Sabtu, Januari 18MAU INSTITUTE
Shadow

AKU INGIN MENJADI ANSHAAR JUGA

AKU INGIN MENJADI ANSHAAR JUGA
Oleh:
H.T. Romly Qomaruddien, MA.

Menjadi penolong agama Allah, merupakan cita-cita semua orang beriman; mulai zaman para Nabi terdahulu, hingga Nabi akhir zaman. Mulai dari para shahabat, taabi’ien, hingga manusia-manusia pilihan yang hidup setelah mereka. Mereka disebut Hawaariyyuun, terkadang disebut juga Ashhaabun, atau mereka pun terkadang dipanggil Anshaar.

Ketiga-tiganya saling terkait, hal ini menggambarkan betapa mereka itu orang-orang bersih dan terpilih (akhlasha wa ikhtayara), di samping berjiwa penolong (naashir) dan menjunjung tinggi pertemanan (shaahib). (Lihat: Ibrahim Musthafa dkk., Al-Mu’jamul Wasieth, tp. thn: hlm. 205).

Dalam QS. As-Shaff/ 61: 14 Allah ‘azza wa jalla berfirman:
“Wahai orang-orang beriman, jadilah kalian penolong-penolong agama Allah, sebagaimana Isa bin Maryam berkata kepada kaum hawaariyun: Siapa yang akan menolongku dalam menegakkan agama Allah? Kaum hawariyyun berkata: kamilah penolong-penolong agama Allah …”

Dalam pandangan para mufassir, minimalnya ada dua pandangan;

1) Ayat ini menjelaskan bahwa yang dimaksud kaum hawariyyuun, mereka adalah para pengikut setia Nabiyullaah Isa al-Masih ‘alaihis salaam dalam menegakkan da’wahnya. (Lihat: Ibnu Katsier, Tafsierul Qur’aanil ‘Azhiem, 1421: 4, hlm. 2842 dan As-Syaukani, Fathul Qadier, 1417: 5, 273).

2) Ayat tersebut, terkait dengan 72 orang yang menjadi peserta bai’atul ‘aqabah yang bersumpah setia; beribadah hanya pada Allah ‘azza wa jalla semata, tidak berbuat syirik dan akan membela Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam. Mereka ini, adalah yang menolong orang-orang hijrah dari Mekkah ke Madinah. (Lihat: Abu Yahya Muhammad bin Shumadih at-Tujiebi, Mukhtashar At-Thabary, 1411: hlm. 552).

Laksana gayung bersambut, kaitan antara hawaariyyuun di masa Nabi Isa dengan ahlul ‘aqabah sebagai cikal bakal kaum anshar, tercermin jelas dalam nasihat Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam ketika mengangkat 12 naqieb sebagai perwakilan masing-masing kaumnya.

Dalam seruannya, Rasul bertutur:

انكم كفلاء على قومكم ككفالة الحواريين لعيسى ابن مريم، وانا كفيل قومي، قالوا: نعم …

“Sesungguhnya kalian merupakan penanggung jawab atas kaum kalian, sebagaimana tanggungan kaum hawaariyyun bagi Isa bin Maryam, dan aku penanggung jawab bagi kaumku. Mereka pun serentak menjawab: Benar …” (Lihat: Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdatut Tafsier min Fathil Qadier, 1414: hlm. 740).

Dengan demikian, istilah hawaariyyun tidak terbatas maknanya sekedar sebutan bagi pengikut setia Nabi Isa semata, melainkan berlaku bagi para Nabi lainnya. Tidak terkecuali sebutan bagi pengikut Rasulullaah dan para pembela ajarannya di setiap zaman.

Bukankah Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Tidaklah dari seorang Nabi yang diutus sebelumku, melainkan pada ummatnya itu ada hawaariyyun dan ashhaabun (pengikut, penolong dan pembela); Mereka mengambil sunnah-sunnahnya, serta menjalankan segala titah dan perintahnya …” (Shahieh Muslim no. 74, 1/ 46 dari shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anh).

Semoga Rabbul ‘Aalamien memasukkan kita berada dalam barisannya … Allaahummaj’alna minan naashirien … Hasbunallaahu wa ni’mal wakiel ni’mal mauwlaa wa ni’man nashier
______

Penulis adalah: Anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam (Komisi ‘Aqiedah), Anggota Fatwa MIUMI Pusat (Perwakilan Jawa Barat), Wakil Sekretaris KDK MUI Pusat, Ketua Bidang Ghazwul Fikri & Harakah Haddaamah Pusat Kajian Dewan Da’wah dan Ketua Prodi KPI STAIPI-UBA Jakarta

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!