Minggu, Mei 18MAU INSTITUTE
Shadow

‘AQIDAH YO TAUHID, OJO DIBANDING-BANDINGKE

‘AQIDAH YO TAUHID, OJO DIBANDING-BANDINGKE
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien

Mengapa manusia begitu mudah berpaling ke lain hati dalam meyakini ajaran Tauhidnya? Atau senang memelihara kecintaan ganda dari Rabb-nya. Tentu di antara jawaban umum yang sering mengemuka, adalah karena keimanan seseorang itu bersifat fluktuatif, yakni tidak kokoh alias labil [ghair mustahkim].

Kondisi semacam ini, tidak dapat dilepaskan dari liarnya akal pikiran seseorang dalam menetapkan sesuatu tanpa batas. Bermula dari sekadar membandingkan [muqaaranah], berkembang menjadi kecondongan dan kecenderungan [az-zaigh], hingga berujung dengan keberpihakan. Mengikuti kehendak akal pikiran semata, tanpa pengawalan wahyu, maka itulah cikal bakal lahirnya keraguan akut [syubuhaat] yang dapat melahirkan kesesatan [adh-dhalaal]. Karena itulah para ulama ushuuluddin menyebut mereka yang seperti ini dengan ahluz zaigh was syubuhaat wadh dhalaal.

Maraknya berbagai keyakinan, merupakan salahsatu dampak nyata yang tidak dapat dipungkiri. Berawal dari pengagungan akal yang berlebihan/ rasionalistik [‘aqlaaniyyah], menuju segala sesuatu yang menuntut serba wujud dan materialistik [maaddiyyah]. Dari upaya memisahkan agama dari urusan dunia, memisahkan agama dari ilmu pengetahuan, hingga meniadakan akhirat dengan segala kehidupannya/ sekularistik [‘ilmaaniyyah].

Semua itu bermuara pada keyakinan “anti Tuhan” dengan sebutan atheisme [mulhidah] atau agnotisisme [ghair mulhidah]. Yang pertama, tidak mengakui adanya Tuhan sama sekali. Sedangkan yang kedua, mempercayai keberadaan Tuhan, namun tidak percaya bahwa Tuhan memiliki aturan. Terlepas dari tingkatan pengingkarannya yang berbeda, para ulama menyebut mereka dengan madzhabun kufriyyatun, yakni madzhab kekufuran. Demikian Syaikh ‘Abdurrahman al-Jibrin rahimahullaah menjelaskan dalam Pengantar Al-‘Ilmaaniyyah wa Tsamaruhaa al-Khabiitsah karya Muhammad Syakir Syarif. Adapun Allaahu yarham Dr. Mohammad Natsir lebih sering menyebutnya dengan al- laadiniyyah dalam kitabnya Ikhtaaruu Ihdaa as-sabiilaini; diiniyyah auw laa diiniyyah. Menurutnya, “Pilihlah olehmu di antara dua jalan; beragama atau tidak beragama sama sekali!!”

Benar, apa yang difirmankan Allah ‘azza wa jalla; Ketika hawa nafsu dijadikan tuhan, meyakini bahwa hidup ini hanya menikmati dunia semata, dan manusia hanya menunggu waktu kematian saja. Maka mereka pun dibiarkan atas pilihannya dalam kesesatan dengan pendengaran, penglihatan, dan mata hati yang terkunci.

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [QS. Al-Jaatsiyah/ 45: 23]

“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” [QS. Al-Jaatsiyah/ 45: 24]. Wallaahu yahdiinaa ilaa sabiilir rasyaad


✍️ Tulisan ini digoreskan sepanjang Jalan Tol Slipi-Merak, menuju Masjid Agung Kota Cilegon Banten di sela-sela menunaikan tugas MUI Pusat

Print Friendly, PDF & Email

3 Comments

  • Jaja

    Upami saur abdi mah mereka bukan tidak percaya Allah punya aturan, tapi keberpihakan mereka ke aturan manusia, jadi menomorduakan aturan Allah, itulah musyrik jahiliyah

  • dr.Asep Hidayat Sugiri

    betul ustaz tulisanya sangat menginspirasi pemikiran dan kalbu, karena sekarang dengan era teknologi berbasis IT semua pekerjaan dan keinginan jadi mudah sehingga manusia menjadi lupa akan makna syukur padahal syukur berasal dari Al -Kholiq sang pencipta kenikmatan tetapi dgan kemudahan malah manusia lupa pada Tuhan bahkan menantang Tuhan karena hampir yg manusia inginkan bisa dihadirkan dengan teknologi berbasis IT tadi, sampai meeka mengatakan dan bertanya dimna Tuhan berada.Saya tidak bisa menjelaskan ustaz .Mohon ada kajian khusus ttg penjelasanya…htr nhun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!