Senin, April 29MAU INSTITUTE
Shadow

MERENUNGKAN KALAM KENANGAN SANG MOTIVATOR DA’WAH

Oleh: Teten Romly Qomaruddien

Di sela-sela tilawah malam ke-27 ini, tiba-tiba teringat sosok tangguh yang sering memberikan nasihat dan motivasi dalam mengarungi samudera da’wah seiring dilaluinya bacaan Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125 yang menyingkap pentingnya para da’i memahami pemetaan da’wah di lapangan.

Waktu itu bulan Ramadhan di tahun 2020, benar-benar dihadapkan pada situasi “pageblug” yang cukup mencekam. Covid-19 telah mengubah suasana bulan mulia yang penuh ceria menjadi petaka yang menakutkan hingga tahun 2022 [sekalipun penetapan status berakhirnya pandemi tahun 2023].

Hampir setiap hari, selalu terdengar pengumuman berita kematian yang seakan bersahutan dari mesjid-mesjid sekitar. Sambil menunggu waktu zhuhur, dari kejauhan tampak ada mobil yang menepi ke arah mesjid. Tidak lama kemudian, turun sosok pria berjenggot yang penampilannya tidak asing; memancarkan semangat walaupun tidak dipungkiri bahwa guratan usia yang menuju “usia berumur” telah menghampiri dirinya. Pria itu adalah Allaahu yarhamh Al-Ustadz K.H. Syuhada Bahri, yang kami biasa memanggilnya dengan “Bang Ada” sesuai keinginannya untuk dipanggil Abang.

Dengan nada guyon Sunda, pria itu pun menyapa: “Ten, teu kaluar? Ulah kaleuwihan sieun ku virus Corona teh, Teten mah can keuna ku Covid nya??” [sambil tersenyum puas seraya memuji diri ini karena dinilainya “disiplin” memakai masker]. Apabila diterjemahkan: “Ten, nggak keluar? Jangan berlebihan takut sama virus Corona-nya, Teten belum terkena Covid khan??”, selanjutnya kami pun terlibat obrolan lumayan panjang hingga tiba waktu shalat.

Sekian lama tidak berjumpa, beliau dikabarkan mulai sering keluar masuk Rumah Sakit, namun sesekali masih suka mengajak berkumpul bersama rekan-rekan muda tanpa melepaskan jiwa humornya yang khas.

Banyak pesan yang sempat terabadikan, di antaranya adalah:

“Halangan dan rintangan, ujian dan cobaan … Perintah bagi kita untuk berpikir cerdas dan bekerja keras.”

Hubungannya dengan Ramadhan, beliau pernah bertutur seiring dengan sakit yang dideritanya sembari berpesan kebaikan kepada keluarga dan kawan seperjuangan:

“Bismillaah … Di penghujung Ramadhan tahun ini, saya hanya bisa tertunduk sedih ditemani deraian air mata. Khawatir … Ramadhan tahun ini merupakan yang terakhir bagi saya. Ujian sakit sejak September tahun 2020, menjadikan saya banyak keterbatasan dalam ibadah. Yaa Allah, saya Ridha dengan taqdir-Mu, karena ketetapan-Mu yang terbaik untuk saya. Ampunilah dosa dan kesalahanku, terimalah amal-amalku yang sangat kurang. Untuk isteri dan anak-anakku, maafkan bapak yang telah menyusahkan dan menjadi beban kalian. Untuk teman-temanku … Maafkan saya, dan terima kasih atas perhatian dan kebaikan kalian. Jaga kesehatan, karena perjalanan da’wah masih panjang.”

Semoga diri yang faqir ini senantiasa diberikan kemampuan untuk menimba keteladanan dari kegigihan dan kebaikan generasi terdahulu kami yang tidak mengenal kata lelah dalam da’wah. Aamiin yaa Rabbanaa.


Tadabbur Malam ke-27 ‘Asyrul Awaakhir 1445 H. di Mesjid ‘Abdurrahman Al-Bahr Pusdiklat Dewan Da’wah Tambun Selatan Bekasi Jawa Barat.

Print Friendly, PDF & Email

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!