Kamis, Oktober 10MAU INSTITUTE
Shadow

MENGGAUNGKAN PERAN GERAKAN NASIONAL ANTI ISLAMOPHOBIA

Oleh : Teten Romly Qomaruddien

Gerakan Nasional Anti Islamophobia [GNAI] yang dideklarasikan satu tahun lalu di aula Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta Selatan, kini menggelar perhelatannya kembali di Hotel Grand Sahid Jl. Sudirman Jakarta Pusat.

Hadir beberapa perwakilan tokoh ummat; baik kalangan perwakilan Ormas Islam, Lembaga Mu’allaf, akademisi, aktivis profesi, para seniman, bahkan ada dari pihak non muslim. Selain disampaikan pandangan tokoh-tokoh GNAI yang hadir; Abdullah al-Katiri, Habib Muchsin al-Athas, Buya Risman Muchtar, juga Dr. K.H. Muhyidin Junaidi, M.A. dari MUI Pusat dan para anggota presidium Majelis Ormas Islam [MOI] yang terdiri dari PUI, PERSIS, Dewan Da’wah Islamiyyah Indonesia, Mathla’ul Anwar, Wahdah Islamiyyah, BKSPP, Al-Ittihadiyyah, dan lain-lain.

Setelah rehat dan mendengarkan alunan nasyid “Ghuraba” oleh Rikhie Asbo, berikutnya para hadirin disuguhkan diskusi interaktif bersama para praktisi lapangan yang telah terlibat langsung dalam dunia dakwah yang beragam. Diskusi yang dipimpin Abu Taqi Mayestino ini menghadirkan para nara sumber; Muhammad Dewa Putu Adhi [pegiat komunitas Hijrah], Yusman Palimbani [aktivis Masjid Lao Tse], Buya Dr. Elfa Hendri Mukhlis [Da’i Rantau Minang], Syamsul Arifin Nababan [Bina pesantren komunitas Mu’allaf]. Adapun yang menjadi pembahasan, bagaimana menghadirkan Islam di tengah-tengah populis yang masih “harus belajar banyak” mengenal Islam, selain memaparkan kiat-kiat sukses menghadapi Islamophobia.

Dalam rangka urun rembuk melengkapi para pembicara sebelumnya [Dr. K.H. Abdul Wahid Maktub, Dr. Hj. Nurhayati Ali As-Segaf, Dr. Hj. Eli Warti Maliki, Muhammad Jaiz, M.E., dan Ko Ceng Li], sebagai Ketua Bidang Kajian dan Ghazwul Fikri Dewan Dakwah dan Ketua Komisi ‘Aqidah Dewan Hisbah Persatuan Islam, mengajukan beberapa hal yang dianggap penting untuk dijadikan bahan telaah kritis dalam kajian-kajian GNAI berikutnya.

Pertama; Di antara varian lanjutan dari Islamophobia yang tidak kurang bahayanya, yakni selain memposisikan Islam sebagai sasaran tuduhan, juga bersikap curiga dan “nyinyir” terhadap berbagai hal yang beraroma Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tanpa disadari muncullah kebencian terhadap keduanya, maka sikap “Qur’an phobia” dan “Sunnah phobia” pun tidak bisa dihindari. Artinya, GNAI memiliki peran dan tanggung jawab untuk memahamkan ummat dalam memaknai pentingnya “kembali kepada dua pusaka” sebagai landasan teologis dalam kehidupan.

Kedua; Melakukan pengkajian secara seksama terhadap teks-teks wahyu terkait peperangan [ghazawaat], pembukaan negeri-negeri [futuhaat], dan hadits-hadits yang bersifat futuristik [bisyaarah]. Artinya, GNAI telah turut serta memberikan edukasi ilmiah kepada ummat dalam memahamkan setiap diksi dan narasi yang sesuai dengan tafsir Islam dalam memaknai tanda-tanda zaman. Di antaranya dalam meluruskan makna “fiqih peradaban” sesuai metode dan pedoman yang benar.

Ketiga; Berbagai upaya yang dilakukan Organisasi Konferensi Islam [OKI]; dalam hal pembelaan kemuliaan simbol-simbol agama seperti berdirinya “Lembaga Internasional untuk Kemuliaan Nabi yang penuh Rahmat” [Al-Lajnah al-‘Aalamiyyah Bi-Muhaafazhati Nabiyyir Rahmah], atau pengkajian terhadap “HAM Partikular” [1990] sebagai penyeimbang HAM PBB [1948]. Semua itu menjadi lebih menarik, apabila GNAI menjadi garda terdepan dalam mensosialisasikannya.

Kejayaan Islam sangat ditentukan oleh kedigdayaan ummatnya, kedigdayaan ummat sangat ditentukan oleh setiap militansi personalnya, dan militansi personal sangat ditentukan oleh ‘aqidah, fikrah, dan akhlaq yang dimilikinya. Wa man ya’tashim billaahi faqad hudiya ilaa shiraathil mustaqiim … Semoga!!!


✍️ Tulisan ini digoreskan sebagai urun rembuk dalam acara “Satu Tahun Resolusi PBB Tentang Hari Internasional Anti Islamophobia” yang digelar oleh GNAI di Hotel Grand Sahid Jakarta Pusat (Selasa, 21/03/2023)

Print Friendly, PDF & Email

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!