Ottoman Empire, itulah simbol kejayaan dan kegagahan yang pernah ada sepanjang sejarah. Sekalipun negeri ini pernah mengalami hantaman badai sekularisme pada zaman Kemal Pasha Ataturk, namun tak berarti penduduknya berdiam diri untuk tak bangkit dan keluar dari kubangan rusaknya ideologi tersebut.
Sejak zaman para pendahulunya, negeri ini telah banyak menorehkan tinta emas sejarah yang tak mudah dihapus begitu saja. Dalam bilangan waktu yang terukur, hentakan zaman yang menggentarkan jagat, negeri ini pun tampil menjadi singa peradaban di benua Eropa Modern. Berbagai isu global nampak sepi apabila tak melibatkannya, beragam persoalan dunia menjadi tak sempurna apabila mereka bungkam tak berkata.
Sebagai bangsa yang sedang memiliki ‘izzah dan marwah daulah, kini mereka tengah diuji dengan dahsyatnya musibah yang teramat besar. Terlepas dari berbagai spekulasi terkait analisa strategis [baik para pecintanya atau musuh-musuhnya], yang jelas gempa berkekuatan 7,8 magnitudo membuat beberapa kota negeri ini menjadi luluh lantah.
Sudah selayaknya, sebagai hamba Allah ‘azza wa jalla yang faqir, kita mohonkan do’a terbaik dan harapan bahwa Turki dengan segala kemampuan yang dimilikinya bisa kembali pulih seperti sediakala.
Bukankah ketegaran dalam menghadapi hidup, merupakan karakter yang melekat pada jiwa-jiwa pendiri imperium Utsmani ini. Masih ingatkah pesan “si mata kijang” Halime Hatun sang sulthaanah ketika berpesan lirih penuh makna dan semangat kepada suaminya Ertugrul [w. 1283] “si cikal bakal pendiri Ottoman” setiap kali dirinya pergi ke Medan laga untuk bertempur: “Selamat tinggal … Semoga matahari tak membakar kulitmu, semoga hujan tak membuatmu kedinginan, dan semoga kerikil tajam tak melukai kakimu. Pergilah seperti angin dan kembalilah seperti air.” Kini, bangsa Turki tengah “berperang” berjibaku melawan ujian berat. Bangkitlah wahai anak-anak Ottoman!!! Pray for Turkey … ✍️☪️🇮🇩 (@TenRomlyQ; 10/02/23 Sebelum tugas Jum’at).