TIGA PENGALAMAN BELAJAR BERSAMA PROF. AHMAD TAFSIR// Pertama; Dalam sebuah workshop, beliau menuturkan: “Maksimalkan membaca itu sampai S2, kalau S3 waktunya menuangkan apa yang dipikir. Karena setelah itu, tak ada lagi S4, S5, dan seterusnya.” Kedua; Dalam seminar kelas, beliau cerita terkait cucunya: “Kakek, lihat dech kek nilaiku bagus, tapi ada merahnya” (sambil menunjuk buku nilai yang ada beberapa angka 5-nya). Sang kakek menjawab sambil memeluk sayang: “Iya yah, bagus ada nilai berwarnanya. Ngak apa-apa, dulu juga kakek pernah ponten 5, sekarang kakek jadi profesor.” Ketiga; Masih dalam seminar kelas, beliau menasehati: “Guru itu murabbi (pembimbing), mursyid (pemandu). Ada juga yang berlebihan, harus mendekati “sifat ketuhanan” (saking harus sempurnanya). Makanya di Jepang, Guru itu laksana Dewa (saking wajib dimuliakan). Karenanya, sudah menjadi tradisi masyarakat, kalau Pak Guru/ Bu Guru lewat, pasti masyarakat minggir, dan membungkukkan badan.” … Selamat!!!✒️☺️ (@TenRomlyQ26971)
Masyaa Alloh
Jazakallohu khoiron katsiro, ustadzi