Jumat, Maret 29MAU INSTITUTE
Shadow

MEMETIK BAHAGIA DI BULAN PENUH CINTA

MEMETIK BAHAGIA DI BULAN PENUH CINTA
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien

Bahagia dan cinta merupakan dua perbuatan hati (af’âlul qulûb) yang saling berkoneksi. Ekspresi kepuasan batin yang sulit disembunyikan dan ungkapan rasa senang yang tidak bisa dihalang. Bermula dari proses cinta dan berakhir dengan menggapai bahagia.

Bila diibaratkan pasangan, shaum dan kebahagiaan merupakan pasangan yang ideal dengan segala pernak pernik ujian di dalamnya; mulai dari menahan rasa lapar dan haus yang sangat, berpantang dari segala keinginan dan dorongan kesenangan, hingga harus menekan gelora dan ledakan syahwat jiwa. Semuanya berjalan dan mengalir laksana air seiring dengan kesabaran dan kegigihan diri hingga berhasil memetik hasilnya. Suatu saat kelak, buah kesungguhan itu, akhirnya akan menjadi indah pada waktunya.

Itulah yang dirasakan oleh mereka orang-orang yang shaum dengan penuh rasa cinta, di mana îmânan wa ihtisâban, yakni kelezatan beribadah dengan penuh iman dan kesungguhan menjadi proses amalannya. Pantaslah, apabila Rasûlullâh shalallâhu ‘alaihi wa sallam_ menuturkan: “Lis shâimi farhatâni, farhatun ‘inda ifthârihi wa farhatun ‘inda liqâi Rabbihi.” Artinya: “Bagi orang yang shaum itu, memiliki dua kebahagiaan; bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika berjumpa dengan Rabbnya.” (HR. Muslim dari shahabat Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anh).

Ramadhan dengan segala keberkahannya, meninggalkan kesan yang teramat dalam. Orang yang shaum, sungguh mengenal karakternya. Orang yang shaum, begitu sangat perhatian akan waktu-waktunya. Orang yang pernah merasakan indahnya, pasti akan merindukannya kembali. Dan orang yang shaum pun, akan disiplin mempertahankan rasa cintanya. Benar para pujangga berkata:

“Cinta hadir karena perkenalan, bersemi karena perhatian, berbunga karena kerinduan dan bertahan karena kesetiaan.”

Dengan saling menghaturkan kata bahagia (tahni’ah) di awwal bulan Syawwal nan mulia, semoga kita mampu menyambut hadirnya bulan ini sebagai bulan peningkatan segala kebaikan; baik ilmu, amal dan seluruh khidmat insan taqwa kepada Rabbul ‘Âlamîn.

Tanpa terasa gerbang penutup bulan peningkatan sudah dibuka, perlahan tapi pasti sesuai jadwal yang telah ditentukan Rabb-nya. Ada pertemuan, tentu akan ada perpisahan. Sudah tentu, tidak ada yang akan bisa merasakan kedalaman rasa cintanya, melainkan saat perpisahan tiba. Almahabbatu lâ tu’rafu ‘umquhâ illâ sâ’atal firâq.

Dengan demikian, memaksimalkan kesempatan yang tersisa merupakan sikap yang tepat dan benar untuk menjadikan suasana akhir lebih terasa indah dan mengesankan. Benar para ulama kita mengingatkan:

Imâm Ibnul Jauzy rahimahullâh berpesan:

إن الخيل إذا شارفت نهاية المضمار بذلت قصارى جهدها لتفوز بالسباق … فلا تكن الخيل أفطن منك فإن الأعمال بالخواتيم … فإنك إذا لم تحسن الاستقبال لعلك تحسن الوداع

“Seekor kuda pacu jika sudah berada mendekati garis finish ia akan mengerahkan seluruh tenaganya agar meraih kemenangan … Maka jangan sampai kuda lebih cerdas darimu, karena sesungguhnya amalan itu ditentukan oleh penutupnya … Untuk itu, jika kamu termasuk dari yang tidak baik dalam penyambutan, maka semoga kamu bisa melakukan yang terbaik saat perpisahan.”

Imâm Ibnu Taimiyyah rahimahullâh bertutur:

العبرة بكمال النهايات لا بنقص البدايات.

“Yang akan menjadi ukuran adalah kesempurnaan akhir dari sebuah amal, dan bukan buruknya sebuah permulaan.”

Imam Hassan al-Bashry rahimahullaah menasihatkan:

أحسن فيما بقي يغفر لك ما مضى … فاغتنم ما بقي فلا تدري متى تدرك رحمة الله
“Perbaiki apa yang tersisa bagimu, maka Allah akan mengampuni atas apa yang telah lalu … Maka manfaatkan sebaik-baiknya apa yang masih tersisa, karena kamu tidak tahu kapan rahmat Allah itu akan dapat diraih kembali.”

Sungguh menggetarkan tutur sapa mereka yang penuh pesona, mendorong kita ummat Muhammad shalallâhu ‘alaihi wa sallam untuk meningkatkan suhu, memacu semangat menuju yang lebih baik.

Semoga Rabbul ‘Âlamîn menjadikan kita ada dalam barisan yang berhak mendapatkan anugerahNya itu. Âmîn yâ Mujîbas sâiliin …
____________

Penulis adalah: Anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam (Komisi ‘Aqiedah), Anggota Fatwa MIUMI Pusat (Perwakilan Jawa Barat), Wakil Sekretaris KDK MUI Pusat, Ketua Bidang Ghazwul Fikri & Harakah Haddâmah Pusat Kajian Dewan Da’wah dan Ketua Prodi KPI STAI Persatuan Islam Jakarta.

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!