Senin, September 9MAU INSTITUTE
Shadow

BANI ISRAIL, AHLUL KITAB, IBRANI, YAHUDI DAN ZIONIST

BANI ISRAIL, AHLUL KITAB, IBRANI, YAHUDI DAN ZIONIST
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien

Sungguh fenomenal dan sangat menguras perhatian dunia, apabila mencermati sepak terjang bangsa yang satu ini dari zaman ke zaman. Banyak hal dari “tingkah polahnya” yang menyebabkan udara ini semakin panas, logika perang yang selalu dikobarkannya membuat bumi ini berdarah-darah, tak terkecuali tempat-tempat suci seperti Baitul Maqdis di Yerussalem Palestina yang tidak pernah sepi dari arogansinya.

Noam Comsky [pengamat terorisme internasional], dengan jujur menyebut mereka sebagai “maling teriak maling”. [Lihat: “Pirates and Emperors; International Terorism Real in the World”, ed. terj. 1991]

Al-Qur’anul Karim mengisyaratkan, sungguh bangsa yang pernah dihinakan Allah ‘azza wa jalla ini; disebabkan karena mereka menolak ayat-ayat Allah, membunuh para nabiNya, mendurhakaiNya dan banyak bersikap melampaui batas [QS. Alu ‘Imran/ 3:112]. Yang dimaksud adalah kaum mereka, walaupun Allah sendiri menyebutkan “laisuu sawaa-an min ahlil kitaab”. Tidaklah sama [di antara mereka] ada ummat yang komitmen dan tetap membaca ayat-ayatNya siang dan malam, mereka bersujud, beriman pada Allah dan hari akhir, menegakkan kebaikan dan mencegah keburukan, serta berlomba dalam kebaikan [QS. Alu ‘Imran/ 3: 113 – 114].

Kalaulah ada ahlul kitab seperti dalam ayat tersebut, menurut para ahli Tafsir, mereka itu seperti halnya ‘Abdullah bin Salam, Asad bin ‘Ubaid, Tsa’labah bin Tsu’bah dan lain-lainnya yang benar-benar membaca kitab Taurat yang sebenarnya.

Ada banyak nama yang disematkan pada kaum ini, terkadang mereka dipanggil Bani Israil, Ahlul Kitab, ‘Ibrani, Yahudi, dan juga Zionist yang lebih populer sejak masa-masa pendudukkan.

A. Bani Israil

Disebut Bani Israil, disandarkan pada Nabiyullah Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim yang mendapatkan gelar Israil [bahasa Ibrani; israa: kekasih, hamba dan iil: Tuhan]. Maka dikatakan Bani Israil, adalah anak keturunan Nabi Ya’qub. Gelar serupa sama dengan “Khaliilullaah” atau “Khaliilurrahmaan” sebagai gelar Nabiyullah Ibrahim [bahasa Arab; khaliil: kekasih, Rahmaan: Allah].

Adapun keturunannya, Nabi Ya’qub memiliki empat orang istri dan dua belas anak;

1) Isteri pertama [Li’ah] melahirkan enam orang anak: Rawabin, Sami’un, Lawiyah, Yahudza, Badzakir dan Dzambalan.

2) Isteri kedua [Rahil] melahirkan dua anak: Yusuf dan Benyamin.

3) Isteri ketiga [Zalifah] melahirkan dua anak: Za’ad dan Asyir, dan

4) Isteri keempat [Barihah] melahirkan anak: Dana dan Naftalia. [Lihat: “Yahudi Ahl al-Kitab”, Ulil Amri, 2004]

B. Ahlul Kitab

Dalam Al-Qur’an ditemukan tidak kurang 31 kata ahlul kitab, yang secara mayoritas para ulama tafsir klasik yang lebih berpegang pada teks-teks wahyu dan hadits Nabi memaknai dengan Yahudi dan Nashrani sebagaimana dikuatkan At-Thabary, Al-Qurthuby, Ibnu Katsir, dan lain-lainnya dari kalangan mufassir yang menggunakan tafsir bil ma’tsur.

Bahkan Imam As-Syafi’i lebih menekankan Yahudi dan Nashrani itu, adalah dari kalangan Bani Israil. Adapun yang beranggapan ahlul kitab itu termasuk selain Yahudi dan Nashrani [Majusi/ Zoroaster, Shabi’un, Hindu, Budha, Kongfucu dan Shinto] hanyalah sebagian kecil dari “pemikir belakangan” seperti dipopulerkan Nurcholis Madjid dalam “Islam Doktrin dan Peradaban” [1992], dan Huston Smith ketika menjelaskan agama-agama besar dunia. [Lihat: “The Religions of Man”, ed. terj. 1991]

C. ‘Ibrani

Sebutan ini lebih disandarkan kepada datuknya yang kelima bangsa Yahudi bernama ‘Abir, dan ini dipakai oleh bangsa Palestina kuno. Ada pula yang menyandarkannya pada kota ‘Ibri yang dihubungkan dengan peristiwa Nabi Ya’qub keluar dari Iraq dan menyebrang melintasi sungai Eufrat [kata ‘aa baa raa, artinya melintas, menyebrang]. Berikutnya, ada yang menyandarkan kepada Nabi Ibrahim al-‘Ibrani, di mana keturunannya melakukan perjalanan menuju Khuran Syria yang dilanjutkan lawatannya ke negeri Kananiyah [2000 SM] dan menetap di sana hingga melahirkan Ya’qub dan keturunannya. Dan kini, kata ‘Ibrani lebih disematkan pada masalah ras dan bahasa.

D. Yahudi

Ada beberapa pandangan, mengapa mereka disebut Yahudi; Sebagian mufassir menghubungkannya dengan peristiwa penyembahan anak sapi [QS. Al-A’raf/ 7: 156], pandangan lainnya menyandarkan pada “sikap gemetar” mereka ketika membaca Taurat, dan yang paling populer pandangan yang menyebutkan bahwa kata Yahudi disandarkan pada Yahudza [anak keempat Nabi Ya’qub yang paling berpengaruh] sekalipun masih silang pendapat karena perbedaan lafazh keduanya [yaitu Yahudi dan Yahudza].

Setelah wafatnya Nabiyullah Sulaiman bin Dawud, keturunan Ya’qub ini terpecah menjadi dua golongan besar; Pertama, kelompok Yahudza [kerajaan selatan] yang mendapat dukungan Yahudza dan Bunyamin. Kedua, kelompok Israil [kerajaan utara] yang mendapatkan dukungan dari sepuluh keturunan lainnya dan disebut pula Samaria sampai jatuhnya mereka ke tangan bangsa As-Syria, walaupun akhirnya mereka bersatu kembali.

Malapetaka pengkhianatan pun terjadi [722 SM], mereka merubah Taurat menjadi Talmud, dan Talmud pun kembali berubah menjadi Protocolat. Watak mereka yang berani merubah ayat-ayat Allah dalam Taurat [QS. Al-Maidah/ 5: 41] dan sikap penolakan keras terhadap kebijakan para Nabi [QS. Al-Maidah/ 5: 20 – 26], begitu sangat jelas dipaparkan dalam firman Allah tersebut.

E. Zionist

Sejak diselenggarakannya Kongres Zionisme Internasional Pertama [1895] di Bassel Swiss, Theodore Hertzl [1860 – 1904] menggunakan nama kebesaran “Israil [el]” untuk menyebut negara Yahudi dengan tendensi atas kepentingan politik global yang dibangun di atas kebencian ras dan agama terumuskan dalam “dua puluh empat pasal rahasia” dan dikenal dengan “Protocols of Zion” yang dunia mengenalnya dengan “Ayat-ayat setan Zionis Yahudi”. Bermula dari bocornya ayat-ayat rahasia ini oleh seorang Prancis dan sampai ke tangan Sergyei A. Nilus [pendeta ortodok Rusia], lalu diterjemahkan dalam bahasa Rusia [1901]. Seiring dengan bocornya rahasia ini, kalangan Yahudi memborongnya di pasaran Eropa Timur, namun sebuah naskah berhasil lolos oleh wartawan Inggris Victor E. Marsden dan menyebar ke Eropa Barat [1917] yang kemudian diterjemahkan menjadi “The Protocols of The Learned of Zion”. Berikutnya menyebar ke Amerika dan Jerman, serta diterjemahkan kepada lebih dari 21 terjemahan bahasa dunia. [Lihat: “Blueprint Zionis Untuk Menguasai Dunia” [ed. 2014].

Tidak ada yang sulit bagi Allah untuk membuka topeng dan membongkar rencana jahat mereka, karena Dialah “Khairul Maakiriin”, yakni sebaik-baiknya Dzat pembuat strategi … Wallaahul musta’aan


Penulis adalah: Anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam (Komisi ‘Aqidah), Anggota LDK-MUI Pusat, dan Ketua Bidang Kajian & Ghazwul Fikri Dewan Da’wah

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!