Senin, Desember 9MAU INSTITUTE
Shadow

BERHARAP MUTIARA DI SORE BERKAH

BERHARAP MUTIARA DI SORE BERKAH
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien


Sungguh, tak ada seorang pun kalangan berilmu yang tidak sepakat, bahwa engkau adalah benar-benar pesona hari … Engkaulah hari mulia yang terabadikan dalam gugusan ayat-ayat yang Maha Rahman, karenanya ada Surat Al-Jumu’ah … Engkau pula hari yang dimaksud oleh Manusia junjungan alam Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai induknya hari-hari. Sayyidul ayyaam, itulah gelar indah kemuliaanmu.

Jum’at, biasa kita mengejanya dengan kata jum’ah. Tak jauh dengan sifat dan karaktermu sebagai hari di mana orang-orang beriman “berkumpul” memuji Dzat Maha Pencipta. Tak ada ruang kehinaan bagi siapa pun manusianya yang ingin membersihkan diri dari pekatnya lumpur kesalahan. Semua gerak dan langkah bermakna, amalan dicatat, serta alunan doa didengar. Sungguh bahagia, bagi mereka yang saat ini memohon keberuntungan melimpah pada Rabb-nya, di kala Dzat Pemelihara yang Maha Mendengar memperhatikan dan mengabulkan permohonannya.

Benar, apa yang disabdakan Baginda panutan Nabi akhir zaman:

اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

“Shalat fardhu lima waktu, shalat jum’at ke jum’at berikutnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan di antara masa tersebut jika ia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim, no. 233 dari shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anh)

Tak sekedar bilangan minggu, di antara perjalanan waktu sepanjang hari, warta keberkahan pun disampaikannya. Ada satu waktu di hari ini, di mana Allah ‘azza wa jalla begitu sangat ridha tuk menerima doa seseorang. Terlepas hujjah para ahli ilmu yang kerap kali berbeda, namun hakikatnya tak mengurangi sedikit pun makna keutamaannya; Sebagian berpendapat, ketika sang Imam dan Khatib mulai duduk di atas mimbar, atau pun yang dimaksud waktu istimewa itu bakda ‘ashar.

Dalam Ash-Shahihain terdapat keterangan bahwa Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anh menuturkan perkataan yang Mulia Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

“فِيْهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا.”

“Di hari jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seorang Muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permohonannya akan dikabulkan. Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu.” (Shahih al-Bukhari 1/ 224 dan Shahih Muslim 2/ 584)

Khabar mulia ini tentunya masih mengundang tanya, walau pun sebagian ulama telah berupaya memberikan penjelasannya. Bisa jadi, semua ini memberi pelajaran betapa keseluruhan waktu di hari ini sangatlah mulia. Dengan tidak disebutkan waktu khusus, menjadi motivasi bahwa menyia-nyiakan kesempatan di hari mulia merupakan sesuatu yang merugi.

Namun demikian, Al-Hafizh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menuturkan pandangannya dalam kitab Zaadul Ma’aad (1/ 389), bahwa waktu yang dimaksud adalah bakda ‘ashar. Menurutnya, pandangan ini pula yang dipegang para salaf. Adapun yang dijadikan alasan adalah sabda Nabi berikut:

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ فِيْهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

“Hari jum’at itu dua belas jam. Tak ada seorang Muslim pun yang memohon sesuatu kepada Allah dalam waktu tersebut melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka peganglah erat-erat (ingatlah bahwa) akhir dari waktu tersebut jatuh setelah ‘Ashar.” (HR. Abu Dawud 6/ 12 dan An-Nasai 3/ 99-100 dari shahabat Jabir bin ‘Abdillah radhiyallaahu ‘anh)

Itulah mutiara yang dimaksud, semoga apa yang menjadi asa dan harap, benar-benar menjadi indah pada waktunya. Tak akan lari cita dikejar, selama ikhtiar dan iman pada qadarNya menjadi pegangan. Allaahumma innii as’aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wa kulla ‘amalin mas yuqarribunii ilaa hubbika … “Yaa Allah, hamba memohon padaMu anugerah cintaMu dan cinta siapa pun orang yang mencintaiMu, serta (anugerahkan dari sisiMu untuk hamba) segala amal yang bisa mendekatkan hamba akan cintaMu.” Aamiin yaa Mujiibas saailiin
____

✍🏻 Artikel ini Al-Faqir tulis selepas bakda ‘ashar pada hari Jum’at terakhir, 25 Desember 2020 (10 Jumadal Ulaa 1442 H.) dan selesai jelang maghrib di kediaman dinas Pusdiklat Dewan Da’wah Setiamekar Tambun Selatan Bekasi Jawa Barat

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!