Oleh : Teten Romly Qomaruddien
Sebuah anugerah yang tidak ternilai, dapat mendengarkan alunan kalam Dzat yang Maha Gagah nan Perkasa [dzul Qahhaar wal Jabbaar] dari mimbar mulia masjid qiblat kedua Masjidil Haraam Makkah Mukarramah. Tentu saja, terlepas dari hiruk pikuk opini dan narasi yang “berseliweran” di jagad media maya.
Setibanya kafilah kami tiba di masjid yang pahala shalatnya dilipat gandakan 100.000 kali shalat di tempat lain itu, gugusan ayat-ayat pedang menggema di langit Makkah. Ayat Wa maa ramaiyta idz ramaiyta terdengar laksana irama yang memberikan komando bagi para prajuritnya. Itulah suara emas Syaikh Prof. Dr. ‘Abdullah Al-Juhani hafizhahullaah [Ulama Mekkah yang lahir di Madinah dan menjadi dosen di Ummul Qura’] yang suaranya seakan masih terngiang-ngiang di telinga sampai sekarang.
Hari demi hari berikutnya, para Imam bergiliran di waktu-waktu shalat yang dinyaringkan bacaannya [jahar] dengan ayat-ayat lain yang tidak kalah semangatnya; mulai dari ayat jihad hingga ayat-ayat pertolongan dan kemenangan [an-nashr dan al-fath]. Satu sama lain ayat-ayat suci itu nampak bersinergi gayung bersambut menghiasi gerakan qiyaam, rukuu’ dan sujud kami. Sesekali nurani pun terhentak mengingat saudara-saudara seiman yang jauh nun di sana, yakni Palestina negeri qiblat pertama. Tidak terasa butiran air mata pun menetes membasahi pipi.
Saat hari Jum’ah, hari yang sarat dengan ibadah penuh berkah pun telah tiba, kami segera berkemas untuk siap mendengarkan lanjutan alunan kalam mulia dan hikmah khutbah Jum’at yang langsung akan dipimpin oleh Imam Masjid dua kota suci, yakni Prof. Dr. Syaikh ‘Abdurrahman As-Sudais hafizhahullaah. Laksana genderang perang yang tengah ditabuh, dengan pembawaan dan intonasi yang dibawakannya, materi Jum’ahnya terdengar menggelegar menyadarkan ratusan juta jamaah yang larut dalam taujihnya seolah-olah tengah mengamati suasana kawasan jihad yang tengah terjadi.
Setelah membaca hamdallaah, diiringi sanjung puja dan lirih pujian kepada Nabi akhir zaman, mulailah Imam dan khatib menyampaikan wejangan iman dan wasiat taqwanya. Diawali dengan pentingnya seorang Muslim membekali diri dengan ketauhidan dan keikhlasan, serta pentingnya berpegang kepada tali Allah ‘azza wa jalla dan kepatuhan kepada Sunnah nabi-Nya yang suci. Semuanya itu itu merupakan sebab-sebab dibukakannya pintu kemenangan.
Jelang akhir khutbahnya, Syaikh pun menunjukkan perhatian dan keberpihakannya kepada kaum Muslimin Palestina yang sedang dizhalimi oleh penjajah Israel la’natullaah ‘alaihim. Di antara penuturannya adalah:
في هذه الأوقات الدامية في ظل العدوان الصهيوني الغاشم على المستضعفين، فإن أخوّتنا وعقيدتنا تقتضي مؤازرةَ أهالينا في فلسطين؛ ليحققوا الأمن والانتصار، وحقن الدماء والاستقرار، وفكّ الحصار، ووقف العنف والتهجير القسْري، ووصول المساعدات والإغاثة الإنسانية.
“Di masa berdarah ini, mengingat agresi brutal Zionis terhadap kaum tertindas, persaudaraan dan keimanan kita memerlukan dukungan untuk keluarga kita di Palestina agar mereka mencapai keamanan dan kemenangan, suntikan darah dan stabilitas, pencabutan pengepungan, penghentian kekerasan dan pengungsian paksa, serta datangnya bantuan dan pertolongan kemanusiaan.”
Setelah khutbah berakhir do’a penutup, Syaikh pun kembali mengingatkan dalam shalatnya dengan mengalunkan ayat-ayat jihad fii sabiilillaah dengan suara khas yang membuat jiwa-jiwa orang beriman dan memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi akan bergetar mendengarnya. Semoga alunan ayat-ayat pedang dan gelora khutbah yang berwibawa ini, dapat membangkitkan ‘izzul Islaam wal Muslimiin … Wa jaahiduu fillaahi haqqa jihaadih … Wa maa an-nashru illaa min ‘indillaah innallaaha ‘Aziizun Hakiim
✍️ Tulisan ini digoreskan tepat pada waktu kepulangan jamaah umrah Hudaya Safari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dari Makkah menuju Madinah (Sabtu dhuha, 18 November 2023) di Hotel Azka Shafaa Makkah al-Mukarramah.
Semoga ada rekaman khutbah/ imam Jum’at 17 November 2023 yll
Alhamdulillah..teruslah menulis dan berdakwah dengan bahasa yg menarik dan mudah dipahami.
Terimakasih ustad..saya tunggu tulisan2 selanjutnya
Wassalam