Oleh : Teten Romly Qomaruddien
Hari ini dua orang sahabat senior mengirimkan postingan berharga; Yang pertama mengirimkan syair nasihat tentang pentingnya memberikan dukungan optimisme kepada sesama teman, dan yang keduanya berupa ungkapan emas seorang ulama kontemporer Timur Tengah terkait tercelanya sifat “ngarawu ku siku” alias senang memonopoli pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan rekan lainnya.
Rupanya, kiriman sang sahabat saya Al-Akhil Kabiir Yono Sudiono ini terambil dari postingan www.hekams.com yang memuat banyak kalimat mutiara tokoh-tokoh dunia dan dialih bahasakan ke dalam Bahasa Arab, di antaranya Che Guevara [Pejuang Revolusi Cuba] sebagaimana dipetik. Tidak bermaksud untuk membenarkan ideologinya, namun dalam persoalan motivasi tentu tidak bisa kita abaikan begitu saja. Tertulis ungkapan menarik sebagai berikut:
إذا لم تستطع أن تعيش التفاؤل … فلا تجبر من حولك أن يعيش إحباطاتك
“Saat engkau tidak bisa hidup dengan semangat menjaga optimisme … Maka jangan pernah memaksa orang sekelilingmu untuk melemahkan semangat juangmu”.
Sekali lagi, ini hanya sebuah kata mutiara, bukan qaul ulama, apalagi sabda manusia termulia Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Namun sebagai manusia yang memiliki akal sehat, tentu kita akan menilainya sebagai ungkapan humanis penuh makna yang bisa diambil pelajarannya.
Sementara kalimat menarik berikutnya, dikirimkan oleh Al-Akhil Kabiir Ismail Hasyim al-Fasiri yang memuat nasihat emas seorang ulama yang banyak viral akhir-akhir ini, yakni Syaikh ‘Abdul ‘Aziz At-Tarifi yang menuturkan bahwa tugas para aktivis dakwah itu sungguh sangat banyak ragamnya. Beliau menuturkan:
مهمة العالم ليست لحفظ العبادة ونشرها فحسب، بل لحفظ الدين وإصلاح الدنيا، فشعيب جاء لإصلاح ظلم الأموال ولوط جاء لإصلاح انحراف الفطرة والأخلاق.
“Tugas orang berilmu itu bukan hanya menjaga dan menyebarkan ibadah saja, akan tetapi untuk menjaga agama dan memperbaiki dunia juga. Nabi Syuaib ‘alaihis salaam datang untuk memperbaiki rusaknya tatanan ekonomi/ perdagangan masyarakat, sedangkan Nabi Luth ‘alaihis salaam datang untuk memperbaiki bobroknya karakter dan akhlaq”.
Karenanya, kalau kita mencoba untuk konsen dalam satu bidang garapan, maka jangan “memicingkan mata” terhadap peran saudara-saudara kita dalam bidang yang lain. Setelah kita mendapatkan tugas beraktivitas dalam bidang yang diamanahkan, maka jangan pernah “meremehkan” peran garapan yang lain; mendakwahi remaja dan pemuda, menjadi relawan kemanusiaan, memfokuskan pembangunan ekonomi ummat, atau bahkan menggarap aktivitas lain yang tidak lazim dikerjakan oleh semua orang semisal menggarap anak jalanan atau anak-anak putus sekolah di kampung-kampung dan pinggiran kota.
Teringat wejangan Guru kami Allaahu Yarhamh Al-Ustadz K.H. Aceng Zakaria Bin Ahmad Kurkhi yang menuturkan: “Dina dakwah mah tong boro jalma normal; malah jalma torek oge masih keneh aya hargaan, nyaeta keur nungguan dinamit. Jalma pego lumayan keur neundeun rusiah. Anapon nu gede ambek, lumayan keur nagih hutang. Jadi, ternyata dina dakwah mah euweuh nu misleuk.”
Apabila diterjemahkan, kurang lebihnya seperti ini: “Dalam dakwah itu, jangankan orang normal; yang tidak mendengar sekalipun masih berharga dan memiliki peran, yaitu untuk menunggu meriam [dalam perang]. Orang yang bisu berperan untuk menyimpan rahasia. Adapun orang pemarah bisa berperan menjadi penagih utang. Jadi, ternyata dalam dakwah itu tidak ada peran yang sia-sia.”
Itulah seni dan adab beraktivitas. Semua kita adalah berarti, maka tidak patut saling mengungguli, apalagi melukai hati. Dalam dakwah semuanya emas, maka tidak perlu ada orang di antara kita yang merasa menjadi anak emas. Sebaik-baiknya kita, adalah yang keberadaannya dirasakan manfaatnya oleh sesama. Semoga!!!.
✍️ Tulisan ini digoreskan di waktu pagi [Selasa, 12/ 09/ 2023]; Sambil ngopi, tidak lupa menasihati diri dengan beristifadah membaca berbagai postingan positif dan menarik, serta membuang sampah-sampah yang memenuhi aplikasi dan mengotori hati.***