SHILATURRAHIM DUBES KSA BERSAMA MOI DAN IKATAN DU’AT & ULAMA ASEAN; Menanggapi berbagai perkembangan terkini di Kerajaan Saudi Arabia, Syaikh Osama bin Mohammad Abdullah as-Shuaibi memberikan beberapa bayanat terhadap spekulasi yang kini menjadi rumor di media-media lokal; 1) Soal moderatisasi kerajaan, menurutnya tetap bersandar pada padanan Al-Qur’an dan As-Sunnah, jauh dari liberalisasi tanpa arah, 2) Reformasi besar-besaran, kini sedang dilakukan pihak otoritas Raja Salman bin ‘Abdul ‘Aziez di segala bidang tanpa pandang bulu, terutama pemberantasan korupsi yang lembaganya (semacam KPK) baru dibentuk melanjutkan program sebelumnya Raja ‘Abdullah. Ada 11 pangeran, 4 mentri dan para mantan mentri, pengusaha dan lain-lain yang diduga terlibat. Namun menurutnya, kerajaan tetap memperlakukannya dengan penuh etika. Siapa-siapa yang diduga “diambil” dulu, apabila tidak terbukti maka akan dilepas kembali, 3) Menguatnya peran Iran dalam membuat kegaduhan, khususnya dukungannya pada Syi’ah Houtsi di Yaman.
Menurut Syaikh Osama, reformasi ini, tak terkait dengan politik, melainkan estafeta program kerajaan untuk
mengejawantahkan Visi KSA 2030. Perang melawan korupsi lebih didasarkan pada penertiban dan bagaimana mendatangkan income perekonomian pemerintah selain minyak.
Menguatnya peran Iran, didasarkan akan temuan Badan Intelejen Kerajaan bahwa puluhan rudal yang dikirimkan kepada pemberontak Houtsi merupakan rudal-rudal Iran yang dirakit kembali di Yaman dan telah diluncurkan ke tiga tempat strategis; kawasan industri Yanbu’, kota suci Makkah dan Ibu Kota Riyadh di awal bulan ini. Sebagaimana dikatakan media-media yang ada, aksi mereka merupakan “aksi balasan” atas serangan koalisi yang dipimpin Arab Saudi. Menurut Syaikh Osama, serangan yang dikenal dengan ‘aashifatul haazim (artinya: badai gurun yang menghempas), bukanlah keinginan Saudi Arabia, melainkan kesepakatan negara-negara Muslim yang berkoalisi demi menyelamatkan kota suci. Beliau pun mengingatkan para tokoh ormas, negeri Indonesia yang sangat dikenal dengan kesantunannya, jangan sampai “terkecoh” oleh tipu dayanya kaum Syi’ah yang bisa merusak stabilitas nasional, agar tidak seperti di Timur Tengah.
Ketika ditanyakan soal perubahan berbagai kebijakan kerajaan, yang belakangan ini viral di medsos soal hari libur dan perayaan maulid Nabi, beliau menjawab “tidak benar” berita itu (sambil tersenyum). Sama halnya ketika ditanyakan soal kewahabian dalam keyakinan agama sebagaimana banyak dituduhkan, beliau menjawab dengan tenang: “beragama itu wajib mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah, bukan karena mengikuti seorang ulama”, (sambil sedikit humor) beliau melanjutkan dengan menyebut: “beragama itu bukan karena “Bazi” (artinya: mengikuti Syaikh Ibnu Baz atau ulama lainnya)”.
Pertemuan yang digelar di ruang rapat Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia ini dihadiri sejumlah tokoh ormas Islam; Al-Irsyad, PERSIS, Muhammadiyah, PUI, Mathla’ul Anwar, Al-Washliyah, Perti, Syarikat Islam, Hidayatullah, IKADI, Wahdah Islamiyah, Al-Ittihadiyah, FPI, FUI, LPPI dan lain-lain. Hadir pula dalam kesempatan ini, Rabithah al-‘Alam al-Islamy dan Rabithah ad-Du’at wal Ulama Janub Syarqi Asia.
Sebagai pamungkas, acara ini pun ditutup dengan dibacakannya “pernyataan sikap” Majelis Ormas Islam (MOI) yang mengecam keras serangan rudal balistik ke tanah suci dan ibu kota Riyadh oleh kelompok Houtsi, mengingatkan pihak-pihak terkait yang turut memperkeruh kawasan Timur Tengah dan memberikan dorongan kepercayaan kepada pemerintah KSA agar diberikan kemampuan menanganinya.