TUAN AHMAD HASSAN, MOHAMMAD NATSIR, DAN MOSI INTEGRAL // Presiden Soekarno bertutur kepada M. Natsir: “Saudara Natsir, sekarang negara ini saya serahkan padamu!”. Dalam kondisi negara yang terpecah 16 negara bagian ini, Natsir bergegas menemui Gurunya Tuan A. Hassan, lalu menceritakan perjumpaannya dengan Soekarno. Sang Guru pun menanggapinya: “Ketika ka’bah roboh, hajar aswad terlepas terbawa banjir, suku-suku ‘Arab hampir pecah berebut siapa yang lebih berhak memindahkan batu hitam itu. Tampillah pemuda Muhammad bin ‘Abdillah (25 tahun) menjadi hakim perseteruan itu; “Siapa saja di antara suku ‘Arab yang besok shubuh lebih dahulu datang ke area ka’bah, dialah yang lebih berhak memindahkan”, ujarnya. Ternyata, tak ada yang lebih dahulu tiba, melainkan sang calon Rasul. Sekalipun beliaulah orangnya yang berhak memindahkan, namun dengan lapang beliau lepas sorbannya dan mengajak seluruh suku ‘Arab memegang setiap ujung sorban dan memindahkannya bersama-sama. Itulah inspirasi NKRI!!! ✍️☪️💟🇮🇩 (@TenRomlyQ)
Tulisan singkat dari seorang Pemikir Islam mengundang saya untuk berkomentar. Mungkin saat ini diperlukan Mosi Integral Jilid 2.
Dulu di zaman Bp M Natsir perpecahan yang diramu oleh Belanda mudah disatukan dengan lobby lobby di Parlemen dan Lobby lobby ke daerah oleh seorang M Natsir, tokoh tokoh dan rakyat saat itu memiliki musih bersama yakni Belanda.
Mestinya dengan Dakwah kita juga dapat disatukan dengan berani menetapkan musih bersama. Tidak mudah memang….sekarang manusia lebih cinta dunia dan jabatan…. tidak terkecuali tokoh politik maupun tokoh agama. Disebut oknum terlalu banyak…..
bismillah…coba diperbanyak tulisan2 tentang syiyasah tadz….
salam dari Lampung tadz. kapan mo safari ke lampung kabari ke 081281600432 (WA)