MAKHTHUTHAH SYAIKH AHMAD HASSAN;
Sebuah naskhah ditemukan di perpustakaan Ustadz Ahmad Hassan di Bangil. Secarik kertas tulisan tangan yang khas dikirimkan kepada koleganya bernama Bahruddin Al-Falimbani sebagai surat balasan atas dihadiahkannya sebuah kitab fiqih dengan tulisan tangan pula.
Kitab dengan bahasa Arab-Melayu ini, tidak kurang dari 500 halaman tebalnya. Ini menunjukkan, betapa kegigihan, ketekunan, wawasan dan jalinan komunikasi yang melampaui zamannya benar-benar telah dilakukannya. Sungguh kita yang hidup hari ini dengan segala fasilitas dan alat bantu yang tersedia belum mampu melahirkan karya-karya briliant seperti mereka.
Tuan A. Hassan, hanya dengan mengandalkan flat yang digunakannya, mampu menuliskan dan menggandakan karya-karyanya. Dari situlah kita jadi bisa membaca dan mengambil manpaat hingga saat ini, bahkan anak-cucu ke depan. Sungguh pewarisan nilai intelektual yang sangat berharga bagi kita.
Salah satu flat yang digunakan Ustadz A. Hassan untuk menggandakan karyanya. Menurut shaahibur riwaayah, beliau sendiri yang mengerjakannya; mencetak, menyusun, menjilid dan mempublikasikannya. Ketika ditanyakan, di mana posisi pasti rumah kediamannya? Yang jelas, di perpustakaan itulah beliau menghabiskan hari-harinya, kini tempat itu digunakan untuk menyimpan buku-buku beliau dan putranya Ustadz Abdul Qadir Hassan.
Allaahu Akbar wa lillaahil hamd … Sungguh kenangan panjang yang mencerahkan … Semoga Allah ‘azza wa jalla senantiasa memberikan rahmatNya bagi mereka dan hikmah yang besar untuk kita. Aamiin yaa Rabbanaa …
Allaahumma faqqihnaa fied diin (TenRomlyQ., PPI Bangil 31/01/ 2018)