MANTAP JIWA ITU HARUS SEMANGAT // Jiwa [nafs] itu sesuatu yang unik dari yang kita miliki; Al-Qur’an menyebutnya 279 kali dengan beragam makna, juga menjadi bahasan intelektual dari zaman ke zaman yang tak membosankan. Mulai dari Hippocrates-Galinus hingga Carl Gustav, dari Al-Ghazali, Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Thufail, hingga Ibnu Sina. Jiwa yang kering [koleris] dengan pribadi logis-emosional, jiwa yang basah [melankolis] dengan pribadi serius-sensitif, jiwa yang dingin [plegmatis] dengan pribadi santai-sosial, dan jiwa yang panas [sanguinis] dengan pribadi aktif-optimis. Demikian pula kepribadian tertutup [introvert], kepribadian terbuka [ekstrovert], pribadi ganda [ambivert]. Semua itu merupakan keajaiban jiwa. Termasuk manakah kita? Yang jelas, ketika menghadap Dzat Pencipta, kita ingin termasuk yang “mantap jiwa”, yakni an-nafsul muthmainnah. “Merdeka dalam ekspresi jiwa adalah fithrah insaaniyyah, mengawal jiwa dengan agama dan etika adalah haajah diiniyyah.” ✍️😊💟 (@TenRomlyQ)