Rabu, Mei 21MAU INSTITUTE
Shadow

MENEMBUS ASA MENGGAPAI CITA (Hadiah Terindah Bagi yang Merasa Muda)

MENEMBUS ASA MENGGAPAI CITA (Hadiah Terindah Bagi yang Merasa Muda)
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien

Semua kita tentu merasakan, usia muda adalah usia yang penuh dengan “cita rasa” kehidupan; harapan membentang, semangat menggelora, cita-cita menjulang dan lainnya. Menimba pengalaman dari sejarah, berbagai keberhasilan sebuah perjuangan tidak lepas dari keterlibatan para pemudanya.

Dengan hadirnya tanggal 28 Oktober sebagai hari “Sumpah Pemuda” maka seyogianya yang harus kita ambil hikmah adalah semangat pengorbanan sebagai pelajaran berharga dari sosok-sosok pemuda zaman, terutama tokoh-tokoh muda Muslim berdikasi tinggi dalam khidmat mereka untuk agama dan bangsanya.

Agar semangat tidak mudah pudar, asa dan harap senantiasa senyawa dalam jiwa, hendaknya generasi kini menyelami kaidah kehidupan mereka. Di tangan merekalah maju dan mundurnya suatu bangsa, di samping tidak lepas atas kehendak Yang Maha kuasa. Namun setidaknya, dengan menyelami kehidupan mereka, mutiara hikmah di dasar lautan pengalaman bisa didapatkan sebagai pantikkan temuan barang berharga.

Sebagai generasi muda, pantas rasanya apabila kita sudi menoleh catatan sejarah para pengibar panji dan pengobar semangat juang masa silam, di antaranya pesan moral dan tutur yang luhur seorang Mohammad Isa Anshary (Sang Mujahid Dakwah, Ketua Front Anti Komunis di eranya) dalam goresan tintanya yang berjudul: Tugas dan Peranan Generasi Muda Islam (Lihat: Media Dakwah, cet. ke-2, Jakarta, 1986: hlm. 104 – 150).

Ada banyak mutiara terpendam di dalamnya, di antaranya sepuluh pesan juang yang tertuang dalam nasihat emasnya sebagai berikut:

1. Isi dirimu! Yakni mengisi diri dengan menegakkan ‘aqidah Islamiyah agar dapat mengendalikan ruh dan menumbuhkan semangat jihad.

2. Rapatkan barisan! Yakni menyusun diri dan organisasi agar dapat merawat kemahiran bergumul, berpirau melawan arus dan berenang di tengah amukkan badai.

3. Tegakkan disiplin! Yakni disiplin mematuhi aturan dan kesepakatan bersama imam perjuangan walaupun bertentangan dengan kemauan sendiri. Adapun disiplin yang dimaksud adalah disiplin yang hidup, bukan disiplin bangkai, yaitu disiplin dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah.

4. Pelihara mutu! Yakni mutu perjuangan yang berhiaskan watak dan karakter kepribadian ummat yang telah tershibghah (terwarnai dengan celupan Islam).

5. Pedomani teori! Yakni teori sebagai suluh dan jembatan antara idealisme dan realisme dunia, jembatan antara dua ufuk yang dirasakan bertentangan, antara cita-cita dan keyakinan dengan daratan kenyataan dunia yang dihadapi.

6. Miliki ketahanan berjuang! Yakni membekali diri dengan kesabaran dan ketahanan berjuang, diiringi dengan penuh sadar bahwa perjuangan selalu dihadapkan dengan pasang naik dan pasang surut. Jika pasang naik, hidup harapan dalam hati. Jika pasang sedang surut, tempo-tempo bunga harapan layu terkulai.

7. Bela kaum yang lemah! Yakni jangan pernah mengabaikan lapisan fuqara dan dhu’afa, karena bisa jadi di balik merekalah kekuatan perjuangan. Turunnya QS. ‘Abasa [80] dari ayat 1 – 11 menjadi pelajaran maha berharga, bahwa pada kaum yang papa tersimpam maha kekuatan. Bukankah rezim jahiliyah dapat ditumbangkan oleh Rasûlullâh shalallâhu ‘alaihi wa sallam yang didukung oleh kaum lemah?.

8. Canangkan kesatuan ummat! Yakni ummat Islam adalah ummat ukhuwwah dan ummat jama’ah yang harus mampu mengikat diri dengan ‘aqidah dan tali Allah ‘azza wa jalla, membuang sifat ananiyah (egois), hubbud dunyâ (berlebihan mencintai dunia), hubbul jâh (gila hormat dan kedudukkan) dan jiwa pemecah belah untuk tegaknya wihdatul ummat (kesatuan ummat).

9. Amankan perjuangan! Yakni perjuangan yang sudah diusahakan wajib mendapatkan pengawalan dan pengamanan agar khitthah (arah perjuangan) tidak goyah dan wijhah (misi perjuangan) tetap lurus.

10. Menangkan keyakinan! Yakni memberikan darma dan karya anak muda untuk menjayakan keyakinan hidup, membuat dunia lebih bahagia dan bercahaya.

Sungguh pesan yang membekas jiwa, apa yang dituturkannya telah meliputi peran pemuda dalam mengemban risalah dakwah, mulai dari tajdîdu ma’nawiyyatil ummat (memperbaharui mentalitas ummat), ba’tsul himmah fit tasâ’ulât (membangunkan jiwa kritis), ‘anâshirul ishlâh (menjadi unsur perubahan), hingga naqlul ajyâl (mendorong menjadi pelanjut estafeta perjuangan).

Sebagai penutup, dalam bincang bahasan kali ini, elok rasanya apabila rekan-rekan muda mau merenungkan kembali (tadabbur) terhadap kaidah-kaidah berikut:

1. Syubbânul yaum Rijâlul mustaqbal; Pemuda di hari ini adalah pemimpin di masa depan.
2. Laisal fatâ man yaqûlu kâna abî Wa lâkinal fatâ man yaqûlu hâ anâ dzâ; Bukanlah pemuda, mereka yang selalu membangga-banggakan orang tuanya, melainkan pemuda itu yang selalu menunjukkan inilah aku.
3. Inna ahlâmal yaum Haqîqatul ghad; Mimpi di hari ini merupakan kenyataan di hari esok.
4. Hikmatul kibâr wa hamâsatus shighâr; Bijaknya para senior menjadi spirit bergeloranya para junior.
5. Anâ Muslimun qabla kulli syai’in; Saya seorang Muslim sebelum melakukan apa pun jua.
6. Qif dûna ra’yika fiel hayâti mujâhidan Innal hayâta ‘aqîdatun wa jihâdun; Teguhlah dengan pendirianmu untuk menjadi seorang mujahid, karena hidup ini hanyalah dapat diperjuangkan dengan ‘aqidah dan jihad.
7. Fursânan fien nahâr wa ruhbânan fiel lail; Pemuda tangguh itu laksana kuda perang di siang hari dan laksana rahib yang mensucikan diri di malam hari.

Yâ Rabb … hanya kepadaMulah jiwa raga ini kami persembahkan … Inna shalâtie wa nusukie wa mahyâya wa mamâtie lillâhi Rabbil ‘âlamîn
____

Penulis adalah: Aktivis Pemuda Persatuan Islam tahun 1990an, Divisi Pendidikan & Ilmiah Keluarga Mahasiswa LPDI Jakarta 1992-1994 dan sebelumnya, kerapkali mengikuti halaqah sore Kramat Raya 45 bersama para Gurunda tercinta.

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!