Sabtu, Desember 7MAU INSTITUTE
Shadow

DAHSYATNYA DAYA RUSAK GHURUUR

DAHSYATNYA DAYA RUSAK GHURUUR
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien

Tak ada seorang pun dari kita yang bisa melepaskan dari “keteperdayaan” diri [ghuruur]; Baik teperdaya oleh keunggulan dirinya, teperdaya oleh kekayaan yang dimilikinya, atau teperdaya oleh faktor lain yang mempengaruhinya. Para ulama banyak menggambarkan ghuruur ini dengan narasi seperti berikut:

الغرور وهمٌ يراه صاحبه علماً، فهو جهل مركب، لأن المتصف به لا يدري ولا يدري أنه لا يدري. هذا الجهل آفة عظيمة جامعة لمفاسد الأخلاق وقع في مهواتها الكثيرون، لأحد سببين: إما لأن الغرور لم ينل في نشأته شيئاً من التربية الصحيحة؛ أو لأنه نال حظاً ناقصاً.

“Keteperdayaan itu sebuah ilusi di mana sang pelaku melihatnya sebagai ilmu, [padahal sebenarnya] kebodohan majemuk. Hal itu terjadi, dikarenakan orang yang tersifatinya tidak tahu, bahkan ia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu. Kebodohan semacam ini, merupakan ketergelinciran yang sangat fatal bagi beragam kerusakan perilaku. Kebanyakan penularannya terjadi disebabkan karena tidak sampainya pendidikan yang baik, atau kondisi dirinya kurang baik.” (Lihat: Raghieb al-Qabbani, alukah.net, 18/04/2016).

Namun demikian, setidaknya bagi orang yang berilmu, peluang untuk bisa selamat dari bahaya ghuruur lebih besar sekiranya orang tersebut berada dalam ilmu yang benar. Imam Hasan al-Bashri pernah menuturkan, bahwa “Seorang ‘alim dengan kacamata ilmunya dapat melihat fitnah sebelum fitnah itu tiba, maka ia dapat menghindarinya. Adapun orang yang tak memiliki ilmu, mengetahui itu adalah fitnah setelah fitnah itu menimpa dirinya”.

Betapa kaitan “ketidak tahuan” dengan “keteperdayaan” itu memiliki irisan dalam daya rusak kepribadian seseorang, tak dapat dilepaskan dari beberapa hal penting ini; tuna pengetahuan tentang hakikat jiwanya, tuna pengetahuan tentang hakikat hidupnya, dan tuna pengetahuan tentang sifat-sifat Tuhannya. Apabila semuanya itu hilang dari jiwa seseorang, maka yang terjadi orang tersebut akan menonjolkan dirinya melebihi dari kemampuannya. Akan merasa unggul dari semua makhluq, bahkan takabbur pada Allah ‘azza wa jalla. Maka sempurnalah ia menjadi bagian dari orang-orang yang teperdaya itu [maghruuriin].

Karenanya, seorang ahli bahasa, Imam Al-Raghib al-Ashbahani memaknai ghuruur sebagai berikut: “Segala hal yang menipu manusia dari harta, pangkat, jabatan, dan bisikan syaitan”. Menurutnya, kata ghuruur ditafsirkan dengan syaitan karena syaitan merupakan penipu yang paling keji. Sedangkan dinisbatkan dengan dunia karena dunia seringkali menipu dan merusak pula.

Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, Allah ‘azza wa jalla menyebutkan terkait “keteperdayaan” ini; QS. An-Nisaa’/ 4: 120, yang menjelaskan bahwa Wa maa ya’iduhumus syaithaanu illaa ghuruuran; “Dan tidaklah syaitan itu menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka”, QS. Al-Mu’min/ 40: 4, yang menegaskan Fa laa yaghrurka taqallubuhum fiel bilaad; “Karena itu, janganlah tertipu oleh mereka [orang kafir] yang pulang balik dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain”, dan QS. Al-Hadiid/ : 20, yang mengisyaratkan Wa maa al-hayaatud dunyaa illaa mataa’ul ghuruur; “Dan tidaklah kehidupan dunia melainkan kesenangan yang menipu”.

Atas dasar ayat-ayat yang mulia itu, Hujjatul Islaam Abu Hamid al-Ghazali membagi kelompok pelaku ghuruur ini dengan sebutan “ashnaf golongan teperdaya” dalam kitabnya Ashnaaful Maghruuriin, dan membaginya kepada empat golongan; Golongan ahli ilmu [‘ulamaa], Golongan para ahli ibadah [‘ubbaad], Golongan orang yang mengaku dirinya “bersih” dari kalangan pengamal shufi [mutashawwifiin], dan Golongan orang yang memiliki harta kekayaan, serta mereka yang teperdaya dengan gelimang dunia lainnya [arbaabul amwaal].

Demikianlah dahsyatnya daya rusak ghuruur terhadap kehidupan kita … Jangankan mereka populis ‘awaami, orang berilmu sekalipun tak bisa lepas dari cengkramannya. Jangankan mereka yang jauh dari taqarrub ilallaah, mereka yang ahli ibadah pun bisa terpelanting karenanya. Jangankan mereka pelaku fahsyaa’, orang yang berusaha bersih sekalipun dapat terpeleset darinya. Dan jangankan mereka yang hidupnya sudah faqiir, orang-orang yang berkecukupan sekalipun dapat jatuh terpuruk dengannya. Yaa Rabbanaa selamatkanlah kami!!!


✍️ Goresan ini ditulis di tengah kemacetan luar biasa sisa-sisa arus balik (Ahad, 15 Mei 2022) jelang maghrib di ruas Jalan Tol Kalihurip Cikampek-Bekasi Jawa Barat

Print Friendly, PDF & Email

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!