Senin, September 9MAU INSTITUTE
Shadow

SELAMAT MENGHADAPI TANTANGAN ERA BARU PARA SANTRIKU (Taujih Tarbawi di Era New Normal)

SELAMAT MENGHADAPI TANTANGAN ERA BARU PARA SANTRIKU (Taujih Tarbawi di Era New Normal)
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien


Terlepas dari ragamnya pandangan terkait makna kenormalan baru (new normal), yang jelas semua kita sama-sama merasakan dan mengalami sendiri bahwa sekarang tengah berada pada situasi dan kondisi yang sedang tidak biasa-biasa saja.

Sejumlah perubahan sikap; mulai dari pola fikir, pola kerja, pola tindak, pola aksi, pola ajar, pola kebijakan dan lain-lain terjadi hampir di semua lini; dari masalah keluarga, sekolah, pekerjaan, bermasyarakat, bernegara. Terutama dalam beragama, lahir di tengah-tengah ummat fiqih-fiqih baru seperti Fiqih Wabah Covid-19 dan Fiqih New Normal yang sudah banyak kita bincang akhir-akhir ini.

Sebagai pelajar Muslim, maka para santri wajib memiliki peran yang signifikan dalam menghadapi segala perubahan yang mungkin banyak terjadi … Hari ini adalah tetap hari ini, dan hari ini bukanlah hari kemarin, terlebih hari esok. Meminjam ungkapan H. Anies Rasyid Baswedan, Ph.D. (Gubernur Ibu Kota Jakarta): “Janganlah anda menjadi seorang yang sekedar memiliki masa lalu, namun anda kehilangan masa depan. Janganlah anda terpukau dengan cerita masa lalu, namun gelisahlah dengan kemajuan masa depan.”

Sang Gubernur pun mengingatkan dalam sebuah diskusi dan seminar terkait pendidikan, di mana proyeksi pendidikan abad ke-21 menurutnya meliputi tiga hal; karakter, kompentensi dan literasi. Karakter meliputi di dalamnya karakteristik moral (seperti beriman, bertaqwa, jujur, amanah, ikhlash dll). Selain itu, ada karakteristik kinerja (seperti kerja keras, tangguh, ulet, tidak mudah menyerah dll). Kompetensi yang meliputi berfikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif/ mampu bekerja sama. Juga keterbukaan wawasan atau Literasi yang meliputi literasi baca-tulis, literasi budaya, literasi teknologi dan literasi keuangan.

Kembali ke dunia pesantren, sebenarnya apa yang dituturkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan hari ini Nadiem Makarim terkait “Merdeka Belajar Guru Penggerak”, sudah banyak dipraktekkan oleh pondok-pondok pesantren jauh sebelum gagasan itu ada, di mana santri tidak sekedar terpaku dengan teks-teks kitab yang ada, melainkan didorong untuk memberikan tafsiran-tafsiran mutakhir yang mencerahkan, di samping hidup mandiri dan senyawa dengan kehidupan masyarakat yang telah menjadi kurikulum kehidupan. Adapun Guru sebagai sosok yang memberikan keteladanan, juga berfungsi sebagai penggerak roda aktivitas belajar dengan metoda-metoda yang sesuai dengan kebutuhan.

Untuk lebih terpatrinya diri sebagai santri, dalam bincang bahasan pembekalan kali ini, elok rasanya apabila para santriwan sebagai aulâdil udabâ dan para santriwati sebagai banâtil âdibât mau merenungkan kembali (tadabbur) terhadap kaidah-kaidah berikut yang telah sering disampaikan dalam halaqah-halaqah kita:

1. Syubbânul yaum Rijâlul mustaqbal; “Pemuda di hari ini adalah pemimpin di masa depan”.

2. Laisal fatâ man yaqûlu kâna abî Wa lâkinal fatâ man yaqûlu hâ anâ dzâ; “Bukanlah seorang anak muda, mereka yang selalu membangga-banggakan orang tuanya, melainkan anak muda itu yang selalu menunjukkan inilah aku”.

3. Inna ahlâmal yaum Haqîqatul ghad; “Mimpi di hari ini merupakan kenyataan di hari esok”.

4. Hikmatul kibâr wa hamâsatus shighâr; “Bijaknya para senior menjadi spirit bergeloranya para junior”.

5. Anâ Muslimun qabla kulli syai’in; “Saya seorang Muslim sebelum melakukan apa pun jua”.

6. Qif dûna ra’yika fiel hayâti mujâhidan Innal hayâta ‘aqîdatun wa jihâdun; “Teguhlah dengan pendirianmu untuk menjadi seorang mujahid, karena hidup ini hanyalah dapat diperjuangkan dengan ‘aqidah dan jihad”.

7. Fursânan fien nahâr wa ruhbânan fiel lail; “Pemuda tangguh itu laksana kuda perang di siang hari dan laksana rahib yang mensucikan diri di malam hari”.

Dengan tujuh bekal tersebut, Allah ‘azza wa jalla telah memilih kalian sebagai generasi yang bisa diharapkan untuk mengubah keadaan; “Bukan sekedar lulusan yang hanya terus bertanya di mana anda sekolah?, melainkan bagaimana cara anda belajar??. Bukan pertanyaan anda nanti mau jadi apa?, melainkan nanti anda mau berbuat apa??”

Qaddarallâh … terlepas kondisi yang kita hadapi sekarang ini apakah murni ujian dari Allah yang Maha Agung sebagai ujian keimanan, atau adanya rekayasa berupa konspirasi global pertarungan negara-negara besar? Yang jelas, apa yang terjadi dan dialami di tengah-tengah kita hari ini, itulah yang kita hadapi dengan segala varian problematikanya. Tetap bersyukurlah kita, karena Allah telah memberikan kepercayaan dengan dipilihnya kita hidup di zaman ini. Kalaulah dalam masa-masa sulit seperti ini kita mampu mencari jalan keluar, tentu saja pada masa-masa normal kita akan lebih bisa melakukannya.

Sebagai penutup, mari kita bersama-sama bersiap diri memperbaharui bahtera karena samudera yang akan kita lalui sangatlah dalam, memperbanyak bekal kita karena perjalanan ke depan sangatlah panjang, ringankanlah pundak kita karena beban ke depan akan semakin berat. Namun janganlah sekali kali lupa dan lalai! Senantiasa pertebal keikhlasan kita, karena Allah Rabbul ‘âlamîn Maha mengawasi kita.

Yâ Rabb … hanya kepadaMulah jiwa raga ini kami persembahkan. Jadikanlah semua ini menjadi mudah bagi kami, karena Engkaulah Dzat yang senantiasa memberikan kemudahan … Inna shalâtie wa nusukie wa mahyâya wa mamâtie lillâhi Rabbil ‘âlamîn
____

*) Disampaikan oleh Alfaqîr ilâ ‘afwi Rabbih pada “Pembekalan Santri Akhir Mu’allimin PPI 81” di Masjid ‘Aisyah At-Tarkît Baituz Zakât Kuwait-Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, Komplek Pesantren Persatuan Islam Cibatu Garut

Print Friendly, PDF & Email

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!