BENALU PERUSAK AMAL DI TENGAH BULAN MULIA
Oleh:
Teten Romly Qomaruddien

Dalam menggapai kesempurnaan beragama, ada yang dikenal dengan istilah syarat dan rukun. Syarat adalah, suatu yang mesti ditepati sebelum mengerjakan sesuatu. Apabila tidak sempurna syaratnya, maka pekerjaan yang dilakukan pun tidak shah. Sedangkan rukun, adalah sesuatu yang mesti dikerjakan dalam memulai sesuatu. Rukun merupakan bagian pokok yang tidak terpisahkan, apabila terlewatkan menyebabkan pekerjaan itu tidak shah.
Berikutnya, jika sebuah pekerjaan itu terpenuhi syarat dan rukunnya, maka itulah yang disebut dengan shah. Kebalikannya, jika suatu pekerjaan tidak terpenuhi syarat dan rukunnya, maka itulah yang disebut bathal atau tidak shah.
Namun, dalam memelihara shah dan tidak shahnya suatu pekerjaan, seorang yang telah dibebani hukum [mukallaf], di mana dirinya telah memenuhi syarat dan rukunnya ibadah bisa saja mengalami kecacatan dalam menempuhnya. Cacatnya suatu pekerjaan ibadah, dapat menyebabkan kurangnya kualitas, bahkan tidak memiliki kualitas sama sekali. Semua itu, tidak dapat dilepaskan dari benalu-benalu perusak yang dapat menghancurkan amalan yang telah dikerjakan. Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya dengan al-muubiqaat, yang mengandung makna perkara-perkara yang menghancurkan [al-muhlikaat].

Ada banyak riwayat hadits Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang mengisyaratkan akan pentingnya kewaspadaan terhadap perkara ini, baik yang bersifat kebinasaan besar maupun kebinasaan kecil daya rusaknya, baik yang bisa dirasakan langsung maupun yang tidak langsung. Di antaranya adalah:
- Riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anh yang menyebutkan tujuh perkara yang wajib dijauhi; menyekutukan Allah ‘azza wa jalla [syirik], melakukan sihir, melenyapkan nyawa tanpa jalan yang benar, makan harta ribawi, makan harta yatim [tanpa alasan yang haq], melarikan diri dari peperangan, dan menuduh wanita yang baik-baik [muhshanaat] berbuat tidak pantas.
- Riwayat Imam Thabarani dalam Al-Auwsath dari shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anh yang menuturkan tiga perkara yang bisa membinasakan; kekikiran yang dipatuhi [syuhhun muthaa’un], hawa nafsu yang diikuti [hawwan muttaba’un], dan kebanggaan seseorang terhadap dirinya sendiri [i’jaabul mar’i binafsihi].
Selain itu masih banyak lagi, di samping ada yang langsung bertalian erat dengan ibadah tertentu. Di antaranya yang mempengaruhi ibadah di bulan mulia; memperlambat taubat ketika pintu taubat tengah dibuka lebar [Lihat: QS. At-Taubah/9:11], mengabaikan shalat [kalaupun shalat tidak thu’maaninah] dan tergesa-gesa [mukhtashiran], meninggalkan zakat, berkata dusta [qauluz zuur], berbicara kotor dan jorok [rafats], kurang peka terhadap penderitaan sesamanya, tidak suka menebar salam, dan tidak berghairah menghidupkan shalat malam. Semuanya itu, sungguh menjadi benalu perusak yang dapat menggerogoti derajat ibadah di bulan mulia.
Beberapa hadits Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang masyhur dalam hal ini, di antaranya: “Betapa banyak orang yang shaum namun dia tidak mendapatkan dari shaumnya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.” (HR. Ahmad)
Hadits lainnya adalah, dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anh, Rasulullah bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Al-Bukhari)

Shahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anh, pernah berkata, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا. فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
“Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya. Lantas seorang ‘Arab Baduwi berdiri sambil berkata: Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullaah? Maka Rasul pun menjawab: Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa shaum dan shalat pada malam hari di waktu manusia pada tidur.” (HR. Tirmidzi)
Dengan rambu-rambu dan kewaspadaan tersebut, semoga ibadah di bulan mulia ini termasuk yang sukses dalam memelihara prestasi dan mempertahankan kualitas madrasah Ramadhan kita. Yakni ibadah yang memenuhi syarat dan rukunnya, serta terhindar dari hal-hal yang dapat merusaknya sebagaimana harapan yang dituntunkan manusia teladan sepanjang zaman. Man faaraqad daliil dhallas sabiil, wa laa daliil illaa bimaa jaa’a bihir Rasuul; “Siapa yang terpisah dari penuntun jalannya, maka tentu ia bisa tersesat. Tidak ada penuntun yang terbaik bagi kita selain dengan mengikuti ajaran Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam“.
✍️ Materi ini disampaikan pada Kuliah Zhuhur Masjid Baiturrahman Area Wisata Taman Impian Jaya Ancol Jakarta Utara Indonesia