MADRASAH UMRAH DI SELA WAKTU ZIYARAH (Sebuah Goresan Singkat dari Tanah Haram)
Oleh:
H.T. Romly Qomaruddien, MA.
Seperti biasa, setelah persiapan keberangkatan benar-benar siap, di samping jama’ah sudah dibekali fiqih haji dan umrah, juga sebelumnya pelengkapan teknis pun sudah diurus pihak managemen. Adapun pelaksanaan ihlal ihram cukup nyaman dan terbimbing hingga tiba di mieqat dalam pesawat searah zona Yalamlam (dulu lebih sering dengan zona qarnul manazil) bagi jama’ah yang datang searah dengan penduduk Nejd.
Pelaksanaan umrah cukup terkendali secara berombongan; mulai talbiyah umrah dari hotel hingga tahallul berakhir dengan hallaaq (bercukur gundul bagi pria) dan bergunting ujung rambut bagi wanita. Mulai pelaksanaan, bertolak dari jam 06.00 dan berakhir jam 10.30 waktu KSA, seiring waktu yang semakin siang semakin ramai.
Ketika city tour yang penuh riang, ada pertanyaan seputar Masjid Terapung di Laut Merah yang tidak dapat dikunjungi lagi, akhirnya jawaban pun kami dapatkan bahwa kebijakan baru mu’assasah tidak mengidzinkan terkait pernah adanya pelanggaran yang dilakukan jama’ah tanah air berupa pesta “ulang tahun” di tempat ini. Padahal kawasan ini tempat pavorit jama’ah tanah air mengakhiri safarnya sebelum menuju Bandar Udara King ‘Abdul ‘Aziez jelang kepulangan. Ibarat pepatah Nusantara: “nila setitik rusak susu sebelanga”, karena ulah segelintir orang yang rugi malah jadi semuanya. Namun, selain dapat diantisipasi dengan alternatif lain seperti halnya mengenal Jaami’ah Islamiyah Madinah (pusat menuntut ilmu di kota Nabi), juga dapat melaksanakan shalat fardhu di Masjid Qishash, tempat pelaksanaan eksekusi syari’ah di kota Jeddah.
Untuk membekali pengetahuan para jama’ah, diselenggarakanlah kajian di mushala hotel atau bisa meminjam ruang makan dengan memanfaatkan waktu kosong. Untuk kali ini, pokok bahasan yang diusung adalah: “Membedah Khazanah Warisan Nabi Akhir Zaman; Esensi Memahami Ketaatan pada Allah dan rasulNya” dan pokok bahasan: “Keagungan Haramain; Menyingkap Kemuliaan Dua Kota Suci”. Adapun di sela-sela ziyarah (baik dalam atau pun luar), senantiasa diberikan bimbingan sesuai objek kunjungan (baik dalam bis atau pun di area tempat ziyarah yang meliputi: adab dan fiqih berziyarah, mewujudkan spirit hijrah, perjuangan dakwah dan dimensi-dimensi hikmah umrah.
Selain itu, kali ini jama’ah dapat menikmati nasihat Imam dan Khatib Jum’ah di Masjid al-Haram yang dipimpin langsung Syaikh ‘Abdurrahman Sudais yang memberikan semangat “Peduli Negri Syam, Iraq, Yaman, Myanmar dan Negeri lainnya”. Bimbingan dan pencerahan seperti ini, tentu sangat penting dilakukan agar para jama’ah selalu ada dalam bingkai ilmu dalam beramal dan bertindak. Hal ini untuk menghindari gagal paham dan beramal hanya karena ikut-ikutan semata. Sekedar contoh, dalam perjalanan kemaren ada kafilah dari Iraq yang mengaku ketika kenalan sebagai “kami ahlul bait” akunya. Nampaknya mereka komunitas Syi’ah yang dengan sengaja menangis dan meratap dengan syair-syair yang dialunkannya di radius area Raudhah (tempat antara mimbar Nabi dan rumahnya/ sekarang makam Rasulullah). Ada pula yang sengaja melempar buntelan kertas ke makam Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam. Karena lemparannya kena punggung pembimbing, begitu dibuka ternyata daftar nama-nama yang ngalap berkah dan titip salam bagi Nabi junjungan. Tentu seperti ini harusnya tidak terjadi, karena hadirnya kita di sana semata-mata ibadah dengan ikhtiar menggapai ridha Allah dengan cara-cara yang ditetapkan sunnah nabiNya. Untuk lebih memadatkan agenda, dibuat pula liqa’ ‘aabir bersama beberapa mahasiswa Madinah sekedar menyadap informasi dan tukar pikiran. Terutama sekali mengenai “Vision 2030 Saudi Arabia” yang tengah booming saat ini dengan segala konsekuensinya..
Sebagai catatan akhir, dalam perjalanan city tour Jeddah, tampak di titik strategis mobil perang yang diarahkan ke udara. Tentu pemandangan ini sangatlah wajar, dikarenakan akhir-akhir ini beberapa titik ibu kota Riyadh diberitakan mendapatkan guncangan bom. Bahkan rudal balistik kiriman milisi Syi’ah Houtsi di Yaman yang kerapkali mengancam haramain menyasar kota suci yang dengan idzin Allah masih bisa dilumpuhkan dengan rudal sebanding oleh pasukan keamanan kerajaan. Cepat atau lambat, tentu kondisi ini sungguh mengancam keamanan dua kota suci di masa yang akan datang. Kepada Allah jualah kita memohon, semoga Dzat yang Maha hebat dan dahsyat senantiasa menjaga kemuliannya. Aamiin …
___________________
✍ Penulis adalah: Pegiat dan peminat kajian tsaqafah dan hadharah Islamiyyah