ASTAGHFIRULLAAHAL ‘AZHIIM … Itulah bentuk interospeksi sekaligus harapan. Berlomba menuju ampunan Dzat pemilik sorga yang luasnya meliputi langit dan bumi, adalah keniscayaan. Bukan hanya diperuntukkan bagi mereka yang menginfaqkan hartanya di kala lapang dan sempit, yang menahan amarah, serta mereka yang pemaaf atas kesalahan sesamanya. Juga, diperuntukkan bagi mereka yang apabila berbuat buruk (fakhsya’), atau berbuat aniaya (zhalim), lalu bersegera mengingat Allah ‘azza wa jalla dan memohon ampunanNya dengan serta merta tidak mengulangi perbuatan buruknya. Ketika menafsirkan QS. Alu ‘Imran/3: 135 para mufassir mutaqaddimuun, baik At-Thabari, Al-Qurthubi, Ibnu Katsir hingga Al-Baghawi, dan lain-lain senantiasa menghubungkannya dengan hadits Imam Ahmad, At-Tirmidzi, dan Abu Dawud tentang keutamaan istighfaar. Benar nasihat seorang bijak yang cukup menyentuh qalbu menghentak jiwa yang lemah ini: “Sekecil apa pun iman kita, mudah-mudahan menjadi penghalang amal buruk kita” … (@TenRomlyQ.)