MENDUDUKKAN ISTHILAH AHLUS SUNNAH WAL JAMAA’AH
Oleh:
H.T. Romly Qomaruddien, MA.
Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah, apabila dilihat dari sisi bahasa, terdiri dari tiga kata; ahlun [ ‘asyierah: famili, penghuni], as-sunnah [ tharieqah, sierah: segala sesuatu yang berkenaan dengan perjalanan Rasulullaah shalalloohu ‘alaihi wasallam] dan al-jamaa’ah [pengikut Nabi dan jejak langkah para shahabatnya]. Apabila dikatakan ahlus sunnah wal jamaa’ah, berarti “hum al-mutamassikuuna bis sunnah wal jamaa’ah; mereka yang komitmen dengan sunnah Nabi shalalloohu ‘alaihi wasallam dan mengikuti jejak langkah para shahabatnya”. Demikian Nashir ‘Abdul Kariem al-‘Aql menjelaskan dengan menukil Ibnu Manzhur dalam Lisaanul ‘Arab.
Mereka dikenal sebagai ahlul hadits, apabila disandarkan pada kesungguhannya dalam berpegang pada hadits Nabi. Atau ahlul atsar, apabila disandarkan pada atsar-atsar shahabat, taabi’ien dan taabi’ut taabi’ien [ atsar: jejak]. Juga disebut ahlul ittiba’, apabila disandarkan pada sikapnya yang teguh dalam mengikuti Alloh dan rasul-Nya.
Dalam perjalanannya, isthilah mulia ini popular di zaman Nabi dengan sebutan al-jamaa’ah. Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anh [kalangan shahabat] mempopulerkannya dengan ahlus sunnah dan ahlul jamaa’ah. Berikutnya, Imam Ahmad bin Hanbal yang menegaskan pengikutnya dengan sebutan ahlus sunnah, sebagai bentuk perlawanan kepada penguasa ‘Abbasiyah yang menganut faham Mu’tazilah. Berikutnya Abul Hassan al-Asy’ari di Baghdad [awalnya pengikut Al-Juba’i yang Mu’tazilah dan bertobat], lalu diikuti Abu Manshur al-Maturidi di Samarqand. Keduanya mengibarkan ahlus sunnah wal jamaa’ah, namun dianggap masih ada bias Mu’tazilah, walaupun saat ini disebut-sebut sebagai pembangun ajaran ahlus sunnah wal jamaa’ah. Masa berikutnya adalah Ibnu Taimiyyah [dikenal dengan muhyi atsaris salaf] bersama murid-muridnya di Damascus mengibarkan ahlus sunnah wal jamaa’ah sampai perkembangan lima abad berikutnya, yaitu hadirnya Muhammad bin ‘Abdul Wahhab di Jazirah Arabia yang menghidupkan kembali Madrasah Ibnu Taimiyyah.
Sebenarnya, apakah ahlus sunnah wal jamaa’ah itu nama sebuah golongan atau sifat? dan sejak kapan adanya?. Meminjam pernyataan Ibnu Taimiyyah dalam Al-Fatawaa dan Minhaajus Sunnah, yang menegaskan: “penamaan ahlus sunnah wal jamaa’ah sudah ada sejak dahulu, sebelum Alloh munculkan Imam madzhab yang empat”. Karenanya, sebagian ulama menyimpulkan, bahwa ahlus sunnah wal jamaa’ah merupakan nama dan sifat sekaligus. Adanya sifat menjadi sebab munculnya nama, dan tidak adanya sifat berarti hilangnya nama tersebut. Walloohu a’lam bis shawwaab
_______
Penulis adalah: Anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam (Komisi ‘Aqidah), Anggota Fatwa MIUMI Pusat (Perwakilan Jawa Barat), Wakil Sekretaris KDK MUI Pusat dan Ketua Bidang Ghazwul Fikri & Harakah Haddaamah Pusat Kajian Dewan Da’wah