya:

1. Al-Qurthuby rahimahullâh menuturkan: “Aku mendapati para ulama di berbagai negeri, mereka sibuk dengan aktivitas dunia dan bergaulan sesama manusia. Ketika mereka sampai usia 40 tahun, mereka mulai menjauh.” (Lihat: Al-Jâmi’ Li Ahkâmil Qur’ân, 14: 218)

2. Ibnu Katsîr rahimahumullâh menyatakan: “Bahwa ketika seseorang berada dalam usia 40 tahun, maka sempurnalah akal, pemahaman dan kelemah lembutannya.” (Lihat: Tafsîr Al-Qur’ânil Azhîm, 6: 623)

3. Imam Asy-Syaukâny rahimahullâh menguraikan: “Para ulama pakar Tafsir menyatakan bahwa tidaklah seorang Nabi diutus melainkan mereka telah berusia 40 tahun. Ayat ini menunjukkan bahwa jika seseorang mencapai usia 40 tahun, (dalam aktivitas kesehariannya) ia membaca doa seperti yang terdapat dalam ayat di atas.” (Lihat: Fathul Qadîr, 5: 24)

Lebih dari itu, usia 40 tahun ke atas dengan rambut yang mulai berubah berhiaskan uban, menjadi simbol kemuliaan seseorang. Rasûlullâh shalallâhu ‘alaihi wa sallam melukiskannya dalam kata-kata penghargaannya:

إن من إجلال الله إكرام ذي الشيبة المسلم

“Sesungguhnya di antara bentuk mengagungkan Allah adalah memuliakan seorang Muslim yang sudah beruban.” (HR. Abu Dâwud dari shahabat Abu Mûsa radhiyallâhu ‘anh)

Semoga Rabbul ‘Âlamîn memberikan kita umur dan kehidupan yang berkah di sisiNya. Âmîn yâ Mujîbas sâilîn …
_____________

✍ Ditulis sebagai ungkapan terima kasih atas peringatan teman dan shahabat akan semakin bertambahnya usia yang sudah melebihi 40 tahun ***

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!