KULIAH KEUMMATAN BERSAMA PROF. DR. IR. H. A.M. SAEFUDDIN
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien
Jelang shaum ‘arafah dan ‘iedul adhha, bahkan sampai hari-hari tasyriq 1440 H kali ini, qaddarallâh penulis berkesempatan dapat menyimak kuliah zhuhur dan perbincangan-perbincangan kecil yang disampaikan Ayahanda fiellâh Pak AM. Saefuddin di Masjid Al-Furqan Jl. Kramat Raya 45 Jakarta Pusat, tepatnya markaz Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.
Da’i yang aktivis kampus IPB sejak mudanya ini, kini mendapat amanah sebagai Ketua Pembina Dewan Da’wah Pusat bersama tokoh-tokoh lainnya yang sezaman. Kalau beliau sedang ada dan tidak keberatan memberikan taushiyah, beliau pun kerap kali memberikan taujihnya dengan ciri khas “sentilan-sentilun” yang cukup menarik dan mengena terkait perkembangan keummatan.
Beberapa hikmah yang sempat tersimpan dalam fikiran dan tergores dalam catatan, yaitu menyoroti hubungan antara peningkatan keshalihan individual masyarakat Muslim, yang dinilainya belum seimbang dengan keshalihan sosial yang lebih luas.
Di antara yang menjadi “tanda tanya besar” beliau sebagai bahan introspeksi (muhâsabah) adalah:
1. Mengapa politik Islam gagal? Padahal semangat keshalihan dalam menunaikan ibadah ummat meningkat, ini bisa dilihat dari semangatnya ummat Islam dalam ibadah berqurban tahun ini mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan gaya khasnya Pak AM mengkritisi: “Seharusnya, semakin ekor sapi dan ekor kambing banyak diqurbankan, ummat Islam semakin meraih kemenangan.” Imbuhnya demikian. Kemudian beliau pun melanjutkan, mudah-mudahan ibadah pengorbanan tidak menjadi life style semata bagi sebagian kalangan, melainkan cerminan keimanan dan ketaqwaan yang semakin meningkat.
2. Mengapa kita menjadi ummat yang paradox? Padahal seruan kebaikan selalu kita kumandangkan. Dalam konteks kekinian, kita yang banyak berbicara tentang kebaikan dan kebenaran malahan kita yang terkalahkan. Antara yang sering kita katakan, masih kurang sepadan dengan strategi yang harus kita jalankan.
3. Apa yang kurang dari da’wah kita? Bisa jadi, methode da’wah yang kita jalankan masih banyak problem dan teknologi da’wah yang mestinya kita kuasai masih banyak kita tinggalkan atau ketinggalan. Sekalipun visi dan misinya sudah bagus, apabila methode dan teknologinya kurang bagus, maka jadinya pun tidak bagus.
4. Apa yang harus kita lakukan? Yang jelas, content da’wah ke depan harus lebih ditingkatkan dan kita perbaiki. Pahamkam ummat agar mereka tidak sekedar “takut berbuat salah” melainkan harus “takut berbuat dosa.” Lebih dari itu, kita harus mampu membangun kemanfaatan ibadah yang berkelanjutan, bukan kemanfaatan yang sesaat.
Dengan mengacu QS. Yûsuf/ 12: 108, di mana Allah ‘azza wa jalla berfirman:
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah: inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah (musyrik).”
Ayat tersebut menunjukkan kejelasan “jalan Allah” sebagai satu-satunya jalan da’wah dengan segala panduan (manhaj) yang telah ditetapkanNya, hendaknya dijadikan landasan utama sehingga da’wah benar-benar dirasakan menjadi solusi bagi seluruh persoalan ummat, termasuk berbangsa dan bernegara.
Maka, benarlah apa yang sering dituturkan para cerdik pandai kita dalam qaidah kemenangan ummat:
لاغلبة إلا بالقوة ولا قوة إلا بالإتحاد ولا إتحاد إلا بالأخوة ولا أخوة إلا بالفضائل ولا فضيلة إلا بالدين ولا دين إلا بالدعوة
“Tidak akan ada kemenangan tanpa adanya kekuatan, tidak akan ada kekuatan tanpa adanya persatuan, tidak akan ada persatuan tanpa adanya persaudaraan, tidak akan ada persaudaraan tanpa adanya kemuliaan, tidak akan ada kemuliaan tanpa adanya agama, dan tidak akan ada agama tanpa adanya da’wah.”
Demikian, semoga bermanfaat … Wallâhu a’lam bis shawwâb
____
✍ Penulis adalah: Pengasuh kajian Tsaqâfah Islâmiyyah di madrasahabi-umi.com dan Madrasah Ghazwul Fikri Pusat Kajian Dewan Da’wah
Izin share via medsos ustad..
Baik, silahkan. Semoga menjadi amal jariyah
Baik, silahkan. Semoga menjadi amal jariyah