DERITA TIADA AKHIR, BENARKAH? // Tak ada yang bisa menolak, ketika Allah ‘azza wa jalla sudah berkehendak. Tak seorang pun dapat membantah, kalaulah semua itu sudah menjadi qudrah dan iradah-Nya. Mungkin saja, ketika derita bertubi-tubi menimpa seseorang, maka akan muncul perasaan suu’uz zhan “mengapa cuma aku yang harus terus mengalami seperti ini?” Itulah prasangka ahlul mushibah yang seolah-olah dirinya selalu dirundung malang. Memang berat, bagi siapa pun yang mengalaminya pasti bersikap demikian. Namun kalaulah dihadapi dengan penuh iman, justeru kelak di kampung akhirat mereka berhak mendapatkan status barunya sebagai ahlul ‘aafiyah yang berhak mendapatkan tiga keutamaan sekaligus; kekuatan yang prima [‘aafiyatan], perlakuan khusus [khairan], dan kedudukan yang tinggi [manzilatan]. Ujian dan kesulitan dunia yang kita alami, semoga Allah menggantikannya dengan kebahagiaan dan kesenangan yang sesungguhnya. Rabbanaa taqabbal minnaa innaka Antas samii’ud du’aa β¦ π«ππΈβοΈ (@TenRomlyQ)