SEKAPUR SIRIH KULIAH ‘AQIDAH DAN MANHAJ (Goresan Pena Edisi Kultum)
Nahmadullaaha wa nasta’ienuhu wa nastaghfiruhu wa natuubu ilaih … Nushallie wa nusallim ‘alaa Rasuulil Kariem wa ‘alaa aalihi wa ashhaabihi wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid diin … Wa ba’du:
Laksana gayung bersambut kata berkait, sambung menyambung berjalin berkelindan; dari suatu generasi ke generasi lain, dari suatu karya ke karya lainnya. Walaupun berbeda karakteristiknya, namun mengemban misi yang sama, yaitu berikhtiar merawat nilai-nilai agama; mengukuhkan ‘aqiedah dan meluruskan manhaj.
Yang dimaksud ‘aqiedah, mengandung makna ikatan (al-‘aqd, ar-ribth). Menurut istilah, ada beberapa pandangan, di antaranya: Syaikh Abu Bakar al-Jazairy dalam ‘Aqiedatul Mu’min (tp. tahun: hlm. 23) menyebutkan: “Kebenaran yang terpatri dalam jiwa manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah”.
Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah al-Fauzan dalam ‘Aqiedatut Tauhied (tp. tahun: hlm. 5) menuturkan: “Kepercayaan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu”.
Sedangkan Syaikh Nashir ‘Abdul Kariem al-‘Aql dalam Mujmal Ushuul Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah Fiel ‘Aqiedah (tp. tahun: hlm. 5) menguraikan lebih rinci: “Keimanan yang bersifat pasti kepada Allah ‘azza wa jalla dengan segala pelaksanaan kewajiban bertauhid dan ketaatan kepadaNya, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, qadar dan seluruh perkara ghaib (metafisika) yang telah ditetapkan adanya, serta seluruh berita qath’i baik secara ilmu dan amal”.
Adapun yang dimaksud manhaj, mengandung makna; sunnah (as-sunnah), cara (at-tharieqah) atau jalan (as-sabiel). Sebagaimana dikatakan Syaikh Hassan bin Fallah al-Qahthany dalam kitabnya Haqieqatul Manhaj (1993: hlm. 12-18) diuraikan bahwa: “Jalan yang dimaksud itu, meliputi metode pemahaman dalam aqidah, ibadah, mu’amalah dan akhlaq pada setiap zaman; cara beragama zaman kenabian (minhaajun nubuwwah), cara beragama zaman generasi terdahulu yang baik (manhajus salaf) dan cara-cara generasi yang mengikutinya”. Tidak terkecuali cara beragama generasi yang hidup setelah mereka, yakni generasi belakangan (manhajul khalaf).
Mengenai goresan pena yang tertuang dalam buku sederhana ini, memuat di dalamnya bahasan-bahasan praktis terkait tema-tema ‘aqidah dan manhaj. Tidak kurang dari 27 bahasan yang disajikan secara ringkas, mudah-mudahan dapat mengantarkan para pembacanya tanpa harus kehilangan “cita rasa ilmiah” yang terkandung di dalamnya, sekalipun penulisan ini bukanlah layaknya sebuah karya ilmiah yang sangat memperhatikan etika penulisan yang sangat ketat.
Terinspirasi dengan tulisan tokoh-tokoh sebelumnya, terutama para mujahid kampus yang telah berjasa mewariskan ilmunya kepada para penuntut ilmu (mayoritas para pelajar dan mahasiswa, serta aktivis muda lainnya) di kampus-kampus atau majlis-majlis lainnya, di antaranya: Allaahu yarhamh Prof. Dr. H.M. Rasjidi menulis Empat Kuliah Agama di Perguruan Tinggi (1974), Allaahu yarhamh Dr. Imaduddin Abdurrahim menulis Kuliah Tauhid (1989), Prof. Dr. Yunahar Ilyas menulis Kuliah ‘Aqidah (1993), dan yang teranyar Dr. Adian Husaini menulis 10 Kuliah Agama Islam (2015). Tentu saja, tanpa mengenyampingkan ulama-ulama hebat, atau penulis-penulis legendaris tanah air sebelumnya seperti halnya Tuan Ahmad Hassan dengan bukunya Kitab Tauhid terlepas dari berbagai pandangan dan perbincangan para penuntut ilmu sesudahnya.
Dengan penuh sadar, bacaan yang ada di tangan pembaca ini, jauh dari sempurna atau tidak sepadan dengan buku-buku sebelumnya. Namun setidaknya, semangat mereka telah membekaskan prasasti ilmu yang dapat mewariskan semangat lanjutan pada generasi berikutnya, khususnya penulis yang dhaif ini.
Dengan segala kerendahan hati, semoga tulisan ini bermanpaat bagi siapa pun yang membacanya dan dapat menambahkan timbangan amal bagi penulis yang bisa meringankan hisab di hari akhir kelak. Tiada gading yang tak retak, kesempurnaan hanyalah milik Allah ‘azza wa jalla, dan kepadaNyalah semua urusan akan kembali … Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamien.
________
✍ Dinukil dari pengantar penulis Al-Faqier ilaa ‘Afwi Rabbih
Teten Romly Qomaruddien