
PAHLAWAN KELUARGA// 22 Desember, ditetapkan sebagai “hari ibu”. Agar tidak timpang, Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi [PPIP] mengusulkan ada “hari ayah” pada 12 November. Bahkan di Eropa dan Amerika, 19 November dikenal dengan “hari lelaki” sedunia. Dalam Islam sudah jelas, diperingati atau tidak diperingati, memuliakan “ayah” dan “ibu” adalah kewajiban. Di samping itu, diciptakannya laki-laki dan perempuan merupakan tanda-tanda kebesaran Allah ‘azza wa jalla sebagai makhluq berpasang-pasangan [azwaaj]. Untuk menyebut kemuliaan keduanya, Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menggunakan kata “abawaahu” [artinya: kedua orang tua]. Para ahli ilmu memberikan penjelasan, kata “abun-ummun” berbeda dengan kata “waalid-waalidah”. Yang pertama maknanya “orang tua ideologis”, sedangkan yang kedua maknanya “orang tua biologis”. Dari paparan tersebut mengingatkan kita pada pelajaran Diniyah 40 tahun silam yang mengajarkan mahfuzhat: Akrim abaaka wa ummaka; “Muliakanlah ibu dan bapakmu” 💫💟✒️ (@TenRomlyQ)