Kamis, Oktober 10MAU INSTITUTE
Shadow

CORONA, AKU CEMBURU PADAMU … (Mencari Solusi Langit di Tengah Kekhawatiran)

CORONA, AKU CEMBURU PADAMU … (Mencari Solusi Langit di Tengah Kekhawatiran)
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien


Namamu sangat mempesona …
Namamu kini jadi primadona …
Di mana-mana, manusia membicarakanmu …
Kini, engkau jadi buah bibir semua orang …
Bukan hanya orang kaya, orang berbanda dan memiliki kehormatan dunia, rakyat biasa yang jelata pun bersuara tentang dirimu …
Sebenarnya, aku cemburu padamu.

Semula aku menganggapnya biasa, sekarang menjadi berita dahsyat luar biasa …
Tersebutlah kota Wuhan di negeri tirai bambu China, sebagai tempat penyebaran pertama …
Namun kini, engkau pun mulai merambah ke seluruh penjuru kota di dunia …

Bukan hanya kota-kota besar di benua Amerika dan Eropa, kini dirimu hampir menyisir kota-kota di Asia …
Tak terkecuali Asia Tenggara dan Jazirah Arabia …
Bukan sebatas teritorial biasa belaka, namun tempat mulia Mekkah dan Madinah yang terjaga sekalipun tak terlewatkan mendapatkan sapa …

Kini dirimu semakin dekat …
Kini dirimu semakin merapat …
Semakin nyaring terdengar, semakin jelas dan ramai orang bincangkan …

Yaa Rabb … hamba tahu, ia makhluqMu juga …
Engkau datangkan langsung atau makhluq lain sebagai perantaranya … Atau bahkan manusia yang menyebabkannya, hambaMu yang lemah ini tetap percaya sepenuh iman dan terus berusaha … “Hanya Engkaulah sejatinya yang mampu menghentikannya”.

Wabah yang semakin menjalar, para ulama menyebutnya dengan wabâ’ ataupun thâun namanya, ikhtiar medis belaka tidaklah cukup dibuatnya …
Melainkan do’a-do’a munajat hamba-hambaNya yang merasa lemah di hadapan Dzat Pencipta.

Covid-19 atau Corona, demikian para ahli menyebutnya …
Makhluqnya tak kentara dan tak bisa diindera, bahkan terkadang tak bisa ditembus dengan logika …

Tak ada yang bisa sempurna mencegahnya …
Melainkan sekedar ikhtiar dari upaya yang bisa dilakukan …
Lâ yukallifullâhu nafsan illâ wus’ahâ, itulah firmanNya …
Mengetuk pintu hati kita untuk sadar betapa kita tak bisa kuasa atas segala sesuatu yang telah kita upayakan.

Namun, kita masih sangat berharap …
Allah ‘azza wa jalla sudi mendengarkan sanubari do’a kita …
Benar, ungkapan para ulama, Imam Syafi’i rahimahullâh di antaranya …
Bertutur dengan qaulnya yang utama:

ما رايت شيئا انفع للوباء من التسبيح

“Aku tidak melihat sesuatu yang lebih bermanfaat untuk menghadapi peristiwa menjalarnya suatu wabah selain dari memahasucikan Allah ‘azza wa jalla [bertasbih, berdo’a].” (Riwayat Abu Nu’aim, Hilyatul Auliyâ 7/ 275)

Karena itu pula, di samping kita terus menjaga kesehatan jiwa raga di tengah kekhawatiran yang ada … Kita pun senantiasa antusias mencari “solusi langit” betapa yang Maha perkasa benar-benar adanya.

Jangankan kita sebagai manusia biasa, manusia teladan seluruh alam pun memohon keselamatan dan perlindungan kepadaNya:

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُوْلُ:《اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ》 رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ

Dari Anas radhiyallâhu ‘anhu bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengucapkan: “Ya Allâh, aku berlindung kepadaMu dari penyakit kulit, kegilaan, lepra, dan dari penyakit yang buruk (berat) lainnya.” (HR. Abû Dâwud, no. 1554 dengan sanad yang shahih)

Benar kata pepatah yang mengingatkan jiwa:

السكين لم تذبح إسماعيل …
البحر لم يغرق موسى …
الحوت لم يأكل يونس …
النار لم تحرق إبراهيم …
كن مع الله و سيحفظك …
قل لن يصيبنا إلا ماكتب الله لنا

Tajamnya pisau tak dapat menyembelih Ismail …
Dalamnya lautan tak dapat menenggelamkan Musa …
Buasnya ikan paus tak dapat memakan Yunus …
Panasnya api tak dapat membakar Ibrahim …
Tetaplah engkau bersama Allah ‘azza wa jalla, niscaya Ia akan menjagamu …
Katakanlah: “Tidaklah segala sesuatu menimpa kita, melainkan Allah telah menetapkannya.”

Sekali lagi, ingin aku katakan: “Corona … aku cemburu padamu, karena namamu disebut-sebut, padahal dirimu sekedar makhluq … Maka aku pun ngak boleh kalah, harus lebih banyak menyebut asma dan sifatNya dalam untaian do’a, karena Dialah Allâh Maha Pencipta segala makhluq”. Wallâhul musta’ân … (@Dinihari jelang shubuh, Garut; Senen, 16/ 03/ 2020)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!