15 MENIT DARI MIMBAR PERADABAN BAGHASASI
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien
Mengakhiri Jum’at pamungkas tahun 2021 di Masjid Islamic Center Bekasi-Jawa Barat, pengurus DKM menyodorkan tema: “Pesan Peradaban dari Pergantian Tahun untuk Ummat”. Dalam durasi singkat tersebut, khatib hanya bisa menyampaikan pesan-pesan berikut:
Pertama; Tak ada yang lebih istimewa dari pergantian tahun [baik qamariyyah atau pun syamsiyyah] selain bersyukur atas nikmat yang dianugerahkan, juga tadabbur akan tanda-tanda kebesaran Allah ‘azza wa jalla.
Kedua; Potret perjalanan setahun [kaleidoskop] merupakan “sunnatul mudaawalah” yang akan terus bergulir sepanjang waktu. Selain muhaasabah, maka yang paling penting dilakukan adalah fa idzaa faraghta fanshab; “Apabila telah selesai merampungkan suatu agenda, bergeraklah menuju agenda yang lain”. Itulah pesan qur’ani QS. Al-Insyiraah/ 94: 7-8.
Ketiga; Pesan peradaban, sebagai respon atas beragam problematika [musykilaat] dan tantangan [tahadiyaat] ummat. Layak direnungkan tiga point kearifan sang maestro dakwah, “bapak dakwah” tanah air Allaahu yarhamh Dr. Mohammad Natsir sebagaimana sering dipetik anak-anak ideologisnya; pentingnya meluruskan niat [agar hati tak mudah tergelincir], rajin bertanya “pukul berapa sekarang?” [agar kita pandai membaca tanda-tanda zaman], dan harus mengetahui jalan pulang [meyakinkan kembali bahwa kita sedang mengembara dalam belantara perjuangan dunia, di mana suatu saat kelak kita akan pulang ke kampung halaman yang sebenarnya, yakni negeri akhir].
Keempat; Dakwah itu wajib ditunaikan, tak cukup dipikirkan. Problematika ummat itu dipecahkan, tak cukup dibincangkan semata. Namun tentu saja, menyiapkannya dengan kerangka berpikir yang lebih matang dan kesiapan yang prima [istii’aab], tentu akan lebih baik hasilnya. Karena pada prakteknya, apa yang diidealkan tak sesuai harapan. Ibarat pepatah Abu Thayyib al-Mutanabbi’, seorang pujangga besar Arab mengingatkan: “Tak setiap yang dicita-citakan dapat tergapai … Karena terkadang, angin laut tak sesuai dengan keinginan sang nelayan”.
Kelima; Merawat bangunan peradaban, adalah perkara yang sangat penting untuk diperhatikan. Karenanya, apa yang telah ditinggalkan para pendahulu dalam melahirkan “produk-produk peradaban mulia” [intaajul hadhaarah al-faadhilah], hendaknya dapat dirawat dengan baik hingga menjadi warisan berharga anak zaman. Satu hal yang tak boleh terjadi, apa yang telah dibangun generasi emas masa lampau dirusak oleh generasi hina kemudian. Al-Hafizh Ibnu Qayyim rahimahullaah menasihatkan: “Kapan sebuah bangunan akan selesai? … Di satu sisi anda membangun, sedangkan yang lain rame-rame merobohkan”.
Aquulu qauwli haadzaa wa astaghfirullaaha lii wa lakum
✍️ Disarikan dari materi Khutbah Jum’ah di Masjid Nurul Islam Islamic Center Kota Bekasi Jawa Barat Tertanggal 27 Jumadil Ula 1443 H./ 31 Desember 2021 M.