STUDI AGAMA-AGAMA DALAM PANDANGAN ULAMA MU’TABAR // Syaikh ‘Utsaimin pernah ditanya tentang hukum seorang Muslim penuntut ilmu mempelajari ajaran agama-agama di luar Islam, beliau memperbolehkannya dengan alasan kepentingan menegakkan hujjah agama, selama pokok-pokok piranti ilmu tafaqquh fid diin sudah “terkuasai” dengan maksimal. Pandangan serupa, tercermin pula pada pendapat para ulama sebelumnya; Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Al-Jawaabush Shahiih Liman Baddala Diinal Masiih, Al-Haafizh Ibnu Qayyim dalam Hidaayatul Hayaaraa Fii Ajwibatil Yahuudi wan Nashaaraa, dan Imam Abu Hamid Al-Ghazali dalam Ar-Raddul Jamiil Fii Uluuhiyyati ‘Isa. Sama halnya dengan mendalami filsafat dan ideologi-ideologi lain yang rentan syubhat dan rawan bencana pemikiran. Itulah yang pernah diperingatkan Grand Syaikh Al-Azhar As-Syariif Prof. Dr. ‘Abdul Halim Mahmud kepada Prof. Dr. Mukti Ali ketika hendak membuka Program Studi ‘Aqidah-Filsafat di lingkungan Perguruan Tinggi Islam di tanah air.✍️📚☪️ (@TenRomlyQ)
Jazaakallohu khoer Tadz. Mohon izin untuk di share.