Sabtu, Desember 7MAU INSTITUTE
Shadow

DAHSYATNYA TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH ‘AZZA WA JALLA

DAHSYATNYA TANDA-TANDA KEBESARAN ALLAH ‘AZZA WA JALLA
Oleh:
H.T. Romly Qomaruddien, MA.

Secara berurutan, Allah ‘azza wa jalla membentangkan gugusan ayat-ayatNya. Diawali dengan kalimat wa min aayaatihi; “dan di antara tanda-tanda kebesaranNya”, juga diakhiri dengan kalimat inna fie dzaalika la-ayaatin; “sesungguhna dalam hal itu, ada tanda-tanda besar …”. Namun ayat pertama dan akhir, tidak menggunakan dengan kalimat serupa, melainkan bersifat penegasan informasi saja. (Lihat QS. Ar-Ruum/30 : 20 – 25).

Sungguh keenam ayat mulia ini, menunjukkan betapa bukti-bukti kebesaran Allah yang terdapat di alam semesta begitu sangat menakjubkan dan “menggedor” ruang kesadaran ummat manusia untuk dapat mengambil pelajaran sebaik-baiknya dengan penuh bijak dengan mengerahkan segala kemampuan berpikir yang dimilikinya dengan penuh iman.

Adapun tanda-tanda kebesaran yang dimaksud itu adalah:

1. Penciptaan awal manusia dari tanah
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak”

Berawal dari tanah, dan akan kembali ke tanah. Sangatlah wajar apabila ada nasihat di tengah-tengah kita yang menyebutkan: “seiring dengan tambahnya usia, semakin mendekati bau tanah”. Dari tanah itulah kakek kita Nabiyullah Adam ‘alahis salaam dicipta, bongkahan tanah yang Allah ambil dengan kekuasaanNya, lalu jadilah (di kemudian hari) menjadi manusia yang menyebar di jagat raya ini melalui bersatunya Adam-Hawa dengan air yang dipancarkan keduanya, di mana hakikatnya air yang memancarnya itu berasal dari sari pati makanan dan minuman (protein, karbohidrat, vitamin, mineral, zat besi, glukosa dan lain-lain) yang dikonsumsi keduanya (tumbuh dari tanah). Berkembang biak, beranak pinak dengan keragaman karakternya sebagaimana dijelaskan Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat Imam Ahmad, Abu Daawud dan At-Tirmidzi dari shahabat Abi Musa radhiyallaahu ‘anh.

2. Hidup berpasang-pasangan dari jenis manusia sendiri

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, Dia menciptakan dari jenismu sendiri pasangan-pasangan, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”

Sungguh Maha agung kuasaNya, kalaulah bukan karena kebesaranNya, tak ada manusia yang mampu hidup berpasangan. Dengan _mawaddah_ dan _rahmah_ Allah semua bisa terjadi, dengan keduanya itulah perbedaan keturunan dan perbedaan sifat, serta karakter dapat bersatu senyawa dalam hidup bersama. Sebahagian ulama tidak membedakan antara mawaddah dan rahmah, namun sebahagian lainnya sedikit membedakan namun tetap beririsan. Sesungguhnya pasangan pria tertambat dan jatuh hati pada pasangan wanita karena kecintaan (mahabbah)kepadanya dan karena ada rasa sayang (ra’fah). Mawaddah itu cinta dan rahmah itu kasih sayang. Cinta harus diiringi dengan usaha, sedangkan kasih sayang itu adalah fithrah dari Allah yang Rahmaan dan Rahiem. Demikian sebahagian para mufassir memaparkan.

3. Terciptanya langit dan bumi, perbedaan bahasa dan warna kulit
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, terciptanya langit dan bumi, berlain-lain bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”

Penciptaan langit dengan ketinggian dan keluasan serta hiasan gemerlap benda-benda angkasa; matahari, bulan dan bintang gemintang galaksi-andromeda dengan penopang bangunan yang tidak dapat terjangkau penglihatan manusia. Demikian pula bumi, dengan konstruksi kokoh gunung-gunung sebagai pakunya, daratan dan lautan dengan segala keragaman hayatinya, serta segala tanaman yang tumbuh padanya, di manusia diidzinkan dan ditaqdirkan oleh Allah sebagai penghuninya.

Menyebarlah segenap ragam bahasa yang diciptakanNya; di samping bahasa Arab, ada pula bahasa Tatar, Rum, Franka, Bar-bar, Takruur, Habasyah, India, Armania, Kurdi dan lain-lain dari bahasa-bahasa klasik (sekarang disusul bahasa populer seperti halnya bahasa Inggris, Mandarin, Rusia, Korea dan lain-lain) dengan jenis manusia yang beragam pula warna kulitnya. Semua itu terjadi, melainkan atas kehendak penciptaNya.

4. Dijadikan tidur di waktu malam dan siang hari serta usaha mencari kehidupan

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, tidurmu di waktu malam dan siang hari, serta usahamu dalam mencari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan”

Allah ‘azza wa jalla mendahulukan kata malam untuk tidur ketimbang siang dan menggandengkan mencari karunia kehidupan dengan waktu siang. Keduanya dijadikan untuk manusia agar terjadi keseimbangan; istirahatnya manusia di malam hari, akan menambah kebugaran dan energi baru untuk kehidupan esok harinya.

5. Diperlihatkannya kilat menyambar dan turunnya hujan yang akan menumbuh suburkan bumi

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, Dia perlihatkan kilat untuk memberi rasa takut dan harap, Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan tumbuhan setelah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang beraqal”

Kilat yang menyambar, petir yang menggelegar, menjadi peringatan dini akan kehebatan dan kuasa Allah yang Maha gagah, agar manusia ada rasa takut terhadap hari akhir yang dahsyat dengan berusaha mengharap ridhaNya. Namun di sisi lain, Allah pun anugerahkan hujan yang mampu menyirami bumi dan menumbuhkan berbagai tanaman yang patut disyukuri kemanfaatannya.

6. Berdiri kokohnya langit dan bumi dengan iradahNya
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, berdirinya langit dan bumi dengan kehendakNya, kemudian apabila Dia memanggilmu dengan sekali panggilan dari bumi, seketika itu kamu akan keluar (dari qubur)”

Maha cipta yang tidak ada tandingannya; dikokohkannya langit yang tujuh dan dikuatkannya bumi untuk berpijak. Langit yang ditopang tiang tanpa kelihatan (‘amadin lam tarauhaa) juga bumi yang begitu luas, memberikan kenyamanan hidup dan stabilitas yang kondusif untuk dihuni. Kalaulah bukan karena keseimbangan daya tarik bumi (gravitasi) dan lapisan atmosfir yang diciptakannya, niscaya manusia tidak akan mampu bertahan hidup di dalamnya.

Terakhir, setelah Allah ‘azza wa jalla membentangkan berbagai kekuasaanNya, lalu Dia pun menutupnya dengan kalam muliaNya: “Dan bagi Allahlah apa yang ada di langit dan di bumi, semuanya itu hanya tunduk kepadaNya”. Semoga Rabbul ‘Aalamien menjadikan kita sebagai hamba-hambaNya yang senantiasa patuh dan tunduk kepadaNya. Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamiin.
___________________

Penulis adalah: Pegiat tadabbur Madrasah Ghazwul Fikri Pusat Kajian Dewan Da’wah

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!