MADRASAH RAMADHAN; MODEL PENDIDIKAN PARIPURNA
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien
Secara bahasa, Ramadhan berasal dari kata arab “ramadha”, bermakna “keadaan cuaca panas yang dapat membakar.” (Ibnu Manzhur, Lisaanul ‘Arab, vol. 7, hlm.160).
Makna ini semakin jelas, apabila dihubungkan dengan beragam hadits Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang berkaitan dengan shaum Ramadhan dapat membakar atau menghapuskan dosa dan kesalahan (mukaffiraatun limaa bainahunna) dengan matan hadits yang berbeda-beda pula.
Dalam pandangan Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwaijiry, pemilik kitab Mukhtashar al-Fiqh al-Islaamy mengkategorikan ibadah shaum sebagai ibadah kaafin ‘anil mahbuubaat, yakni “menahan dari segala yang disenangi”. Sedangkan zakat, infaq, shadaqah, waqaf dan ibadah yang sifatnya memberi dan mengeluarkan disebut badzlun lil mahbuubaat, yakni “menyerahkan segala sesuatu yang disenangi”. Kedua-duanya, apabila dicermati ada di bulan mulia Ramadhan.
Karenanya, ulama klasik Hujjatul Islaam Abu Hamid al-Ghazali, membagi orang yang shaum pada tiga tingkatan; Pertama, shaumnya orang awwam, yaitu shaum yang hanya menahan lapar, haus dan segala hal yang membatalkannya. Kedua, shaumnya orang khusus, yaitu shaum istimewa, artinya shaum dengan menahan telinga, mata, lisan, kaki, tangan dan fikiran untuk menjauhi perbuatan maksiat. Ketiga, shaum khususnya orang khusus, yaitu shaum dengan menjaga diri dari berfikir selain untuk Allah ‘azza wa jalla. Sebagian kalangan menyebut ketiga tingkatan tersebut dengan istilah (secara urutan); eksoteris, semi esoteris, dan esoteris.
Apabila diumpamakan sebuah madrasah atau kampus, sifat umum madrasah Ramadhan ini memiliki fakultas yang jelas, khususnya tarbiyah yang meliputi beberapa dimensi; dimensi keimanan (imaaniyyah), dimensi spiritual (ruuhiyyah), dimensi sosial (ijtimaa’iyyah), dimensi perilaku (akhlaaqiyyah), dan dimensi kesungguhan (jihaadiyyah).
Maka dimensi-dimensi tersebut, bisa dikatakan sebagai model pendidikan berpola “adab” atau “berilmu dan beradab” di mana hampir seluruh ilmu, pada akhirnya akan bermuara pada ilmu adab ini. Adab utama adalah sikap dan tindakan yang benar kepada Penciptanya, yakni Allah ‘azza wa jalla dengan cara mentauhidkan dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa dan siapa pun juga. Berikutnya, adalah kecintaan, keikhlasan, dan kesungguhan dalam meneladani seluruh aspek kehidupan Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan demikian, kehadiran materi kuliah unggulan dari madrasah dan kampus Ramadhan ini penting dijadikan semacam Materi Kuliah Dasar Umum (MKDU) yang dapat mendasari seluruh fakultas ilmu yang ada pada madrasah dan kampus Ramadhan ini.
Pertama; Mata kuliah syukur. Tidak semua orang dapat menginjakkan kakinya serta menghirup udara pada Ramadhan untuk bisa menikmati bulan yang penuh rahmat, hidayah, dan ampunanNya. Berbahagialah mereka yang berkesempatan dapat kembali bertemu dengan Ramadhan yang dirindukan. Memaksimalkan sebaik mungkin sebagai bentuk rasa syukur, sangatlah penting. Sebab, tidak ada yang tahu, apakah Ramadhan berikutnya masih bisa berjumpa kembali atau tidak?.
Kedua; Mata kuliah ikhlas dan shabar. Keikhlasan menjadi modal dalam melaksanakan berbagai aktivitas ibadah, khususnya ibadah Ramadhan. Semua dilakukan, semata-mata mengharap keridhaanNya. Dengan ikhlas, hati menjadi lebih riang dan ringan dalam menjalankan setiap peribadahan. Sementara untuk membentengi keikhlasan itu diperlukan kesabaran. Dapat dibayangkan, bagaimana seorang Muslim harus berjibaku dengan nafsunya tatkala dirinya sedang menjalani ibadah shaum. Bersabar menahan lapar dan dahaga, diam dalam ucapan sia-sia bahkan dosa, tunduk dari pandangan yang tidak membawa berkah, lumpuh dari melakukan hal-hal yang tidak disenangi Allah, bahkan sampai pada tataran bagaimana menjaga diri agar tidak terpancing kemarahan. Rasulullaah bersabda: “Bukanlah shaum itu sekadar tidak makan dan tidak minum, melainkan shaum itu adalah mengendalikan diri dari ucapan kotor dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya. Apabila seseorang memarahi engkau tanpa sebab yang engkau ketahui, katakanlah kepadanya: “saya sedang shaum”. (HR. Hakim)
Ketiga; Mata kuliah amanah dan jujur. Ramadhan menjadi madrasah dan kampus untuk menumbuhkan kedua sifat tersebut. Bisa diketahui, bahwa hakikat seseorang sedang shaum adalah hanya Allah dan dirinya sendiri. Walaupun seseorang berada dalam kesempatan untuk mencicipi makanan misalnya, ketika sadar bahwa ia sedang shaum maka tentu begitu segan memakannya. Mengapa? Karena dilihat orang ataupun tidak, ia akan tunduk karena Allah semata. Sisi yang lain, madrasah dan kampus Ramadhan mendidik kita agar menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya (al-indhibaath bil waqt). Kita menyadari bahwa Ramadhan adalah waktu yang singkat, sudah seharusnya diisi dengan melakukan amal kebajikan. Membuang segala kotoran yang melekat di dalam diri, jiwa, bahkan harta yang dimiliki.
Jika seluruh mata kuliah Ramadhan diikuti dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan seksama, wisuda sebagai manusia takwa (muttaqiin) menjadi anugerah yang tiada tandingnya. Ramadhan adalah madrasah Ilahiyyah yang meliputi siang dan malam. Siang hari selama satu bulan penuh, orang yang shaum dididik mengendalikan diri untuk tidak makan, tidak minum, bahkan dididik untuk tidak mengucapkan kata-kata kotor yang tidak ada manfaatnya, kata-kata kasar berisikan penghinaan dan pertentangan.Sedangkan malam hari, orang-orang yang shaum pun dididik untuk membiasakan shalat berjamaah dan shalat malam (qiyaamul lail), serta melakukan tadarrus Al-Qur’an dengan tadabburnya agar Al-Quran sebagai pedoman hidup masuk ke relung batin, masuk ke struktur rohani dan pikiran, merambah sukma terdalam sehingga seluruh tingkah lakunya disesuaikan dengan Al-Qur’an.
Selain itu, madrasah dan kampus Ramadhan pun mengajarkan kecintaan kepada sesama (untuk simpatik dan empatik), membangun kebersamaan, menguatkan ukhuwwah dan shilaturrahim, sehingga terbangun suasana yang kondusif untuk menguatkan persatuan dan kesatuan, serta kerja sama saling menolong (ta’aawun) untuk saling memberi dan menerima. Juga saling menjamin dan turut bertanggung jawab akan nasib saudaranya (tadhaamun, takaaful).
Itulah sebahagian kecil potret kurikulum kehidupan di bulan mulia Ramadhan, benar-benar telah membentuk madrasah yang kokoh dan melahirkan hikmah-hikmah yang menjadi model pendidikan paripurna dengan ending kehidupan sejati, yakni la’allakum tattaquun.
*) Disajikan dalam acara Halaqah Tarbawy di lingkungan Bidang Pendidikan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia secara virtual pada tanggal 12 Ramadhan 1442 H. yang bertepatan dengan 24 April 2021(waktu dhuha, 08.00-10.00 WIB.).