GENERASI TERBAIK UMMAT; DULU DAN KINI
Oleh:
H.T. Romly Qomaruddien, MA.
Generasi terbaik ummat, dalam bahasa al-Qur’an disebut “khairu ummah” apabila disandarkan pada sifat-sifat yang mulia; menegakkan al-amru bil ma’ruuf dan an-nahyu ‘anil munkar, serta beriman kepada Alloh ‘azza wa jalla (Qs. Alu ‘Imran/3:110). Hadits Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutnya dengan “khairun naas; manusia terbaik” apabila disandarkan pada karakteristik manusianya yang selalu menebar kemanfaatan kepada manusia lainnya (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anh), atau sifat-sifat baik yang lebih rinci; lebih menguasai ilmu [aqra’], lebih takwa [atqaa], lebih senang menghidupkan shilaturrahim [aushiluhum lir rahimi], di samping al-amru bil ma’ruuf wan nahyu ‘anil munkar (HR. Ahmad dari Durrah binti Abi Lahab radhiyallaahu).
Adapun sebutan “khairul quruun; generasi abad terbaik” lebih disandarkan pada tingkatan zaman generasi shalih; shahabat, taabi’in dan taabi’ut taabi’in. Para ulama mufassir, muhaddits, ushuluuddin menyebutnya dengan “al-quruunus tsalaatsah al-mufadhdhalah; tiga zaman yang dimuliakan”, hal ini disandarkan pada Qs. At-Taubah/9:100 yang menyebut mereka sebagai “as-saabiquunal awwaluun; generasi pertama yang beriman dan ber-Islam”. Mereka itulah sejatinya yang disebut generasi “salaf; terdahulu” atau “as-salafus shaalih; generasi terdahulu yang shalih”.
Sedangkan generasi setelah mereka, disebut “khalaf; kini, belakangan”. Apabila mereka mengikuti keshalihan seperti generasi terdahulu, maka mereka berhak disebut “al-khalafus shaalih; orang-orang shalih zaman kini”. Hal ini disandarkan pada riwayat yang menukil dialog Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wasallam sebagai berikut:
“Siapakah orang yang paling menakjubkan keimanannya di sisi Alloh? ‘para malaikat’, jawab para shahabat. Bagaimana tidak dengan mereka, wahyu diturunkan melalui mereka, pungkas Nabi. Mungkin kami ‘para shahabat’?, kata shahabat. Bagaimana tidak dengan kalian, aku (berada) di tengah-tengah kalian, pungkas Nabi lagi. Kalau begitu, siapa mereka?, sergah para shahabat mengejar tanya. Baru Nabi menjawab: qaumun yajie’uuna min ba’dikum yajieduuna shuhufan yu’minuuna bimaa fiehaa; kaum yang hidup setelah generasi kalian, mereka [hanya] mendapatkan lembaran-lembaran suci [walau tidak berjumpa dengan Nabi], namun mereka mengimani kandungan di dalamnya”. Demikian Ibnu Katsir dan As-Syaukani memaparkan dalam tafsirnya.
Hanyalah Alloh ‘azza wa jalla yang Maha Tahu, apakah kita termasuk di dalamnya?. Semoga demikian … Wallaahu a’lam bis shawwaab
________
Penulis adalah: Anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam (Komisi ‘Aqiedah), Anggota Fatwa MIUMI Pusat (Perwakilan Jawa Barat) dan Ketua Bidang Ghazwul Fikri & Harakah Haddaamah Pusa