PERNAK-PERNIK AKSI 114 DAN TUGAS JELANG IFTHAR SHAUM // Sejak ramai diberitakan media, bahwa akan ada aksi BEM SI seputaran Istana Negara dan DPR-MPR RI, diri ini langsung teringat pada tugas yang diamanahkan untuk mengisi acara “Syi’ar Ramadhan” di Pro1 91.2 FM RRI Jakarta. Sesuai dengan tema yang diminta, “Ketika Taat Terasa Berat” [Lihat: artikel kolom Dakwah atau Hikmah], mulailah al-faqir membuat goresan pena [tepatnya jentik jemari] di atas bis 9A sambil “menikmati” cuaca panas tapi mendung sepanjang jalan Tol Bekasi-Prumpung Jatinegara. Sambil menunggu jam 16.30 WIB tiba, bakda zhuhur sempat merapihkan tulisan di Lantai 6 Gedung Menara Da’wah Kramat Raya 45 [sekarang kami menyebutnya Lantam, merujuk pada aktivitas Madrasah Ilmiyah bidang-bidang yang kami garap di “lantai enam” Gedung Dewan Da’wah ini]. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, kemungkinan akses jalan menuju lokasi yang beririsan aksi 411 banyak yang ditutup dan berputar arah. Ternyata benar, tinggal beberapa langkah lagi sampai tujuan tiba-tiba harus melingkar arah. Akhirnya berputar-putar keliling Monas, Istiqlal, dan Bundaran HI sambil turut serta melebur dengan keramaian para peserta aksi yang sudah mulai mengurai berkelompok-kelompok. Melihat suasana yang sudah tidak mungkin dipaksakan, al-faqir pun berbisik kepada yang mengantar, “Kita gandakan niat aja, sambil turut mensyukuri suasana yang ada, sembari memberi dukungan kepada adik-adik mahasiswa yang tengah menyuarakan tuntutan rakyat”. Setelah memberitahukan kepada pihak Laznas Dewan Da’wah dan menghubungi pihak producer program, disepakati kajiannya via online saja. Namun sayang, tidak dapat terlaksana; selain hujan sangat deras mengguyur ibu kota, juga tidak ada shelter yang kosong karena dipenuhi peserta aksi yang sebahagian turut berteduh. “Ngak apa-apa Mas, ana senang koq dengan suasana ini. Kita nikmati saja! Setidaknya kita punya cerita, sudah ikut terlibat dalam perhelatan anak bangsa dalam menentukan nasibnya sebagai warga negara”, lirihku kepada pengantar yang alumni Unibraw itu sambil tersenyum. Akhirnya karena sudah mau adzan maghrib, kami pun sepakat kembali pulang untuk berbuka shaum di Masjid perjuangan Al-Furqan. Sampai di sini, episode lucu masih berlanjut. Setelah shalat maghrib al-faqir pun pamit pulang, dan menghampiri tepi Jalan Raya. Karena posisi sengaja agak jauh [disebabkan hujan turun lagi], “bis legendaris” yang ditunggu-tunggu tidak biasanya melaju cepat sehingga diri ini pun harus mengejarnya sambil hujan-hujanan. Qaddarallaah, sebuah motor trail Patroli Shabara [lengkap dengan pakaian lorengnya] lewat dan berhenti sembari menawarkan diri untuk naik. Tanpa panjang kalam [apalagi diskusi], diri ini pun langsung naik dan mengejar bis yang sudah melaju jauh itu. Di sela-sela keheranan pak sopir dan kondektur, diri ini pun segera berbenah diri mencari tempat duduk dan berniat untuk menuliskannya seperti yang sahabat madrasahabi-umi baca di layar gadget-nya. Tentu saja, tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada bapak patroli dan berlanjut dengan do’a Bismillaahi majraaha wa mursaaha … ✍️☪️😊🇮🇩 (@TenRomlyQ)