TA’ARUF BERSAMA AKHWAT TELADAN SEPANJANG ZAMAN

TA’ARUF BERSAMA AKHWAT TELADAN SEPANJANG ZAMAN
Oleh:
H.T. Romly Qomaruddien, MA.

Selain al-Qur’an dan as-sunnah menjelaskan beragam aturan dan hukum (qaanuun, ahkaam), perumpamaan (tamtsiel), kabar gembira (tabsyier), kabar ancaman (tandzier), dorongan untuk kebaikan (targhieb), dorongan meninggalkan keburukan (tarhieb), janji baik (wa’d), janji buruk (wa’ied), juga memaparkan beragam kisah (qashash) untuk dijadikan pelajaran berharga.

Alloh ‘azza wa jalla berfirman: “Laqad kaana fie qashashihim ‘ibratun li ulil albaab … ” Artinya: “Sungguh ada dalam kisah-kisah mereka, pelajaran bagi orang-orang yang memiliki akal pikiran … “ (QS. Yuusuf/12: 111).

Seperti kisah sejarah pada umumnya, perjalanan wanita mulia dapat dilihat dalam bentangan buku-buku sejarah. Namun, untuk mengetahui lebih terarah dan fokusnya apa yang dicari, maka buku-buku khusus semisal Nisaaun Anzalallaahu Fiehinna Qur’aanan; Wanita-wanita Penyebab Turunnya Ayat karya Dr. ‘Abdurrahman Umairah, Nubdzah Min Siyaris Shahabiyyaat; Sekelumit Perjalanan Wanita Shahabat (Tim Daarul Wathan) dan Nisaa’ Haular Rasuul karya Syaikh Mahmud Mahdi al-Istanbuly bisa menjadi pilihan. Demikian pula Imam Bukhari dan Imam Muslim rahimahullaah ‘anhumaa menuliskan lebih awal dalam kitab Shahih-nya, begitu juga kitab-kitab Sunan dengan bab tersendiri Fadhaailu Ashhaabin Nabiyyi Shalallaahu ‘Alaihi wa Sallam; Keutamaan Para Shahabat Nabi.

Di antara pujian Rasulullaah shalallaahu ‘alahi wa sallam akan keutamaan para wanita mulia sepanjang zaman ini, seperti tergambar dalam hadits berikut: “Cukup bagimu wanita-wanita teladan di seluruh alam; Maryam binti ‘Imran, Khadiijah binti Khuwalid, Fathimah binti Muhammad dan Asiyah istri Fir’aun” (HR. At-Tirmidzi, 5/660, no. 3878 dari shahabat Anas radhiyallaahu ‘anh).

Dalam riwayat lain disebutkan: “Kaum pria yang sempurna keteladannya cukup banyak, tidak demikian dengan kaum wanitanya, kecuali Maryam binti ‘Imran dan Asiyah istri Fir’aun. Adapun keutamaan ‘Aisyah di antara wanita mulia lainnya bagaikan roti lezat atas seluruh makanan” (HR. At-Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah. Lafazh hadits ini bagi Imam Bukhary sebagaimana dijelaskan Al-Haafizh Ibnu Katsier, 1/500).

Di sisi lain, Rasulullaah shalallaahu ‘alahi wa sallam , juga menuturkan: “Ada empat akhwat mukminat yang patut dijadikan teladan; Maimunah, Ummul Fadhl, Salma dan Asma” (Al-Istanbuly, hlm. 218).

Ada pula di antara mereka, yang disebut-sebut dengan kemuliannya; Sumayyah binti Khayyat (istrinya Yasir, ibundanya shahabat Ammar radhiyallaahu ‘anhumaa yang dikenal dengan wanita teguh pendirian dalam memegang tauhiedullaah), Ummu ‘Amarah al-Anshary (wanita anshar yang tidak ingin kalah bersaing dalam beramal hingga Alloh ‘azza wa jalla turunkan ayatNya), Hafshah binti ‘Umar bin Khathab radhiyallaahu ‘anhumaa (dikenal ahli ibadah, sampai-sampai malaikat Jibril menggelarinya dengan sebutan shawwaamah; ahli shaum dan qawwaamah; ahli shalat), di samping Khadijah radhiyallaahu ‘anha yang dikenal sang penopang da’wah dan ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha yang dikenal dengan sang muslimah cendikia.

Masih banyak wanita-wanita mulia lainnya yang layak diketahui dan diteladani, adapun yang disebutkan di sini hanyalah sebahagian dari mereka saja.

Semoga Rabbul ‘Aalamien senantiasa menghiasi bumi ini dengan sebenar-benarnya perhiasan seperti halnya mereka … Aamiin yaa Rabb
_______

Penulis adalah: Anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam (Komisi ‘Aqidah), Anggota Fatwa MIUMI Pusat (Perwakilan Jawa Barat), Wakil Sekretaris KDK MUI Pusat, Ketua Bidang Ghazwul Fikri & Harakah Haddaamah Pusat Kajian Dewan Da’wah dan Ketua Prodi KPI STAIPI-UBA Jakarta