PERCAKAPAN ANTAR GENERASI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN DA’WAH GLOBAL;
Demikian tema yang diusung Bidang Ghazwul Fikri dan Harakah Haddaamah Pusat Kajian Dewan Da’wah dalam kajian akhir tahunnya. “Madrasah Ghazwul Fikri” kali ini sedikit berbeda dengan biasanya, di samping mempertemukan tiga generasi terdahulu (generasi paman, abang dan adik) juga diharapkan memantik api semangat forum nasi bungkus (cikal bakal Tim Ghazwul Fikri Dewan Da’wah sejak 1982 di Masjid Munawwarah Tanah Abang) yang penting dicatat dengan tinta emas sejarah. Acara yang digelar hari senen, 29 Rabi’ul Awwal 1439 H./ 18 Desember 2017 ini melibatkan tidak kurang 50 undangan, sekalipun tidak dapat hadir semua. Beberapa tokoh yang semula bersedia hadir (semisal Prof. Dr. AM. Saefuddin (generasi paman), ustadz KH. Syuhada Bahri, Ustadz Abu Ridho, Drs. Mohammad Hafizh, M.Sc (ketiganya generasi adik), KH. Drs.Natsir Zubaidi dan Dr. Shohirin Moh. Sholihin (keduanya generasi abang) berhalangan hadir.
Keynote speak dipaparkan Al-Ustadz KH. Abdul Wahid Alwy, MA. (generasi abang, Musyrief Majelis Fatwa & Pusat Kajian Dewan Da’wah). Menurutnya, membicarakan ghazwul fikri minimalnya tidak lepas dari lima hal; mengetahui sejarahnya (taarikh), mengetahui karakternya (thabie’at), mengetahui ragam dan bentuknya (anwaa’), bagaimana cara menghadapinya (kaifa nuwaajihuhu) dan siapa yang siap menghadapinya (junuudul muwaajahah).
Forum yang dipimpin langsung oleh H.Teten Romly Qomaruddien, MA. (Ketua Bidang Ghazwul Fikri) ini, mendapat tanggapan dan curah gagasan dari sejumlah tokoh senior (kibaar) seperti halnya Dr. H. Abdullah Hehamahua (generasi abang, mantan Ketua KPK), H. Zhahir Khan (generasi adik, Kristolog), H. Mohammad Zubaidi, MA. (generasi adik, Da’i di sejumlah negara Eropa), KH. Abbas Aula, MA. (generasi abang, Badan Wakaf Indonesia), KH. Amin Djamaluddin (generasi adik, Ketua LPPI), Drs. H. Lukman Hakim (generasi adik, sejarawan Dewan Da’wah), H. Ali Fahmi Arsyad, Lc. (generasi adik, Imam Masjid Al-Furqan Kramat Raya 45) dan Drs. H. Mukhsin, MK, M.Sc. (generasi adik, mantan anggota Riset LIPPM) dan H. Zulfi Syukur (generasi adik, Korlap Aksi Dewan Da’wah). Adapun beberapa praktisi junior (shighaar) di antaranya: KH. Farid Ahmad Oqbah, MA. (Direktur Al-Islam, inisiator MIUMI), H. Zaenal Muttaqien (Pendiri Majalah Sabili, Dewan Da’wah Jakarta Raya), Dr. Nirwan Syafrin Manurung (Wakil Rektor UIKA Bogor), H. Fahmi Salim, MA. (Komisi Dakwah MUI Pusat) dan Dr. H. Ahmad an-Nuri (anggota Pusat Kajian, pegiat Istana Al-Qur’an). Hadir pula sebahagian pengurus Dewan Da’wah dan otonomnya di antaranya staf Laznas yang mewakili H. Ade Salamun, M.Sc yang absen hadir. Nampak Dade Ruba’i, M.Pd.I (Pemuda Dewan Da’wah), Wildan Hassan, M.Pd.I (alumni STID Mohammad Natsir, pegiat Kajian Capita Selecta dari Majlis Tafkir PERSIS), Hadi Nur Ramadhan mewakili Bidang Dokumentasi Pusat Kajian Dewan Da’wah dan Taman Budaya Ilmu Tamaddun, Tatang Zainal Muttaqien (Sekretariat Pusat Kajian) dan peserta tamu Ahmad Syahidin, Lc, MA. dari Aliansi Masjid dan Mushola dan COMES.
Sebelum dirumuskan, maka diberikan kesempatan terlebih dahulu kepada Drs. H. Mohammad Siddik, MA. (generasi abang, Ketua Umum Dewan Da’wah) untuk memberikan responnya atas berbagai curah gagasan yang dimunculkan.
Beberapa hal yang dapat dipetik sebagai saripati dialog yang dapat dicatat sebagai rumusan adalah:
1. Pusat Kajian diharapkan lebih meng-optimalkan diri sebagai lembaga profesional, otoritatif, moderat dan dinamis dalam pengembangan da’wah wasathiyah yang mampu mengawal misi da’wah Dewan Da’wah yang mengacu pada da’wah binaa-an dan difaa-an dengan mengedepankan riset ilmiah (baik kajian literatur ataupun lapangan) yang bisa dipertanggung jawabkan.
2. Pusat Kajian diharapkan segera memaksimalkan perannya dalam meng-counter berbagai issue public dengan segenap media dan kemampuan yang ada, baik cetak ataupun digital (penulisan buku praktis, buku pintar, buku panduan, website dan pemanpaatan media sosial).
3. Pusat Kajian diharapkan mampu mewujudkan institute pemikiran dan peradaban (madrasah al-fikriyyah wa al-tsaqaafiyyah) yang dapat melahirkan kader-kader unggul kepeloporan ummat dalam berbagai bidang (ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum dan hankam) dengan menghidupkan kembali pilar-pilarnya (yaitu benteng-benteng ummat: masjid, pondok pesantren dan kampus).
4. Pusat Kajian diharapkan menjadi lembaga riset yang disiplin (indhibaath) dan konsisten dalam menjunjung tinggi nilai-nilai teologis-ideologis Islaami (‘aqiedah, ushuuluddien) dengan pendekatan metodologi (thuruq, manaahij) yang tetap mengedepankan adab sebagai wasilahnya.
5. Pusat Kajian diharapkan dapat mempublikasikan produk-produknya secara proporsional (sesuai kebutuhan maqamnya dengan bahasa yang lebih efektif; ringkas, mudah dipahami dan membekas di hati ummat).
Untuk tercapainya khidmat ilmu dan amal ini, maka Pusat Kajian dapat melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang ada di lingkungan Dewan Da’wah atau pun dengan lembaga-lembaga di luar Dewan Da’wah.
Tim Perumus:
1. KH. Abdul Wahid Alwy, MA. (Musyrief Majelis Fatwa dan Pusat Kajian Dewan Da’wah).
2. H. Syamsul Bahri Ismail, MH. (Sekretaris Majelis Fatwa dan Pusat Kajian Dewan Da’wah).
3. H.T. Romly Qomaruddien, MA. (Ketua Bidang Ghazwul Fikri Pusat Kajian Dewan Da’wah/ Moderator & Notulen acara).