Senin, September 9MAU INSTITUTE
Shadow

BERBENAH DIRI MENUJU USIA SENJA

BERBENAH DIRI MENUJU USIA SENJA
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien

Seiring dengan berjalannya usia; Yang secara nominal semakin bertambah, namun hakikatnya usia kita semakin berkurang. Kondisi ini berlaku bagi siapa saja manusianya, tak pandang turunan bangsawan, maupun masyarakat biasa. Tak peduli orang kaya, maupun manusia jelata. Tak memilah berpangkat, maupun tidak. Tak pandang orang sekolahan, maupun bukan. Semuanya mengalami pengalaman yang sama sesuai penglamaan hidup mereka.

Hal yang wajar, banyak di antara manusia kini, yang bertanya pada dirinya sendiri: “Mungkinkah aku bisa, dan masih bertahan menghadapi hidup yang semakin penuh kewaswasan?”. Pertanyaan batin ini, tentu saja terbilang alami dan sesuatu yang fithrah bagi manusia. Jawabannya, sudah tentu sangat tergantung kepada ketahanan lahir-batin orang yang merasakannya.

Untuk mengobati kegundahan dan ketidak menentuan jiwa itu, maka menemukan terapi yang tepat sebagai solusi merupakan suatu tindakan fardhu ‘ain untuk dilakukan sebagai terapi psikologis jelang usia senja. Dengan demikian, kegoncangan jiwa dengan seluruh varian turunannya diharapkan dapat teratasi dengan baik.

Di antara banyak hal yang wajib [baca: harus] diperhatikan, atau mulai diperhatikan adalah: pentingnya menggairahkan tradisi shilaturrahim sesama kita, mengoreksi diri dari kesalahan masa lalu, lebih istiqamah dalam meniti ilmu merenda amalan semampu yang kita bisa, membenahi perahu sosial yang tengah berlayar sebagai kendaraan hidup beramar makruf nahyi munkar sesuai kemampuan, memperkaya produktivitas diri dengan potensi tenaga yang dimiliki, dan memanfaatkan peluang yang ada untuk mulai melakukan pewarisan nilai kepada generasi anak cucu.

Jadilah kita menjadi manusia bahagia di akhir kehidupan yang tersisa … Arsipkan sejenak memori yang tertunda, alihkan energi positifnya untuk generasi yang akan datang. Walau banyak keinginan dan cita di kepala, ikhlaskan anak cucu kita yang melanjutkan asanya. Benar pujangga Abu Thayyib al-Mutanabbi mengingatkan: Maa kullun maa yatamannaal mar’u yudrikuhu, tajrir riyaahu bimaa laa tastahis sufunu; “Tidaklah segala yang diinginkan seseorang itu dapat tergapai, karena terkadang angin laut kehidupan tak sesuai dengan harapan sang nelayan.”

Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sebagai manusia yang paling dalam perasaannya, paling baik amalannya menuturkan:

إنَّ من الناس مفاتيحَ للخير، مغاليق للشر، فطوبى لمن جعل الله مفاتيح الخير على يديه! وويلٌ لمن جعل الله مفاتيح الشر على يديه!

“Sesungguhnya di antara manusia, ada yang menjadi kunci pembuka kebaikan, dan ada pula yang menjadi kunci penutup keburukan. Alangkah bahagianya, mereka yang Allah jadikan sebagai kunci pembuka kebaikan dengan kuasaNya, dan alangkah binasanya mereka yang Allah jadikan sebagai kunci pembuka keburukan dengan kuasaNya.” (HR. Ibnu Majah dari shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anh).

Benar pepatah orang tua mengingatkan: Umur geus aya nu ngatur, napas geus aya nu ngalas. Hirup kudu jeung huripna, bagja jeung sangsara geus aya papastenannana. Tugas manusa ngan ukur tarekah katut ikhtiar kalayan muntang ka Pangeran nu Maha kawasa; “Umur telah ada yang mengatur dan nafas manusia sudah ada yang mengukur. Hidup wajib diiringi dengan sarananya, kebahagiaan dan kesengsaraan sudah digariskan kepastiannya. Tugas manusia hanya sekadar menjalani dan berusaha, seraya memohon do’a kepada Dzat yang Maha kuasa.”

Allaahumma ashlih lanaa diinanaa alladzii huwa ‘ishmatu amrinaa wa ashlih lanaa dunyaanaa allatii fiehaa ma’aasyiinaa wa ashlih lanaa aakhiratanaa allatii ilaihaa ma’aadiinaa … Aamiin


✍️ Goresan jentik jemari ini disiapkan sebagai pengantar daurah “Meniti Usia Senja” PP Muslimat Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia

Print Friendly, PDF & Email

2 Comments

  • Sri Haryanti

    Masyaan Alloh
    Pas banget buat kami yg manula pak…Jazaakumulloh khoiron.
    Sangat bermanfaat.
    Semoga bisa dipreteli satu” dan diamalkan…aamiin.
    Terimakasih pak ustad

  • Murtiyoso

    Orang amerika bilang: ” berharap yg baik tetapi persiapkan kemungkinan yg terburuk”
    Pepatah Rusia mengatakan: ” hidup ini tersusun dari harapan ke harapan berikutnya”.
    Harapan itu harus dibangun bukan dimimpikan. Harapan adalah bukanlah sesuatu didepan kita yg kita kejar , tetapi harapan adalah hasil langkah kita hari ini.
    Bila kita punya langkah maka kita akan tiba pada harapan itu. Jadi harapan adalah energi besar yg menarik diri kita untuk terus hidup dan mengabdikan hidup kita untuk kemaslahatan orang lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!