Senin, November 3MAU INSTITUTE
Shadow

SOSOK ‘IBAADURRAHMAAN; PRIBADI UNGGUL BERAKHLAK LUHUR

Oleh: Teten Romly Qomaruddien

Ombak besar menghantam karang, karang terbawa ke tengah telaga … Bila hendak dipandang orang, budi bahasa hendak dijaga.

Minyak zaitun di atas kapas, kapas rusak karena diremas … Sopan santun jangan dilepas, itulah kekayaan seindah emas.

Bunga melati sedang merekah, tumbuh indah di batok kelapa … Kemana kaki hendak melangkah, budi mulia jangan dilupa.

Peti kemas dibawa berlayar, gudang padi di hutan jati … Hutang emas bisa dibayar, hutang budi dibawa mati.

Demikianlah bait-bait pantun Melayu yang mengajarkan betapa budi pekerti atau akhlak mulia menjadi benteng utama kehidupan; Tanpa budi pekerti, kehidupan menjadi mati. Tanpa akhlak mulia, kehidupan menjadi rusak binasa. Untuk memotret semua itu, seorang penyair besar pujangga sastra modern asal Mesir bernama Ahmad Syauqi [1868-1932 M.] menggambarkannya dengan narasi berikut:

إنما الأمم الأخلاق ما بقيت … فإن هم ذهبت أخلاقهم ذهبوا

“Sesungguhnya bangsa-bangsa itu akan eksis sepanjang akhlak mulia ditegakkan di dalamnya … Jika akhlak mulia hilang, maka hilanglah bangsa tersebut”.

Sungguh ajaran paling mendasar dalam agama, Islam merincikannya dalam banyak gugusan ayat-ayat langit dan sabda Nabi yang luhur. Kalimat Ilahiyah yang berbunyi Wa innaka la’alaa khuluqin ‘azhiim; “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur” [QS. Al-Qalam/ 68: 4], kemudian ditegaskan dengan pernyataan pribadinya sebagai Nabi yang agung Buitstu liutammima shaalihal akhlaaq; “Aku diutus oleh Allah ‘azza wa jallaa untuk menyempurnakan akhlak” [HR. Ahmad dari shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anh]. Hal ini mengandung makna bahwa pribadi santun bertata krama, budi luhur berakhlak mulia merupakan keteladanan yang utama. Karena itulah, Abu Hamid Al-Ghazali [w. 1111 M.] sangat menekankan, agar pengajaran budi pekerti itu merupakan proses yang mesti dijalankan secara sungguh-sungguh dan dipaksakan penanamannya [takhalluq].

Siapakah sosok teladan sepanjang zaman yang paling layak jadi ikutan? Tidak ada yang paling paripurna untuk dijadikan contoh ideal, melainkan Rasul terakhir Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Penulis dan pendidik Mesir terkemuka Al-Ustadz Sayyid Quthb [w. 1966] menuturkan dalam karya monumentalnya:

إن هذه الرسالة من الكمال، والجمال، والعظمة، والشمول، والصدق، والحق بحيث لا يحتملها إلا الرجل الذي يثني عليه الله هذا الثناء.

“Sesungguhnya kerasulan ini merupakan tanda dari kesempurnaan, cerminan keindahan, lukisan keagungan, bukti keparipurnaan, hiasan kejujuran dan kebenaran dengan segala pujian yang hanya layak disematkan Allah ‘azza wa jalla kepada pribadi laki-laki ini.” (Lihat: Fii Zhilaalil Qur’aan, 6/ 3656)

Apa yang telah ditampilkan dalam keteladanan Rasul akhir zaman, menjadi sebaik-baiknya petunjuk [khairul hudaa] bagi umat yang mengikutinya. Apabila membaca bentangan ayat-ayat dengan penuh seksama, maka akan ditemukan karakteristik prima dari seorang yang disebut Allah ‘azza wa jalla sebagai ‘ibaadurrahmaan. Al-Qur’an merincikan sifat dan sikap mereka sebagai berikut:

Pertama; Bersikap santun

وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu [adalah] orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata [yang mengandung keselamatan].” (QS. Al-Furqan/ 25: 63)

Kedua; Membiasakan sujud

وَٱلَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَٰمًا

“Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furqan/ 25: 64)

Ketiga; Senantiasa memohon dijauhkan dari neraka

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ ۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا

“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan adzab jahannam dari kami, sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.” (QS. Al-Furqan/ 25: 65)

إِنَّهَا سَآءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا

“Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Al-Furqan/ 25: 66)

Keempat; Seimbang dalam berinfaq

وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا۟ لَمْ يُسْرِفُوا۟ وَلَمْ يَقْتُرُوا۟ وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan [harta], mereka tidak berlebihan, dan tidak [pula] kikir, dan adalah [pembelanjaan itu] di tengah-tengah antara yang demikian.” QS. Al-Furqan/ 25: 67)

Kelima; Tidak berbuat nista, syirik, membunuh diri sendiri dan tidak berzina

وَٱلَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ ٱلنَّفْسَ ٱلَّتِى حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah [membunuhnya] kecuali dengan [alasan] yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat [pembalasan] dosa[nya].” (QS. Al-Furqan/ 25: 68)

يُضَٰعَفْ لَهُ ٱلْعَذَابُ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا

“[Yakni] akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina.” (QS. Al-Furqan/ 25: 69)

Keenam; Senantiasa bertaubat

إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَٰلِحًا فَأُو۟لَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِهِمْ حَسَنَٰتٍ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan/ 25: 70)

وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَإِنَّهُۥ يَتُوبُ إِلَى ٱللَّهِ مَتَابًا

“Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. Al-Furqan/ 25: 71)

Ketujuh; Tidak memberikan kesaksian palsu dan senantiasa menjaga diri

وَٱلَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ ٱلزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا۟ بِٱللَّغْوِ مَرُّوا۟ كِرَامًا

“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan [orang-orang] yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui [saja] dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan/ 25: 72)

Kedelapan; Senantiasa menerima peringatan

وَٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا۟ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا۟ عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا

“Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.” (QS. Al-Furqan/ 25: 73)

Kesembilan; Senantiasa mendo’akan keluarga

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati [kami], dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan/ 25: 74)

أُو۟لَٰٓئِكَ يُجْزَوْنَ ٱلْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا۟ وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَٰمًا

“Mereka itulah orang yang dibalas dengan martabat yang tinggi [dalam surga] karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.” (QS. Al-Furqan/ 25: 75)

خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا

“Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Al-Furqan/ 25: 76)

قُلْ مَا يَعْبَؤُا۟ بِكُمْ رَبِّى لَوْلَا دُعَآؤُكُمْ ۖ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًۢا

“Katakanlah [kepada orang-orang musyrik]: “Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. [Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya], padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu kelak [adzab] pasti menimpamu.” (QS. Al-Furqan/ 25: 77)

Semoga Rabbul ‘Aalamiin memudahkan dan menggolongkan hamba-hambaNya sebagai pemilik kriteria dan karakteristik tersebut. Allaahumma kamaa hassanta khalqii fahassin khuluqii

Print Friendly, PDF & Email

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!