MENGUKIR PRESTASI UMMAT TERBAIK MERAWAT KENDARAAN DA’WAH ILALLAAH
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien
Bakda mengucap tahmid, shalawat, tasyahhud, dan pesan ayat taqwa; Sebagai peserta Rakornas Dewan Da’wah 2022, al-faqir didaulat Panitia pelaksana untuk menyampaikan Khutbah Jum’ah dalam majelis mulia sayyidul ayyaam yang dihadiri oleh kurang lebih 200 peserta dan sebagian karyawan Pangeran Beach Hotel Kota Padang Sumatera Barat, yakni tempat di mana perhelatan tersebut diselenggarakan.
Seiring banyaknya peserta yang meminta teks materi khutbah, maka bahasan Mengukir Prestasi Ummat Terbaik Merawat Kendaraan Da’wah Ilallaah ini pun, biidznillaah dapat dihaturkan. Adapun pointer-pointernya tak lepas dari bahasan berikut:
Pertama; Bersyukur atas anugerah Allah ‘azza wa jalla yang dengan kasih sayangNya telah menjadikan “generasi emas” sepanjang zaman sebagai keteladanan [selain Rasulullaah]. Mereka adalah para shahaabat, taabi’iin, dan taabi’ut taabi’iin ridhwaanullaahi ‘alaihim ajma’iin. Mereka itulah yang disebut oleh Imam ‘Abdullah bin Mubaarak rahimahullaah ummat terbaik abad ini [abarru haadzihil ummat], paling baik moralnya [ahsanuhum huluqan], paling banyak manfaat ilmunya [anfa’uhum ‘uluuman], paling banyak amalnya [aktsaruhum ‘amalan], paling mengetahui Kitab Allah dan sunnahNya [a’lamuhum bikitaabillaahi wa sunnati rasuulihi]. Mereka adalah manusia seperti pada umumnya kita yang memiliki salah; namun yang membedakan dengan kita kesalahan mereka sedikit [aqalluhum takallufan], sementara kesalahan kita sangatlah banyak.
Kedua; Merupakan hal yang tak mungkin, “menyandingkan” posisi kita dengan mereka. Di mana ayat Allah dan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, serta para ulama muktabar telah menisbatkan mereka sebagai ummat yang lebih dahulu mengenal agama ini [as-saabiquunal awwaluun], sebaik-baiknya ummat [khairu ummah], sebaik-baiknya manusia [khairun naas], dan tiga generasi yang diutamakan [al-quruunus tsalaatsah al-mufadhdhalah].
Ketiga; Sebagai ummat Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggal jauh 1500 tahun lamanya, wajar dan layak bertanya: “Mungkinkah kita mampu mengukir prestasi menjadi generasi terbaik seperti mereka?” Tentu saja, jawabannya “Tak mungkin bisa sama menyerupai mereka”. Namun, tak juga kita menjadi generasi yang mengabaikan ikhtiar sepenuh upaya untuk meneladani jejak langkahnya mereka. Keshalihan mereka telah menorehkan tinta emas kemuliaan, sehingga layak disebut as-salafus shaalih. Demikian pula dengan kita, siapa pun yang mampu berikhtiar menjadi generasi hari ini yang baik layak pula disematkan sebagai al-khalafus shaalih, yakni generasi belakangan yang mengikuti jejak kebaikan sekalipun tak pernah berjumpa dengan Nabi dan orang-orang terbaiknya.
Keempat; Adakah dalil yang menunjukkan, bahwa di antara ummat Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam ada yang disebut sebagai “ummat terbaik hari ini”? Jawabannya “jelas ada”, bukankah Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering mengingatkan: Laa tazaalu thaaifatun min ummatii zhaahiriina ‘alal haqqi; “Dunia tak akan pernah sepi dari sekumpulan ummat Muhammad yang mengibarkan bendera kebenaran”. Dalam bahasa yang berbeda, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan: Yahmilu haadzal ‘ilma min kulli khalafin ‘uduuluhu; “Generasi khalaf yang adil [baik ilmu dan amal], akan mengangkat kembali kemuliaan ilmu dari kerusakan para pengacau”.
Kelima; Untuk mengukir prestasi ummat terbaik di saat hidup tak sezaman di tengah-tengah mereka, maka menapak tilasi karakteristik sifat terbaiknya merupakan jawabannya. Inilah yang disebutkan secara rinci oleh shahabat Durrah binti Abu Lahab radhiyallaahu ‘anh sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad, bahwa karakteristik yang dimaksud adalah: menjadi pembelajar yang banyak membaca [aqrauhum], menjunjung tinggi moral menjadi ummat bertaqwa [atqaahum], merekatkan persaudaraan dengan shilaturrahim [auwshiluhum lir rahim], dan senantiasa menjalankan misi memerintahkan kebaikan, juga mencegah kemungkaran [aamuruhum bil ma’ruuf wa anhaahum ‘anil munkar].
Keenam; Dengan menjadikan kriteria dan karakteristik ummat terbaik tersebut sebagai khittah juangnya, maka siapa pun dan bentuk kendaraan dakwah mana pun yang menjalankannya dapat dikategorikan kepada barisan “ummat terbaik” abad ini. Dengan kekuatan panca indera yang dianugerahkan Allah ‘azza wa jalla, menjunjung akal merdeka yang selamat, serta menjadikan wahyu sebagai penentu yang memimpin kebenaran. Maka berbagai upaya penyimpangan, skenario batil yang terus dirancangkan, dan segala bentuk interpretasi tanpa ilmu yang dipaksakan, semuanya akan mampu dijawab.
Ketujuh; Sebagai kendaraan dakwah yang telah meng-‘azzamkan diri [sebagaimana diasaskan para pendirinya] untuk mengawal ‘aqidah ummat, menegakkan syari’ah, merekat ukhuwwah, menjaga keutuhan NKRI, dan mendukung solidaritas dunia Islam; Maka Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia yang kini tengah menyelenggarakan Rakornas di bumi Minang ini, semoga Allah ‘azza wa jalla menggolongkannya pada barisan ummat Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang menunaikan misi mulianya.
Sebagai penutup, rasanya penting untuk direnungkan syair-syair hikmah yang akan memotivasi kita untuk lebih siap berkorban dalam perjuangan, lebih lapang akan keberhasilan yang tertunda, dan lebih semangat dalam merawat, serta mengokohkan bangunan dakwah.
لولم تكن الحياة صعبة، لما خرجنا من بطون أمهاتنا تبكى
“Kalaulah hidup ini tak sulit, maka kita tak akan lahir ke bumi dari rahim ibu kita dalam keadaan menangis”
ماكل مايتمنى المرء يدركه، تجري الرياح بما لاتشتهي السفن
“Tak semua apa yang diinginkan seseorang itu bisa tercapai, karena terkadang angin laut tak sesuai dengan harapan sang nelayan”
متى يبلغ البنيان يوما تمامه؟ وأنت تبنى وغيرك يهدم
“Kapan sebuah bangunan akan selesai dengan sempurna? Apabila anda membangun, sementara yang lain merobohkannya”
Aquulu qauwlii haadzaa wa astaghfirullaaha lii wa lakum
Penulis adalah: Anggota DH PP. Persatuan Islam (Komisi ‘Aqidah), Anggota KP3 & LDK MUI Pusat, Ketua Prodi KPI STAIPI Jakarta, dan Ketua Bidang Pemikiran & Ghazwul Fikri Dewan Da’wah