Oleh : Teten Romly Qomaruddien
Sudah menjadi kebiasaan orang-orang mulia kalangan generasi emas [yakni salafus shaalih], apabila tiba bulan Ramadhan mereka menyambutnya jauh sebelum bulan tersebut datang menyapa. Ada yang bersiap diri sejak tiga bulan sebelum, dua bulan sebelum, atau satu bulan sebelumnya.
Sebagaimana dipetik Imam Ibnu Rajab al-Hanbaly rahimahullaah dalam Lathaaiful Ma’aarif yang menuturkan ungkapan Abu Bakar al-Warraq al-Balkhy [ulama kelahiran Turmudz Uzbekistan, wafat 893 M.] yang mengumpamakan “tiga bulan berturut-turut” [tsalaats mutawaaliyaat]; yakni Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan laksana pohon.
شهر رجب شهر للزرع، وشعبان شهر السقي للزرع، ورمضان شهر حصاد الزرع
“Bulan Rajab adalah bulan untuk menanam pohon, bulan Sya’ban untuk menyiram pohon, dan bulan Ramadhan merupakan bulan untuk memanen raya dari pohon yang ditanam”
Selain dari itu, ada pula ulama yang mengambil tamtsil Ramadhan seperti halnya Nabiyullaah Yusuf ‘alaihis salaam di tengah-tengah saudaranya. Kita semua tentu paham, dalam hitungan tahun ada 12 bulan. Dalam satu tahunnya, ada satu bulan yang menjadi primadona; ditunggu-tunggu banyak orang, diharapkan segera hadirnya, dan diidam-idamkan ummat Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang beriman. Itulah Ramadhan sebagai induknya bulan-bulan [sayyidus syuhuur].
Kini narasi pujian berikutnya datang dari penyusun kitab Bustaanul Waaizhiin wa Riyaadus Saami’iin, yakni Imam Ibnul Jauzy rahimahullaah [ulama kelahiran Baghdad, wafat 1201 M.] yang menuturkan kata-kata emasnya terkait bulan mulia sebagai berikut:
الشهور الاثني عشر كمثل أولاد يعقوب عليه السلام، وشهر رمضان بين الشهور كيوسف بين إخوته. فكما أن يوسف أحب الأولاد إلى يعقوب، كذلك رمضان أحب الشهور إلى علام الغيوب
“Bulan itu jumlahnya ada dua belas seperti anak-anaknya Ya’qub alaihis salaam, Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya seperti Nabiyullaah Yusuf di antara saudara-saudaranya. Sebagaimana Yusuf itu adalah anak yang paling dicintai oleh Ya’qub, demikian juga Ramadhan merupakan bulan yang paling dicintai oleh Dzat yang Maha mengetahui perkara ghaib”
Dikisahkan, saudara-saudaranya Yusuf ‘alaihis salaam datang [ke Mesir] dengan sengaja menghadap untuk meminta bantuan dan dihilangkannya kesusahan [dikarenakan kala itu musim paceklik]. Padahal kita tahu, sebelumnya mereka pernah berbuat kesalahan dan kekeliruan. Yusuf pun berbuat baik kepada mereka dengan cara menjamu dan memperbaiki hubungan kekeluargaan.
Berikutnya, Yusuf pun memberikan kebutuhan makanan kepada mereka, dan mengijinkannya untuk kembali. Artinya adalah seorang Yusuf bisa menutupi kebutuhan sebelas orang [saudara-saudara-nya]. Demikian juga bulan Ramadhan, yang kita berharap bisa menutupi segala apa yang pernah kita abaikan di bulan-bulan sebelumnya. Kita bisa memperbaiki diri segala apa yang kurang sempurna dari urusan kita, menutup kehidupan dengan kebahagiaan dan kesenangan.
Isyarat lainnya, Nabiyullaah Ya’qub ‘alaihis salaam kembali seperti sediakala setelah mencium aroma anaknya Yusuf, maka beliau pun menjadi kuat kembali setelah sebelumnya dalam keadaan lemah, menjadi bisa melihat kembali setelah sebelumnya mengalami kebutaan. Demikian juga seorang pelaku maksiat, jika mencium semerbak Ramadhan dia akan menjadi semangat ibadahnya, di mana sebelumnya terasa payah. Dia menjadi mampu melihat kebenaran, yang sebelumnya dia buta mata hatinya dengan gumpalan maksiat.
Sungguh, Ramadhan benar-benar bulan primadona yang sulit ditandingi. Allaahumma ahillahu ‘alainaa bil amni wal iimaan was salaamati wal Islaam Rabbii wa Rabbukallaah hilaalu rusydin wa khairin
✍️ Tulisan ini digoreskan di atas bus Primajasa Jakarta-Tasikmalaya dalam perjalanan menuju Tabligh Akbar “Targhib Ramadhan 1444 H.” di Masjid Izhhaarul Haq Ancol Kersamenak Garut Jawa Barat (@Ahad, 19/ 03/ 2023)
Alhamdulillsh. Jazâkallôhu khoer Tadz.