Jumat, Desember 6MAU INSTITUTE
Shadow

BULAN SYA’BAN DATANG … BERHARAP WABAH SEGERA HENGKANG

BULAN SYA’BAN DATANG … BERHARAP WABAH SEGERA HENGKANG
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien

Tanpa terasa, masa status tanggap darurat genap memasuki 14 hari terhitung semenjak tanggal 16 Maret 2020. Dengan semakin meningkatnya intensitas penularan Covid-19 di berbagai daerah, membuat pemerintah setempat menambah masa perpanjangan waktu hingga dua minggu ke depan, bahkan bersiap dengan waktu yang belum ditentukan.

Seiring dengan wabah yang menjalar, tanpa terasa pula kita telah melewati bulan Rajab dan memasuki bulan Sya’ban. Itu artinya, sebulan berikutnya kita akan segera memasuki bulan mulia Ramadhan. Untuk mempersiapkan kehadirannya, harapan kita tentunya, bulan Sya’ban datang wabah pun segera hengkang.

Laksana mata rantai yang saling bersambung; bulan Rajab, bulan Sya’ban dan Ramadhan merupakan sinergi kebaikan yang saling berkaitan. Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Lathâiful Ma’ârif menukilkan ungkapan emas seorang ‘alim bernama Abu Bakar al-Warraq al-Balakhi sebagai berikut:

شهر رجب شهر الزرع، وشهر الشعبان شهر السقى للزرع، وشهر رمضان شهر حصاد الزرع.

“Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan untuk menyirami (tanaman) dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen (tanaman).”

Di bulan Rajab, kita diingatkan oleh sejarah, bahwa peristiwa mu’jizat yang dialami Nabi akhir zaman berupa diperjalankannya beliau di malam hari dari Masjidil Haram Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina, lalu berlanjut dengan naiknya beliau ke Sidratul Muntaha di ketinggian tujuh lapis langit. Itulah peristiwa Isra’ Mi’raj yang terjadi pada malam tanggal 27 Rajab tahun ke-10 dari kenabian yang bertepatan dengan tahun 620-621 M menurut catatan Al-Manshurfuri dalam Ar-Rahîqul Makhtûm.

Para sejarawan klasik atau pun kontemporer percaya, betapa peristiwa agung ini; di samping bernilai melahirkan hikmah ta’abbudiyah dan ‘ilmiyyah (seperti halnya shalat lima waktu dan pengembaraan mendapatkan ketinggian ilmu), juga sebagai tasliyyah yang merupakan refreshing spiritual yang menambahkan gelora baru (ar-rûhul jadîd) dalam mengembang dakwah setelah beliau diuji dengan kesedihan mendalam (dikenal dengan ‘âmul huzni) berupa meninggalnya orang tersayang pilihan pendukung dakwah (paman Abu Thalib dan Sayyidah Khadijah binti Khuwailid).

Demikian pula dengan bulan Sya’ban, yakni bulan di mana kebaikan Allah ‘azza wa jalla ditunjukkan pada bulan ini sebagaimana disabdakan beliau:

وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ اِسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ, وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ

“Aku tidak pernah melihat Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam shaum sebulan penuh selain bulan Ramadhan, dan aku juga tidak pernah melihat beliau banyak shaum di bulan lain seperti halnya pada bulan Sya’ban.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anh)

Hadits tersebut menunjukkan bahwa bulan yang paling banyak diisi oleh beliau dengan shaum sunat adalah bulan Sya’ban. Ketika shahabat Usamah bin Zaid radhiyallâhu ‘anh bertanya, mengapa harus bulan Sya’ban? Beliau pun menjawab:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Ia (Sya’ban)  adalah bulan yang banyak dilalaikan orang (berada) antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan diangkatnya amalan kepada Rabbul ‘alamin. Aku ingin amalanku diangkat ketika aku sedang shaum.” (HR. An-Nasâ’i dan dihasankan oleh Al-Albani).

Tidak ada hubungan langsung antara tiga bulan dimaksud dengan wabah yang tengah terjadi, namun tidak ada yang kebetulan bagi Allah, dengan datangnya bulan-bulan tersebut setidaknya kita diingatkan bahwa harapan untuk berbuat baik itu masih ada. Di kala wabah itu merajalela, diperlukan juga di tengah-tengah kegundahan yang kita alami memunculkan pesan-pesan harapan yang dapat membangkitkan kehidupan sebagai terapi psikologis atau soul healing therapy, yakni membangun ketahanan mental untuk lebih siap menghadapi keadaan tanpa kehilangan aroma religiusitas (baca: semangat iman dan tauhidullâh).

Sepenggal kisah orang-orang mulia terbaik pengawal Rasûlullâh; di antaranya Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah (gubernur Syam) yang wafat karena tha’un, lalu digantikan oleh Mu’adz, maka Mu’adz pun wafat karena tha’un. Di saat yang menjadi gubernur adalah Amr bin ‘Ash, ia sempat berpidato di tengah-tengah masyarakatnya: “Wahai manusia! Sesungguhnya tha’un seperti api yang menyala-nyala, kalian yang menjadi bahan bakarnya, maka berpencarlah dan tempatilah gunung-gunung agar api itu tidak menemukan bahan bakarnya sehingga akan padam dengan sendirinya.” Ketika mereka mematuhi seruan itu, qaddarallâh mereka pun terselamatkan dan Allah mengangkat wabah tersebut dari mereka.

Semua itu mengisyaratkan bagi kita hari ini, bagaimana pun dahsyatnya wabah yang melanda, kita tidak ingin kehilangan keseimbangan; menjaga kesehatan diri, keluarga dan khalayak, berikhtiar dan bertawakkal kepadaNya. Mematuhi aturan umum yang mashlahat untuk semua, juga jangan sekali-kali bertindak di luar kontrol akal sehat dengan kepanikkan akut yang merugikan orang banyak. Meminjam pepatah kedokteran populer di dunia Ibnu Sina (terlepas plus minusnya tokoh ini). Beliau bertutur:

الوهم نصف الداء والإطمئنان نصف الدواء والصبر بداية الشفاء

“Kepanikkan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan sebuah kesembuhan.”

Semoga Rabbul ‘Âlamîn senantiasa memelihara kesehatan lahir batin kita dan diberikan kemampuan olehNya untuk bisa keluar dari marabahaya ini. Dengan datangnya bulan Sya’ban dan Ramadhan, kita semua berharap wabah pun segera hengkang dari keadaan kita sekarang. Allâhumma innî a’ûdzu bika min juhdil balâi wa darkis syaqâi wa sû’il qadhâi wa tsamâtatil a’dâi … Âmîn yâ Mujîbas sâilîn
____

*) Ditulis di hari Ahad waktu dhuha diiringi sinar mentari pagi yang menerangi bumi kawasan Pusdiklat Dewan Da’wah Bekasi Jawa Barat sembari Kuliah Online bersama adik-adik mahasiswa dan Jama’ah Taklim yang tengah di rumah tertanggal 29 Maret 2020

Print Friendly, PDF & Email

6 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!