Minggu, Januari 19MAU INSTITUTE
Shadow

MENGHITUNG HARI TIBANYA SANG TAMU ISTIMEWA

MENGHITUNG HARI TIBANYA SANG TAMU ISTIMEWA
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien

Hanya tinggal hitungan hari, menjelang tibanya tamu istimewa kita; tamu agung, tamu yang penuh keberkahan, yakni bulan suci ramadhan yang diidam-idamkan insan taqwa dan beriman. Rasanya, dalam jeda waktu yang tersisa ini patut kiranya lebih bersiap diri untuk melakukan penyambutan yang pantas dan layak.

Dalam memantik diri untuk lebih ready menghadapinya, tentu motivasi yang bersifat targhiib dan tarhiib penting untuk dilakukan. Dalam paparan para ulama, pada dasarnya makna keduanya merupakan ma’nan waahidan, yakni memiliki satu makna. Ada motivasi yang pendekatannya kabar gembira, itulah yang dinamakan targhiib. Ada motivasi yang pendekatannya ancaman, itulah tarhiib.

Seperti dalam hadits Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang populer:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa yang shaum ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari).

Dan ada pula hadits yang menceritakan mimpi Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam terkait ancaman bagi orang yang membatalkan shaum tanpa alasan agama, di mana diperlihatkan padanya orang yang tengah diadzab dengan diangkat kakinya ke atas dan kepalanya di bawah dalam keadaan robek pipinya dan bercucuran darah sebagaimana diriwayatkan Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah dari Abu Umamah al-Bakhili radhiyallaahu ‘anh.

Mencermati sifat ibadah, menurut Syaikh Hamud at-Tuwaijiri memiliki dua sifat; Yang pertama, kaafin ‘anil mahbuubaat, yakni ibadah yang bersifat menahan segala sesuatu yang disenangi seperti halnya shaum ini [menahan makan, minum, dan berhubungan pasangan suami isteri]. Dan yang kedua badzlun lil mahbuubaat, yakni melepaskan segala sesuatu yang disenangi, seperti halnya zakat, infaq, waqaf, dan shadaqah yang wajib dikeluarkan. Demikian pula pemberian lainnya, berupa hibah dan hadiah. Di bulan Ramadhan itu, merupakan momentum lengkap yang di dalamnya terdapat keduanya sekaligus.

Ketika Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menuturkan:

قد جاءكم رمضان شهر مبارك

“Sungguh telah datang Ramadhan bulan penuh keberkahan menyapa kalian …” (HR. Ahmad)

Mengapa Ramadhan dikatakan bulan berkah? Diuraikan para ulama, di antaranya Al-Ashbahani dalam Mufradat-nya memaknai “barakah” dengan tsubuutul khairil ilaahi, “tetapnya kebaikan Allah ‘azza wa jalla. Sementara Ibnu Manzhur menguraikan dengan padanan kata “birkah”, artinya kolam. Sebagaimana diketahui, birkah itu merupakan tempat bermuaranya air [mauwdhi’ul maa’i]. Kaitannya dengan Ramadhan, karena bulan ini merupakan tempat bermuaranya parit-parit kebaikan dan kemanfaatan.

Lebih jauh lagi, jika Ramadhan diibaratkan sebagai sebuah universitas, karena di dalamnya ada banyak fakultas kemuliaan; Maka di dalam bulan suci Ramadhan terdapat fakultas tarbiyah, fakultas sosial, fakultas ilmu jiwa, fakultas ekonomi, fakultas dakwah, bahkan fakultas jihad dan fakultas lainnya. Termasuk di dalamnya beragam kurikulum; kurikulum keshabaran, kurikulum kedisiplinan, kurikulum kepekaan, kurikulum karakter dan etika, serta yang lainnya.

Terkait bacaan khusus menyambut Ramadhan, seperti ditegaskan Syaikh Fauzan bin Shalih al-Fauzan rahimahullaah ketika ditanya hal ini. Dirinya menjawab dalam Al-Muntaqaa fil Fataawaa sebagai berikut: “Aku tidak menemukan do’a khusus, melainkan do’a setiap melihat hilal pada awal bulan qamariyyah”. Adapun do’a yang dimaksud adalah:

اللهم أهله علينا باليمن والإيمان والسلامة والإسلام ربي وربك الله

“Ya Allah, tampakkanlah bulan itu [hilaal] kepada kami dengan membawa rasa aman dan keimanan, keselamatan dan semangat Islam. Rabbku dan Rabbmu [wahai rembulan] adalah Allah.” (HR. Tirmidzi dari Thalhah bin ‘Ubaidillah radhiyallaahu ‘anh)

Sedangkan do’a lainnya seperti telah dimaklumi kemasyhurannya di kalangan salaful ummah dari zaman ke zaman adalah do’a yang dialunkan Yahya bin Abi Katsir rahimahullaah:

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِيْ لرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لي وَتَسَلَّمْهُ مِنِيْ مُتَقَبَّلا

“Ya Allah, selamatkanlah aku hingga Ramadhan, dan selamatkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal perbuatanku.”

Sebagai bulan yang penuh kemuliaan, diharapkan bisa menjadi harapan sebagai solusi kehidupan atas segala ujian dan kesulitan yang menimpa. Dengan berbagai terpaan kebaikan di dalamnya, diiringi semangat ikhtiar perubahan … Semoga di balik segala kemusykilan hidup, Allah ‘azza wa jalla tunjukkan jalan makhrajan-Nya. Benar pepatah syair menasihatkan:

لو لم تكن الحياة صعبة لما خرجنا من بطون أمهاتنا تبكي

“Sekiranya hidup ini tidak sulit, maka kita tidak akan terlahir dari rahim ibu kita masing-masing dalam keadaan menangis.”


✍️ Ringkasan materi Targhiib dan Tarhiib Ramadhan 1443 H. Keluarga Besar Masjid ‘Abdurrahman Al-Bahr Pusdiklat Dewan Da’wah Jl. Kamp. Bulu Setiamekar Tambun Selatan 17510 Bekasi Jawa Barat

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!